Kami berhenti dan duduk di Clifftop. Restoran yang tak berada jauh dari rumahku. Setelah memesan cappuccino—lagi, Chris memulai percakapan dengan masa-masa SMA kami. Masa ketika ia memperhatikanku dan Gwenn bermain hujan dari halte dan di juga di tempat ini, saat aku dan Gwenn tak sengaja bertemu ibu dan kami habis dimarahi, bahkan ia tau aku dan Gwenn pernah dimarahi di depan Clifftop dan itu menarik perhatian pengunjung restoran.
Kini gilaranku, Chris sudah selesai bernostalgia dari beberapa detik lalu. Aku memulai dengan memanggil namanya. "Chris?," ia menoleh. "Aku ingin bertanya—,"
"Maaf karna membuatmu terkejut. Aku juga tidak menyangka punya keberanian seperti tadi." Ia bisa membaca apa yang ingin ku katakan, "Eleanor, maukah kau menjalin hubungan yang lebih dari sekedar berpacaran?."
Aku melotot mendengar pertanyaannya. Bukan seperti ini maksudku! Aku mau aku lah yang menhujaninya dengan banyak pertanyaan dan menguasai situasi, bukan aku yang dibuat gelagapan dengan pertanyaan-pertanyaan yang aku sendiri bingung mau menjawab apa.
"Chris, seandainya kita benar-benar seperti itu. Apa kau yakin tidak ada yang terluka? Apa kau yakin akan mulus seperti yang kita bayangkan dan inginkan?." Baiklah, aku memutuskan untuk mulai mengungkit Julie.
"Aku yakin Eleanor. Siapa yang kau maksudkan akan tersakiti? Aku tidak punya siapa-siapa yang aku sukai selain dirimu."
"Bagaimana dengan orang yang menyukaimu?." Tembakku langsung.
"Memangnya ada?."
Aku mendesah, ini akan menjadi sulit. "Chris, aku mencintaimu." Kataku.
Ia mengenggam tanganku, kemudian menampilkan senyum mahalnya yang menawan. "Terimakasih, aku sayang padamu Eleanor!."
"Chris, bisa aku minta sesuatu?."
"Ya sebutkan saja!."
"Aku tidak bermaksud mengusirmu, sebaiknya kau pulang ke Oxford dan bicarakan dengan keluargamu. Kau sudah mendapat lampu hijau dari orang tau ku, kini kau harus mendapat lampu hijau juga dari keluargamu." Jelasku.
Chris melonggarkan genggamannya, tampak dari raut wajahnya ia tidak suka dengan ide ini. "Aku baru saja melepas rinduku selama dua tahun dan selama di Turki dan kau menyuruhku kembali ke Oxford.?"
"Bukan besok atau lusa, maksudku setelah kau puas berada di sini, tapi juga jangan terlalu lama. Dengar! Aku juga merindukanmu, kau tau betapa aku ingin berlari saat aku melihatmu pertama kali dalam pesawat?." Aku sungguh kesal kalau mengingat hal itu.
"Baiklah tiga hari lagi aku akan kembali ke Oxford." Katanya kemudian menghabiskan cappucinonya dalam satu tegukan.
"Kau marah padaku?."
"Tidak Eleanor, aku tidak bisa marah padamu. Yang aku bisa hanya cemburu kalau melihat kau dengan orang lain." Ia kemudian mengangkat tangan memanggil pelayan dan membayar minuman kami.
***
"Sesampainya di Oxford aku akan menelponmu, dan kau harus mengangkat telponnya!." Ini kali sepuluh Chris mengingatkanku.
"Ya Tuan Johnston!."
Ia meringis mendengar jawabanku, kemudian dengan cepat tanpa menghiraukan Gwenn ia menarikku kedalam dekapannya dan mengecup puncak kepalaku. "Love You!". Bisiknya.
"Oh Tuhan! Ada apa dengan kalian berdua?." Gwenn menarikku dari dekapan Chris dan memukul lengan Chris.
"Ada apa dengan mu Westie?," Chris mendorong Gwenn pelan kemudian kembali menarikku. "Kenapa aku tidak boleh memeluk kekasihku sendiri?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Regen
Romance"Eleanor? Mana mungkin aku tidak sayang dan cinta padamu?," Chris memeluk sambil mengelus rambut hitam Eleanor. "Aku sangat menyayangi dan mencintaimu Eleanor." Sambungnya. "Tapi aku tidak cukup baik untukmu kan Chris? Aku cereboh dan tidak teliti...