~I Will Always Try~

2 0 0
                                    


Setelah mendapat penjelasan dan konfirmasi dari pimpinan redaksi, aku melakukan wawancara dengan Christopher. Seperti yang ia katakan, aku tidak perlu mempelajari profilnya lebih dalam karna pada dasarnya kami sudah saling mengenal. Nama, nama keluarga, tempat tanggal lahir, hobi, bahkan latar belakang pendidikan hanya saja pendidikan master yang sedang ia tempuh harus aku ketahui dari mulutnya langsung.

Ia bercerita dengan lugas dan berisi, tidak banyak perbedaan dari dulu mungkin satu-satunya pembeda nya sekarang adalah ia lebih banyak tersenyum. Mengenai hal yang dibenci, dengan tegas ia mengatakan 'Hujan' dan dia perlu tahu bahwa aku tersinggung dengan kalimatnya itu.

"Kenapa kau membenci hujan?" satu pertanyaan yang sudah lama ingin ku tanyakan padanya.

"Karna orang yang aku cintai menyukai hujan!" jawabnya tegas.

Baiklah, kali ini aku akui pembedanya bukan hanya satu tapi dua mungkin bisa saja lebih karna aku sudah lama tidak bicara padanya. Pembedanya selain mudah tersenyum adalah kalimat yang ia ucapkan selalu membuat wajahku panas.

"Oh ya? Kenapa kau malah membenci hal yang disukai orang yang kau cintai?" Aku berusaha untuk terdengar se-normal mungkin. Ini saatnya, saat untuk mengetahui kenapa ia sangat membenci hujan.

"Orang ku cintai mati saat hujan turun!"

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Apa katanya barusan? Orang yang ia cintai mati saat hujan turun? Baiklah, aku masih sehat sampai saat ini dan itu berarti bukan aku yang ia cintai. Sungguh saat ini kalau aku sedang tidak berada di tempat umum, aku akan berguling karna tertawa dan mungkin setelahnya akan mengentakkan kepalaku ke dinding. Hai Eleanor Hoult? Kau itu siapa?

"Ohhh seperti itu"

"Dan orang yang sangat aku cintai juga membuatku cemburu pada hujan." Sambungnya dengan cepat. "Ia terlihat sangat cantik saat ia memandangi hujan, ia terlihat sangat bahagia saat hujan turun dan ia akan menari-nari saat ia merasakan hujan dan ia tidak akan terlihat secantik itu saat bersamaku!"

Oh, Pria ini sepertinya sangat mencintai wanita itu. Aku sungguh ingin masuk saja ke lubang saat ini juga karna sudah berpikir yang macam-macam tadi.

"Kau tahu siapa yang sangat aku cintai itu Eleanor?"

Pertanyaannya membuatku ingin menampar wajahnya yang putih. Wahai Tuan Johnston, kau tahu betapa aku sangat ingin menemui wanita yang kau maksud dan bersujud di depannya?

"Pemilik buku ini!" ia menyodorkan satu buku ke padaku.

Aku tertawa hambar saat melihat nama yang tertawa di cover buku yang ia sodorkan padaku. Yang benar saja? Dia masih ingin bercanda di saat seperti ini? Harus aku katakan maaf padanya karna leluconnya sama sekali tidak lucu dan aku benar-benar ingin memakinya.

"Jadi aku rasa sampai disini saja wawancara hari ini tuan Johnston."

Aku bangkit berdiri dan mengulurkan tanganku. Dengan cepat Christopher menyambutnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Lihatkan? Dia itu manusia batu dan tidak punya perasaan.

"Sampai jumpa!" kataku memutus kontak mata dengannya dan menarik cepat tanganku.

Jangan Eleanor! Jangan sampai kau luluh hanya dengan menatap mata birunya dan menyentuh tangan halusnya. Ingat apa yang ia lakukan padamu!

"Aku akan ke Bornemouth setiap akhir pekan terhitung dari minggu ini!"

Jangan berbalik Eleanor! Jangan! Hanya kata itu yang mampu ku teriakkan dalam hati. Terserah saja! Aku tidak peduli dia mau ke Bornemouth atau tidak, itu bukan urusan aku lagi!

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang