~June, 17th 2015~

3 0 0
                                        

Empat hari sudah aku tinggal bersama tim peneliti di Ephesus, sisa empat hari kedepan akan kami gunakan untuk menyusun hasil penelitian kedalam journal, essay dan dokumen. Semuanya itu akan di fotocopy untuk arsip seluruh universitas di Turki dan Universitas Bournemouth dan Oxford.

Melelahkan, kami mencari dan mencari baik itu dari arsip, peninggalan-peninggalan yang kebanyakan berbentuk reruntuhan dan juga beberapa sumber hidup seperti warga keturunan dari penyair-penyair jaman dulu.

Hari ini setidaknya ada kabar baik. Gwenn dan Stephen akan datang. Mereka memutuskan untuk meyusun hasil mereka disini. Aku tengah duduk di bawah tenda saat Shania mengabarkannya pada kami semua.

Empat hari belakang ini, aku dan rombongan sibuk mewawancarai warga keturunan dan bolak-balik kuil Artemis. Mencocokkan data di kertas dan lapangan. Berkat bantuan sang arkeolog, Ahmed Aydin semua terasa lebih ringan. Hari ketiga merupakan hari puncak sibuknya kami. Sampai-sampai Dilara dan Julie dehidrasi dan lemas. Sisa hari itu mereka terkapar di dalam bus.

Tinggalah aku dan ketiga laki-laki itu. Aku yang pada awalnya dalam posisi pasif tiba-tiba dituntut aktif. Pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatku diajukan oleh Burak dan Aydin dan sesekali Chris. Mereka tanya satu aku jawab setengah, mereka tanya dua aku jawab satu. Lain hal nya dengan Julie, mereka tanya satu dia menjawab dua puluh.

Jujur saja, dari awal aku tidak mengerti kenapa kuil dan bangunan nya yang runtuh ini diteliti juga. Sebegitu kuatnya kah bukti itu disini? Yang aku rasakan hanyalah magnet berlebihan di kuil ini yang menarikku setiap malam kesini.

Memasuki siang, kami berkumpul di bawah tenda, Shania dengan wajah dan sikap anggunnya tumben-tumbenan menawarkan diri untuk memasak. Semua masakan yang ia masak sama sekali bukan makanan favorit ku. Aku jadi bertanya-tanya, dia sengaja atau memang bisa nya masak makanan ini?.

"Ini semua masakanku yang special, special untuk empat hari kita yang sangat melelahkan!."

Terjawab sudah pertanyaanku. Dia hanya ingin mengerjaiku.

Tepat setelah Shania menghidangkan semua masakannya, sebuah mobil bak dengan ban nya yang besar datang dan parkir di samping bus kami. Dari dalamnya meloncatlah seseorang yang saat ini amat sangat aku rindukan, Gwenn dan disusul Stephen di belakangnya.

Gwenn berlari sambil meneriakkan namaku, saat ia sadar aku berdiri di bawah tenda menantinya. Ahmed yang ada di sebelahnya hanya tertawa dan Stephen dengan jalannya yang gagah mengikuti Gwenn ke tenda.

Shania menyambut Stephen dengan senyumnya yang paling indah, ia memeluk kemudian bercium pipi kanan dan kiri ria. Setelah itu senyum indahnya sirna bak tersapu badai tornado.

Stephen memelukku dan mencium pipiku dengan bibirnya sambil bertanya. "Apa kabarmu, Love?."

Jangankan Shania, senyum senangku karna bertemu dengan Gwenn pun sirna seketika.

Apa-apaan dia?!. Kenapa laki-laki yang ada di dekatku mesum semua? Kemarin Christopher yang memelukku dari belakang dan sekarang Stephen yang mencium dan memanggilku dengan Cinta.

Gwenn yang mengalihkan semua keheningan diantara kami karna ulah Stephen. Ia duduk dengan heboh sambil menarik tanganku, ia mulai mengisi piringnya dengan salad buatan Shania. Menyantapnya dengan lahap seperti ia sudah tidak makan untuk berhari-hari.

"Kalian beruntung!" katanya semangat.

"Apanya yang beruntung?." Tanya Shania kesal, pada Gwenn yang heboh dan aku yang menghancurkan moodnya hanya dengan keberadaanku, aku menyadari itu.

"Bayangkan, di tempat kami yang menjadi juru masak itu Stephen dan masakannya. Sudahlah lupakan!." Gwenn bercerita menggebu-gebu dan hanya mendapat pelototan dari Stephen dan tawa dari Ahmed. "Omong-omong di mana mahasiswa Turki yang bersama kalian?,"

"Sebentar lagi mereka kesini." Sahut Julie.

"Hey J! kau terlihat kurusan dan kenapa Eleanor terlihat menggemuk?." Dia menodongku.

"Aku sempat sakit kemarin, Eleanor memiliki tubuh yang kuat. Dia bertahan di cuaca panas." Canda Julie.

"Oh benarkah?." Tanya Gwenn.

"Iya, tapi ada Christopher. Aku jadi cepat sembuh dan merasa sepuluh kali lebih baik." Katanya tersipu.

Dan aku rasa suhu tubuhku naik mendengarnya.    

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang