~Rain~

7 0 0
                                    

Aku duduk di salah satu bangku panjang yang berjejer di koridor bangunan sekolah yang saling terhubung. Satu-satunya sekolah atas yang memiliki bangunan bergaya abad ke-16 di Bournemouth ini memiliki luas tanah berhektar-hektar yang mungkin tak habis dalam sebulan jika diukur dengan meteran.

Hujan gerimis belum berhenti sejak tadi pagi sampai siang ini, membuat siswa-siswi malas keluar kelas bahkan aku dengar hampir dua puluh orang tidak hadir ke sekolah hari ini.

Aku selalu bertanya kenapa mereka tidak bisa mensyukuri hujan sebagai kado dari tuhan, andai saja hujan setahun tidak turun-turun, mereka pasti akan menyesal menggerutu karna hujan selama ini.

Ngomong-ngomong tentang dua puluh orang yang tidak hadir satu diantara mereka adalah Gwenn. Katanya dia kesiangan dan tidak mungkin lagi masuk sekolah hari ini.

"Sedang apa disini?," aku menoleh pada sumber suara. "Tidak kedinginan?." Ewan tiba-tiba memelukku dari belakang.

Aku yang risih, menggeliat berusaha melepaskan diri dari dekapan Ewan yang kuat. Huh dasar! Ewan yang terkenal brengsek itu, seenaknya saja memeluk orang.

"Lepaskan aku Mr. Robinson!." Kataku saat Ewan tidak juga melepaskan pelukannya.

"Oh Eleanor, kapan lagi aku bisa memelukmu tanpa di hajar oleh si preman?," katanya. "Ngomong-ngomong, dimana Gwenn si Preman?." Katanya lagi tanpa melepaskanku sedikitpun.

"Lepaskan aku!." Aku berteriak, kesal pada Ewan yang tidak mendengarkanku.

"Tidak akan!." Balasnya berteriak.

Aku memejamkan mata berusaha tenang dan menjernihkan pikiran agar bisa dengan segera lepas dari Ewan. Dan tanpa bersusah payah ia sudah melepaskanku.

"Oh kau lihat?," kataku masih memejamkan mata. "Sugestiku berhasil!."

Dan saat aku membuka mata, semua anak-anak yang berada dalam kelas sudah berdiri dipinggir koridor dan melihat ke satu tempat. Tengah lapangan.

Ewan terpental saat kepalan Christopher menghantam rahang kanannya dengan sangat keras. Christopher juga begitu. Dia terlentang saat Ewan membalas pukulannya.

"Ada apa ini?." Kataku.

"Eleanor? Kau masih disini saja?," kata salah satu gadis berambut pirang di geng pirang sekolah. "Pisahkan mereka! Mereka bertengkar karnamu!."

Aku? Mana mungkin?.

"Kau bercanda kan?," kataku menatap Stepheny yang menggeleng-geleng kepala pada temannya, mengatakan kalau aku itu bodoh. "Apa kau serius?."

"Tentu!." Katanya lemah, pasrah akan ketidak tahuanku.

Aku berlari menembus hujan yang ternyata makin lebat. Pakaian dalamku saja basah hanya dalam waktu beberapa detik. Aku mempercepat langkah menuju Christopher dan Ewan saat Madam Kate meneriakkan namaku.

Gawat! Kenapa guru-guru juga ada disini. Kataku saat melihat barisan guru-guru yang menonton dari pinggir koridor.

Setelah sampai dimana Chris dan Ewan masih mengadu kekuatan, aku berhenti dan mencari cara agar mereka berhenti melawan satu sama lain dan tentunya agar aku tidak kena salah satu pukulan dari mereka berdua.

Pasti sakit kalau kena, buktinya saja Christopher dan Ewan sama-sama berdarah.

"Hentikan Ewan!." Teriakku akhirnya, sekencang-kencangnya saat Ewan menyerang Christopher yang terlentang di bawahnya.

Aku berlari menahan lengan kekar Ewan saat ia ragu untuk melancarkan aksinya pada Chris yang memandangnya dengan menantang.

"Kumohon hentikan!." Kataku disela-sela hujan yang semakin lebat.

"Dia menyerangku duluan E!," Ewan menyentakkan tangannya dan membuatku terpental ke belakang.

Wow! Dia kuat sekali seperti Thor.

Dan dia mengenai Christopher, mata Chris lebih tepatnya.

Aku mencoba berdiri tapi gagal. Sentakan Ewan membuatku terpental dan sialnya terkilir. Sakit sekali! Aku lebih benci terkilir daripada cicak. Tidak! aku sangat benci kedua-duanya.

Dan aku berhasil berdiri saat Chris mendekatiku dan menarikku ke pelukannya.

"Apa-apaan kau Chris?!." Teriak Ewan disamping kami, tepatnya di telingaku karna telingaku sampai berdengung karnanya.

Chris tersenyum padaku, kemudian. Yah menciumku dengan lembut dan dalam.

Aku tidak bisa melihat apa-apa kecuali alis dan rambut coklatnya yang indah. Dan aku tidak bisa merasakan apa-apa termasuk tanah kecuali hangat dan manisnya bibir Christopher.

Chris menciumku cukup lama sampai akhirnya ia kembali memelukku dan berkata pada Ewan.

"Janganpernah sentuh orang yang sangat aku cintai!."    

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang