~Make All be Clear~

2 0 0
                                    

Beberapa jam lalu, aku masih menginjakkan kaki di ibu kota, London. Sekarang aku harus kembali ke tanah kelahiranku Bournemouth dan melanjutkan misi selanjutnya. Memperjelas semua masalah pada semua orang termasuk Mrs Joyane sekeluarga, membatalkan pertunangan dan pernikahan kemudian melanjutkan hidup yang aku juga belum tahu bagaimana caranya untuk melanjutkan.

Tepat pukul enam sore aku sampai di depan pintu rumah, memencet bel dan beberapa detik kemudian muncullah Ben dengan kacamata di wajahnya. Ia berlari dan mendekapku sesaat setelah membuka pintu. Rasanya, aku ingin menjadi Ben saja, walau masih kecil tapi memiliki otak dewasa tapi tidak mempunyai masalah rumit seperti yang kuhadapi.

"Kacamata baru ya?" Tanyaku sambil menarik koper masuk kedalam rumah dan menurup pintu di belakangku.

"Hmmm, mataku rusak karna terlalu lama di depan laptop." Jawabnya seraya membantuku membawa kantong plastik berisi oleh-oleh dari London.

"Ayah dan Ibu?" tanyaku saat aku menyadari bahwa kedua orang tuaku tidak ada dirumah dan tidak menyambutku.

Ben meletakkan kantong plastik di atas meja kemudian kembali ke depan laptop ayah, "Mereka ke pemakaman kakek, mereka bilang kita tunggu saja di rumah. Dan kau, mereka menyuruhmu untuk menyiapkan makan malam. Ada tamu yang akan datang."

Tamu? Siapa lagi? Tidak bisakah tamu itu berkunjung saat aku tidak ada dirumah? Dan tidak bisakah ibu tidak menyuruhku mempersiapkan makanan? Aku sungguh lelah dan ingin beristirahat saja semalaman di kamar.

"Kau tau siapa mereka?" Aku beranjak ke dekat tangga.

"Calon mertuamu kemudian teman lama ayah dan ibu."

Ben, andai kau tau, mereka bukan lagi calon-calon ku.

"Baiklah!" aku memutar mataku, merasa bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang.

Pukul tujuh malam, tamu yang dikatakan Ben datang. Ibu Stephen datang dengan pakaian mahalnya seperti biasa didampingi oleh suaminya yang berwibawa dan gagah diusia nya yang tak muda lagi, ibu dan ayah menyambut mereka dan menyilahkan mereka duduk di ruang tamu. Dua puluh menit kemudian, orang yang baru beberapa jam bertemu dan duduk bersama dengaku datang. Mrs Ana dan Mr Adam, mereka disambut hangat dan penuh suka cita oleh ibu ku dan ayahku. Dan mereka juga merupakan ibu dan ayahku.

"Dianna, aku sangat merindukanmu!"

Aku dapat mendengar betapa bahagianya Mrs Ana, sementara mataku tanpa sengaja menangkap ekspresi di wajah cantik nyonya Joyane. Ekspresi terkejut dan wajahnya yang dipoles sedemikian rupa memutih dengan kentara.

Mrs. Ana melemparkan senyum pada Mrs Joyane, sementara Mr Adam dan ayah Stephen, Mr. Shamus hanya berpandang-pandangan. Ibuku, Dianna, yang mengambil alih control suasana. Dengan cepat, ia mengajak semua tamu nya ke meja makan dimana Ben telah menunggu.

"Dimana Stephen?" tanya Mrs. Joyane padaku yang berjalan paling belakang saat kami berjalan ke meja makan.

"Di London," jawabku. "dan mungkin sudah pergi lagi ke Oxford." Sambungku.

"Kenapa dia harus pergi jauh saat pernikahan kalian sudah dekat?!" Mrs.Joyane terlihat kesal.

Aku hendak menjawab tepat saat Ibuku, Dianna bersuara. Ibu meminta kami semua untuk duduk dan menyantap makanan pembuka dan hidangan utama. Malam ini, makanan khas Bournemouth lah yang tersaji, ayah membuka percakapan dengan pertanyaan apa kah masing-masing mereka masih ingat dengan permainan favorite mereka di kampus dan saat muda.

Mereka terlihat akrab satu sama lain, dan hal ini membuatku penasaran bagaimana bisa ayah dan ibu tidak tahu kalau aku dan Stephen saudara kandung? Dan yang lebih membuatku penasaran lagi, bagaimana Leo mengetahui semua ini.

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang