Leo akhirnya masuk kekamarku saat sebelumnya berdiri cukup lama di depan pintu. Aku meliriknya dan terlihat beberapa kali ia mengatur nafasnya agar tidak lepas control.
Hari ini aku di larang masuk, untuk yang kedua hari nya dan orang tuaku di panggil kesekolah.
"Jadi? Apa yang akan kau lakukan setelah ini?," Leo duduk dihadapanku yang sedang melihat lalu lintas yang cukup padat di bawah sana. "Eleanor? Kau mendengarku?." Kata Leo saat aku tidak menjawabnya.
Aku hanya diam. Aku juga bingung mau menjawab apa pada Leo, apa aku masih bisa bersekolah disana atau aku diberhentikan?.
Sekolahku, sekolah teraneh dan terpayah di mata siswa sekolah atas di seluruh Bournemouth. Wajib memakai seragam seperti sekolah-sekolah di benua Asia, tidak boleh berpacaran di sekolah apalagi berciuman, dan masih banyak lagi aturan yang harus kami patuhi.
Dan Christopher melakukannya padaku di depan seluruh guru dan staff sekolah.
"Apa ibu dan ayah sudah kembali?." Tanyaku akhirnya pada Leonardo.
"Belum," jawabnya. "Dan kau tau? Orang tua Christopher juga dipanggil."
"Benarkah?." Aku mengira hanya ayah dan ibu yang di panggil, karna sebelumnya Orang Tua Christopher sudah dipanggil ke sekolah.
"Kau taukan ayah dan ibu berteman baik dengan orang tuanya? Kenapa bisa kau melakukan itu dengannya E?."
Aku diam, kalau saja Leo tau bahwa aku juga tidak menyangka Chris yang selama ini ku kira membenciku akan mencium dan menyatakan cintanya, apa Leo juga masih mau memarahiku?.
Aku tau Leo sangat sayang padaku, dia tidak ingin aku disentuh siapapun sebelum aku menikah. Dia tidak mau aku melakukan hal-hal yang tidak baik di umurku yang masih delapan belas tahun ini.
"Leo?," aku memegang tangan Leo. "Apa ada telepon untukku?."
Ponsel dan telepon di kamarku, di ambil dan di putus oleh ayah saat ia mengetahui aku melakukan pelanggaran berat di sekolah. Kini aku hanya bisa diam di kamar dan sesekali duduk dipinggir jendela.
Langitpun beberapa hari ini hanya mendung tanpa menumpahkan hujan, disaat seperti ini aku rindu hujan.
Aku menyukai hujan karna saat hujan aku bisa berteriak menumpahkan amarah dan kesedihanku tanpa seorangpun yang mendengar. Aku suka hujan karna aku bisa merasakan betapa bahagianya saudara-saudaraku yang kekurangan air, kekeringan dan kelaparan di luar sana. Aku suka hujan karna itu pertama kalinya aku bertemu dan berbicara dengan Chris, aku suka hujan karna aku tahu Chris memperhatikanku dari halte dan kejadian terakhir saat Chris menyatakan cintanya, itu yang membuatku menyukai hujan.
Hujan membawa kenangan tersendiri bagiku.
"Christopher menanyakan kabarmu." Kata Leo membuatku kaget.
Benar-benar kaget.
"Lalu?." Kataku terlalu bersemangat.
Leo menatapku dengan curiga, kemudian aku mencari-cari alasan yang membuat kecurigaannya meningkat.
"Aku hanya terkejut, dari mana dia tau nomor telpon rumah?." Lanjutku.
"Dia menelpon ke ponselmu," jawaban Leo membuatku mati kutu. "Sudahlah, aku tau kau juga memiliki perasaan yang sama dengannya."
"Leo?."
"Dia akan segera kesini, bersiaplah!." Leo berdiri ingin pergi dari kamarku.
"Apa kau bilang?." Dan Leo tidak menjawabku, ia malah pergi ke lantai bawah.
Aku berjalan mondar-mandir di kamar saat Leo tidak kembali juga ke kamarku, apa benar itu Chris yang datang? Apa bukan? Apa dia akan naik kesini menemuiku? Atau aku yang akan kebawah menemuinya?.
"Eleanor, ada tamu untukmu!." Suara Leo membuatku berhenti dan melihat ke arahnya dan Christopher.
Leo meninggalkan kami berdua di kamarku yang lumayan berantakan untuk ukuran seorang gadis. Dengan teliti Chris berjalan menuju sofa yang berada di samping tempat tidurku lalu membersihkannya sebelum duduk disana.
Aku mengambil tempat duduk di depannya, lebih tepatnya aku duduk di atas kasurku.
"Bagaimana kabarmu Eleanor?," tanyanya memecah keheningan. "Sudah berapa hari kau mengurung diri di kamar?."
"Kabarku baik," jawabku. "Dan aku tidak mengurung diriku dikamar."
Chris tersenyum mendengar jawabanku.
Apa Chris tersenyum?, hey! Sudah berapa lama semenjak terakhir kali aku melihatnya tersenyum?. Empat tahun yang lalu?.
"Ada apa Chris?," tanyaku padanya yang masih tersenyum sendiri. "Apa yang membawamu kemari?."
"Tidak ada. Hanya ingin berbicara sedikit denganmu sebelum aku pergi."
"Pergi?."
"Well, sudah jelas bahwa aku tidak akan bersekolah lagi di sana, jadi aku harus pindah. Kebetulan ayahku dipindah tugaskan dari Bournemouth ke Oxford."
"Oxford?!." Tanyaku dengan nada tinggi, sangat terkejut.
Chris menatapku aneh, siapa yang tidak mengiraku aneh kalau aku tiba-tiba berteriak mendengar nama kota yang satu itu. Semua orang bahkan orang-orang di dunia sudah familiar dengan kota itu.
"Bagaimana denganmu? Apa setelah lulus sekolah kau akan pindah juga dari kota ini?." Tanyanya.
"Ntahlah, mungkin iya dan mungkin juga tidak," aku berdiri dan berdiri di dekat jendela melihat mobil Chris yang terpakir di depan rumah."Mungkin aku akan menikah setelah tamat sekolah." Kataku lirih.
"Apa?!." Chris mendekatiku "Apa maksudmu dengan menikah?."
"Ntahlah." Jawabku lesu.
Aku dan Chris sama-sama menatap ke jalan yang dilalui banyak pejalan kaki yang tergesa-gesa karna takut hujan dan mobil-mobil yang berjalan pelan dan rapat. Aku larut dengan pikiranku dan ntahlah dengan Chris. Raut wajahnya datar tanpa ekspresi.
"Tunggulah aku, Eleanor!." Katanya memecahkan keheningan di antara kami.
Aku melihatnya menatapku dengan tatapan yang sama sekali belum pernah ku lihat semenjak pertama kali kami mengenal, tatapan memohon dari seorang Christopher yang terkenal angkuh dan sombong.
"Aku, aku tidak mau kau berada di sisi pria manapun kecuali diriku," dia mendekapku untuk yang kedua kalinya. "Aku sungguh-sungguh mencintaimu Eleanorku!."katanya dengan serius.
"Christopher?."
"Jangan menolakku!." Ia memohon dengan tulus.
Dan saat aku membalas perkataannya, ia tidak mendengarku. Hujan dengan lebat turun begitu saja tanpa didahului gerimis ataupun rintik. Mungkin saat ini cukup aku yang mengetahui perasaan ini Christopher. Aku juga mencintaimu, sejak kau mengajakku bicara waktu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regen
Romance"Eleanor? Mana mungkin aku tidak sayang dan cinta padamu?," Chris memeluk sambil mengelus rambut hitam Eleanor. "Aku sangat menyayangi dan mencintaimu Eleanor." Sambungnya. "Tapi aku tidak cukup baik untukmu kan Chris? Aku cereboh dan tidak teliti...