8. serakan souvenir

14.8K 1.9K 459
                                    

Objek photonya akoh aja dedek Dimassss 😍 dijamin ntar dirimu gumoh2 deh liat hasilnya 😂😂

Dimas POV

Pintu ruangan kerjaku terdengar ketukan dari luar.

Jeni melangkah masuk ketika aku berkata menyuruh siapapun yang mengetuk pintu untuk masuk.

"Tamunya sudah datang Mr. Dimas" Katanya dengan formal.

Aku melirik pergelangan tanganku.

Belum jam 3, good, tepat waktu.

"Ok, terima kasih" Kataku lalu berdiri dan mengganti kemejaku dengan semi jas.

Jeni menatap tubuhku dari atas sampai bawah setelah aku selesai memakai jas.

"Umm... Mas, maaf, ini perkataan seorang adek ke abangnya ya" Katanya dengan wajah meringis.

Aku yang tadinya mau melangkah keluar akhirnya mengambil duduk di atas meja dan menunggu Jeni melanjutkan perkataannya.

"Itu, mas Dimas... eh gak jadi deh" Katanya ragu.

"Kenapa Jen?" Tanyaku.

"Gak apa-apa hehehe, gak jadi, tamunya kasian nanti nunggu lama" Jawabnya lalu memutar tubuhnya berjalan melangkah ke arah pintu ruangan kerjaku.

Aku buru-buru meraih MacBook ku dari atas meja kerja dan melangkah mengejarnya, menumpukan telapak tanganku ke atas pundaknya, menarik tubuhnya mendekat lalu merangkul pundaknya.

Jeni mendorong tubuhku mundur, wajahnya terlihat risih. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri lorong yang kami lewati.

"Ntar pulangnya bareng sama saya ya, jangan pulang duluan kaya kemarin" Kataku, kami berjalan beriringan menuju ruang meeting.

Kemarin Jeni bersikeras untuk pulang sendiri, padahal posisi apartmentku melewati rumahnya. Aku selalu tidak berhasil memintanya untuk pulang atau berangkat kerja denganku.

Jeni memberi alasan tidak enak dengan karyawan yang lain, banyak dari mereka menanyakan perihal status hubungan persaudaraannya denganku sejak Jeni mulai masuk bekerja.

Semakin mereka melihat keakraban kami semakin gencar pula mereka menanyakan hal-hal yang berhubungan denganku, katanya.

"Gak usah mister, biar saya pulang sendiri, naik ojol lebih cepat nyampe rumah" Katanya lagi memberi alasan menolak.

"Ck, Jen, naik ojol walopun cepat sampe tujuan, cuma bisa bikin rambut indah kamu bakalan bau asap dan jadi kusam loh, terus kamu rela kulit eksotis kamu ini ntar rusak karena keseringan kena polusi?"

"Elah gak ayah gak anaknya sama-sama lebay" Jawabnya sambil melengos berjalan mendahuluiku.

Aku langsung mengejar dan menarik pergelangan tangannya.

"Dad lebay?" Tanyaku dengan kening berkerut.

Jeni nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.

"Kayaknya makan siang tadi gak sekedar makan siang, you need to tell me whole thing, young lady" Kataku dengan memicingkan mataku menatapnya.

Jeni tersenyum sambil membuka pintu meeting mempersilahkan diriku untuk masuk.

"Selamat meeting Mr. Dimas. Bapak mau saya buatkan minum apa?" Tanyanya sambil tersenyum manis ke arah pria klien kami.

"Black coffee ya, no sugar, very hot" Pria berkacamata itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Jeni.

Aku berdiri mematung mengamati caranya memandangi Jeni.

Catch YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang