27. ijin

15.2K 1.9K 358
                                    

Celana semuanya robek2, kena di makan rayap apa abis berantem sama bencong rebutan lapak buat mangkal sih dek Dimmm
😅😂😂

Jeni POV

"Bukannya gue gak senang Dav"

Tanganku terhenti ketika ingin mengetuk pintu kamar mama keesokan harinya.

Aku memiringkan wajahku dan menempelkan telingaku di daun pintu, mempertajam pendengaranku.

Terdengar suara helaan nafas mama.

"Kemarin pas Dimas jemput Jeni, itu anak ngomong soal keinginannya, dia minta Jeni gak usah lanjutin kuliah, tapi ngurusin dia sama anak-anaknya"

"Gue kaget dengernya, sampe batuk-batuk. Hubungan mereka emangnya udah sejauh itu? Gue gak tau lho, Jeni gak pernah cerita"

Waduh, aku menelan ludahku. Mama sedang menelpon bunda Dav?

"Gue tau elu seneng Dav, cuma..."

Suara mama menggantung, terdengar lagi suara helaan nafasnya.

"Hahaha... bukannya gitu, Dimas dari kecil gue yang jagain, gue tau kelakuannya gimana"

Jeda sebentar.

"Dan gue tau bentuk burungnya dulu kaya gimana, nah kemarin dengar dia mau nikahin anak gadis gue, rasanya gimana ya?"

Hening.

"Hahahahaa... Dia bilang gitu? Burung parkitnya udah menjelma jadi burung kakak tua? Ya ampun Dav, beneran deh, gila kali kalo gue bayangin cacingnya Dimas sekarang jadi belut"

Mama kembali tertawa. Aku menahan nafasku.

Ini pembicaraan apa sih? Kenapa malah bahas masalah burung sama cacing.

Ya ampun, pembicaraan paling absurd yang pernah aku dengar keluar dari mulut mama, selama ini aku tidak pernah mendengar mama berkata hal-hal yang menjurus daerah reproduksi manusia.

Ok, mungkin mama bisa berkata bebas dengan bunda Dav, sahabatnya sejak dulu.

Tapi mendengar perkataan soal burung dan cacing, apalagi yang dibicarakan itu burung-cacing milik Dimas, membuatku meringis.

Aku mengurungkan niatku masuk ke dalam kamar mama untuk meminta ijin pergi bersama Dimas yang sebentar lagi akan datang menjemputku.

Hari Sabtu ini kami berencana untuk nonton Avengers Infinity War. Dimas dari kemarin sore ribut mengajakku keluar rumah pada waktu weekend.

Padahal di setiap weekend aku selalu menghabiskan waktu di rumah, membantu mama beres-beres rumah.

Aku berjalan dan duduk di atas kursi ruang tamu, mengamit lututku dan membuka password handphoneku.

Membuka gallery dan melihat photo Dimas yang kemarin aku ambil secara candid, pria itu terlihat enak dilihat walaupun di ambil dari beberapa angle yang kurang bagus.

Aku tidak mempunyai photonya, mau minta gak enak, mau ajak photo bedua lebih gak enak lagi.

Terdengar suara mobil yang terparkir di depan rumah, Dimas datang, aku berlari kecil menyambutnya.

Dimas terlihat segar dengan balutan kaus lengan panjang warna putih.

Pria itu tersenyum membalas senyumanku, tangannya merentang dan menarikku ke dalam pelukannya.

Kepalaku bersender di dadanya yang kokoh, aku menghirup aroma wangi tubuhnya yang menguar.

Dimas menciumi puncak kepalaku. Tangannya mengusap pelan punggungku.

Catch YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang