Gpp bolong dengkul, drpd bolong tengah2, lah yg ada eike ngambil kursi sambil ngemilin remahan penyek liatin pemandangan...... 😅🏃🏃🏃
Jeni POV
"Masuk aja gak dikunci maaa" Teriakku dari dalam kamar ketika mendengar suara ketukan pintu kamarku.
Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar, mataku membulat kaget melihat sosok jangkung yang berdiri hampir memenuhi pintu kamarku, tanpa sadar pulpen yang ku genggam terlepas dari tanganku.
Aku pikir mama yang mengetuk pintu kamar untuk membangunkan ku dari tidur dan menyuruh ku sarapan.
Sosok jangkung itu melangkah masuk, pakaiannya terlihat sangat casual untuk ukuran pemilik sebuah kantor yang bergerak dalam jasa kontraktor dan konsultan arsitek.
Bagaimana tidak kubilang sangat casual kalau di hari kerja Dimas memakai celana jeans yang dengkulnya bolong-bolong di kedua lututnya, memakai kemeja yang kancingnya terbuka dan memakai kaus lagi di dalamnya.
Tampilannya tidak mencerminkan kesuksesan kariernya apabila melihat caranya berpakaian.
Terlalu santai, berbalik dengan ayah Bill yang selalu terlihat berkharisma setiap saat dalam cara berpenampilan.
Mereka berdua memang berbeda penampilan tetapi mempunyai satu kesamaan, gen player yang mendarah daging.
Dimas berjalan ke arah ranjang kecilku dan dengan seenaknya menghempaskan tubuh besar berototnya ke atas tempat tidur yang baru saja kurapikan.
Krekkk... Krekk...
Bunyi besi tua ranjangku bergesekan akibat hempasan tubuh besarnya.
"Pelan-pelan mas, bisa rontok ranjang saya kalo cara mas Dimas tidur kaya begitu" Kataku sambil memutar tubuhku kembali ke depan meja belajar dan melanjutkan menulis.
Dimas terkekeh.
"Bunyinya berisik gini Jen, kalo dipake buat ML, bisa bikin orang se-RT bangun keberisikan gara-gara ngedenger suaranya"
Perkataannya barusan membuatku tiba-tiba tersedak, untungnya posisi tubuhku memunggungi Dimas, dengan cepat aku meraih gelas berisikan air putih dan langsung menegak isinya tandas. Wajahku merona merah.
"Ihhh omongannya vulgar banget sih mas" Kataku setelah meletakkan gelas kosong ke tempat semula, masih memunggungi Dimas.
Untuk ukuran orang yang baru saja bertemu lagi setelah 6 tahun tidak bertemu, kami meloncati bagian canggung tahap pengenalan kembali karakter masing-masing.
Dulunya kami memang seakrab ini. Saling mengejek ataupun saling bercanda.
Mungkin karena kami sama-sama anak tunggal dan selalu bersama-sama dari kecil, jadi sudah seperti saudara kandung sendiri.
Terdengar lagi kekehan suaranya.
"Mama mana? Kok mas Dimas diijinin masuk? Mama tuh paling anti ngijinin teman laki-laki saya masuk ke dalam kamar" Kataku sambil memutar tubuhku ke arahnya.
Krekk...krekkk....
Terdengar lagi suara berisik ranjang ku, membuatku meringis.
Dimas bergerak duduk dan mencari posisi nyaman sambil menyenderkan punggungnya beralaskan bantal.
"Kalo saran gue nih Jen, mending lu buang ranjang besi reyot ini, gila ya, ini ranjang awet banget dari elu kecil sampe sekarang masih di pake, bagusnya spring bednya langsung di pakein alas karpet di atas lantai, gak bakalan brisik, mau ML pake gaya apapun, tetangga gak bakalan terganggu" Katanya santai dengan wajah datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18