~Part 2~

8 0 0
                                    

Eleanor merapikan mainan-mainan Albert dan Caroline yang berserakan di segala penjuru lantai dua rumahnya. Boneka, robot mainan bahkan sampai robot setinggi orang dewasa yang bisa berjalanpun melintang dan membujur tidak teratur di atas lantai.

Huh anak-anak ini! Pikir Eleanor.

Selesai dengan barang-barang dua buah hatinya, kini Eleanor beranjak kekamarnya dan Chris. Tentu sudah rapi seperti biasa.

Chris, seorang penggila kerapian dan kebersihan. Kau tidak akan menemukan setitik debupun di rumah ini kalau dia sudah libur dua hari saja dari kantor. Dia akan mengelap, menyapu, menyusun dan mengepel dari pagi sampai pagi lagi.

Dan yang lebih parah, dia seorang yang perfectsionist.

Eleanor juga heran kenapa pagi ini dia tidak menggerutu karna mainan anak-anak yang berserakan seperti pasir pantai di lantai. Biasanya, dia akan meneriakkan nama Eleanor dan menghujani Eleanor dengan pertanyaan-pertanyaan yang intinya kenapa rumah bisa seperti kapal pecah seperti itu.

Andai saja ada seribu pembantu dirumah ini! Desah Eleanor kalau sudah di omeli oleh Chris.

Kalau dipikir-pikir, Chris sangat mirip dengan Leo. Cerewet dan suka mengomel seperti ibu-ibu.

Eleanor membuka pintu dan mendapati kamarnya sudah rapi, seperti kamar hotel. Kadang Eleanor heran, apa benar Chris tidak pernah mengambil sekolah perhotelan? Dia sangat pandai merapikan tempat tidur, lemari, membersihkan kamar mandi dan bahkan menata piring dan sendok di meja makan.

"Thanks my Honey!" kata Eleanor lega.

Tidak seperti dirinya yang ceroboh dan tidak teliti sama sekali.

Eleanor mengambil ponselnya dan menghubungi sahabat baiknya, Gwenn. Beberapa saat menunggu akhirnya Gwenn menjawab dan langsung berteriak, membuat Eleanor harus menjauhkan ponselnya dari telinga jika ia tidak mau tuli.

"Hey E!!!!!," Teriak Gween dari seberang sana. "Jadi, apa si tuan Perfectionist mau datang?."

"Aku belum bisa memastikan Gee, aku sudah mengatakannya dan berdoa saja dia bisa izin dari kantor." Jawab Eleanor.

"Dia harus mau E!. Kau pikir sudah berapa lama kita tidak bertemu semenjak aku pindah ke California?."

"Entahlah, sudah lama sekali kurasa. Ngomong-ngomong apa suamimu akan ada besok?"

"Tentu, dia hanya mengurus surat pindah saja di California sekarang," Gwenn sedikit ragu sebelum akhirnya menlanjutkan. "Aku sedang mengandung sekarang, lima bulan."

"Apa?," Eleanor terkejut bercampur bahagia. "Woah, kau harus benar-benar menjaga dirimu dan bayimu G!." Eleanor panjang lebar menjelaskan pada Gwenn apa-apa saja yang boleh dan tidak untuk dilakukan oleh ibu hamil.

Dan akhirnya Eleanor menutup telpon dengan Gwenn setelah dua jam tanpa henti berbicara banyak hal.

"Apa sudah selesai reunian di ponselnya?"

Eleanor terkejut dan setengah menjerit sebelum ia menyadari Christopher sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa kau ada di sini?." Elanor menatap wajah lesu Chris yang sekarang sudah duduk disebelahnya.

"Kenapa hujannya masih belum berhenti?," Chris menyandarkan kepalanya ke bahu Eleanor. "Dingin sekali!." Lanjutnya.

"Kalau begitu masuk saja kekamar, hidupkan penghangatnya. Kenapa malah ikut duduk di teras ini bersamaku?."

"Apa sekarang kau memarahiku nyonya Johnston?," Chris menegakkan kepalanya melihat Eleanor dengan kesal. "Aku hanya bilang dingin sekali".

Eleanor menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Calm down E! atau kau akan beradu mulut dengan Chris yang cerewet!.

"Baiklah my honey, maafkan aku," Eleanor mengelus lengan Chris, membujuknya. "Jadi kenapa kau pulang secepat ini?."

"Aku hanya mengantar beberapa dokumen dan tidak ada pekerjaan lagi. Sekretarisku bisa mengurusnya." Jawab Chris.

Elanor mengangguk dan menatap titik hujan yang jatuh ke pot bunga lotus didepannya, pemandangan yang sangat ia suka. Juga suasananya.

Duduk di teras kamar yang luas bersama Chris, dengan tata ruang dan property yang sangat nyaman. Dimana ada sebuah bangku kayu panjang yang diletakkan Chris di depan pintu kaca geser yang menghubungkan kamar dan teras, sebuah bidang berisi tumbuhan rumput di tengah lantai kayu coklat dan dengan pot bunga lotus ditengahnya, di sisi kiri ada sebuah gazebo dengan tirai, mattress, bantal dan guling putih serta taman dinding yang dipenuhi tumbuhan hijau dan kotak-kotak berisi bunga lili dan mawar.

"Chris?" Kata Eleanor setengah bergumam.

"Ya?" jawab Chris yang juga memandang titik-titik air yang membuat gelombang di pot bunga lotus didepan mereka.

"Apa kau yakin kalau kau tidak salah memilih jurusan waktu kuliah?." Tanya Eleanor.

Chris menoleh pada Eleanor yang masih memandangi titik-titik air hujan, "Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?," Chris kembali menatap hal yang sama dengan Eleanor. "Kurasa tidak."

"Kau sangat pandai dalam mengurus rumah, terutama masalah tata menata."

"Entahlah, mungkin aku memiliki bakat seperti itu." Chris berdiri dan mulai beranjak masuk kekamar, "Masuklah E! disini mulai dingin, tidak maksudku sangat dingin. Nanti kau kedinginan, cepat masuk!" katanya.

Eleanor beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti suaminya kedalam rumah. Dan selangkah sebelum dia benar-benar masuk ia bertanya pada Chris.

"Apa kau benar-benar sudah tidak membenci hujan lagi?."

Chris menarik nafas dalam kemudian berbalik menuju istrinya yang masih berdiri di pintu. Sedikit menunduk untuk melihat matanya yang hitam pekat dan tersenyum padanya.

"Iya sayangku." Chris mengecup puncak kepala istrinya kemudian mengajaknya masuk dan menggeser pintu sampai tertutup.

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang