Dua minggu setelah aku dan Stephen fitting baju pernikahan dan setelah aku resmi menjadi pegawai di salah satu majalah lokal, pertunangan kami diadakan. Pertunangan diadakan di convention centre salah satu hotel milik keluarga Sinclair. Tidak tanggung-tanggung, dari pihak Stephen mengundang lima ratus orang dan dari pihakku hanya enam belas orang. Sore ini, Leo baru sampai di Bornemouth dan dia sama sekali tidak bicara padaku. Ia datang hanya karna ibu memaksanya. Aku masih tidak bisa mengerti kenapa ia marah padaku, rencananya aku akan mengajaknya bicara setelah acara pertunangan selesai. Semoga saja ia mau mendinginkan kepalanya dan mau mendengarku berbicara. Aku merasa bahwa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku.
Stephen memanggilku setelah aku menunggu cukup lama di ruang ganti, ia mengenakan jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Kombinasi warna kesukaannya. Sementara aku mengenakan gaun selutut dengan lengan pendek bewarna merah jambu lembut. Baju yang dipilihkan oleh calon mertuaku—tentunya.
Di dalam ruangan utama, para tamu undangan sudah menunggu dan saat pembawa acara berbicara mereka langsung fokus pada kami berdua yang sudah berdiri di depan didampingi kedua orang tua kami. Aku mencari Leo dan Ben yang entah kemana dengan menggerakkan mataku ke segala arah, sementara tubuhku berdiri di samping Stephen dengan lengannya yang ku gandeng, lengan kokohnya.
"Di sebelah kiri." Bisik Stephen padaku.
Aku mengikuti kata-kata Stephen dan aku mendapati Leo dan Ben sedang berdiri di dekat meja kue di sebelah kiri. Mereka dengan jas dengan warna yang sama seperti jas Stephen sedang menikmati minuman mereka. Dan aku mendapati Leo melirik padaku. Lirikannya yang lagi-lagi tidak bisa ku artikan. Dia benar-benar membuatku penasaran ada apa dengan dirinya sebenarnya.
"Eleanor?" Aku tersentak saat Stephen memanggilku.
"Ya?" jawabku.
"Kau tidak mau memasangkan cincinnya padaku?" bisiknya.
Aku melihat kesekeliling, para tamu sedang menatap ke arahku begitu pula dengan pembawa acara yang diam seribu bahasa sementara di belakang Stephen, Joyane mebelalakkan matanya padaku.
"Maaf" kataku pada Stephen kemudian dengan cepat mengambil cincin di atas nampan yang dibawakan oleh sepupu Stephen dan memasukkan cincinnya ke jari manis calon suamiku.
Semua orang bertepuk tangan saat aku selesai melingkarkan cincin di jari Stephen. Pembawa acara mengatakan pada Stephen untuk mencium dahiku, dengan cepat ia meraih tanganku dan malah mencium bibirku dengan cepat.
"Wah sepertinya Stephen tidak mendengar ucapanku ya!" sang pembawa acara melawak dan diikuti oleh suara tawa oleh seluruh tamu termasuk Stephen.
Saat semua orang tengah sibuk dengan dirinya masing-masing, Stephen tiba-tiba saja menggandeng tanganku dan mengajakku duduk di sudut ruangan. Jas yang tadi ia pakai sudah ia sampirkan entah dimana dan tinggalah kemeja putih dengan cetakan ototnya yang jelas karna ia berkeringat. Ia berkeringat di dalam ruangan yang sudah didinginkan oleh sepuluh pendingin ruangan. Matanya tidak bisa focus sedang tangannya berkeringat dan ia paksakan untuk mengenggam tanganku.
"Ada apa? Kau sakit?" Aku meletakkan telapak tanganku di dahinya, suhu tubuhnya tidak panas sama sekali.
"Besok aku harus segera berangkat ke Oxford."
Kalimatnya menghantamku seperti bom. Yang benar saja! Dia baru memberitahuku sekarang. Memangnya aku ini siapa dan ada urusan apa sampai dia berkeringat begitu saat menyampaikannya padaku.
"Tenang dulu!" Aku mengelus pundaknya.
"No!" Bentaknya.
Aku menahan nafasku saat ia menatapku dengan matanya yang memerah, ini pertama kalinya seorang Stephen membentak dan marah padaku. Parahnya, ia marah di saat aku tidak punya salah sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regen
Romance"Eleanor? Mana mungkin aku tidak sayang dan cinta padamu?," Chris memeluk sambil mengelus rambut hitam Eleanor. "Aku sangat menyayangi dan mencintaimu Eleanor." Sambungnya. "Tapi aku tidak cukup baik untukmu kan Chris? Aku cereboh dan tidak teliti...