25. 1 tahap lagi?

14.7K 1.9K 527
                                        

Klo yg tante perhatiin keknya kamu itu kopi addict ya Dim, kapan2 ngopi barenglah kita, bayarin tapi yakkk 😆

Dimas POV

"Help me, please" Bryan memohon dengan wajah kusut ke arahku dan Jeni bergantian.

Aku dan Jeni saling berpandangan.

Menolong Bryan artinya menyerahkan kekasih sendiri ke salah satu player mainstream yang mempunyai reputasi buruk di memoriku.

Bisa gila aku membayangkan Jeni menjalankan misi menolongnya dari perjodohan yang tidak dikehendaki.

Bayangan tubuh Bryan di atas tubuh Jeni saja sampai sekarang belum bisa aku enyahkan.

Dan sekarang harus bersiap-siap menerima pemandangan kekasih sendiri yang bisa saja melakukan adegan mesra dengan Bryan untuk menjalankan misi tersebut.

Aku mengacak rambut belakangku gusar.

"Cari perempuan lain, gue gak ngijinin Jeni" Kataku akhirnya.

Bryan mengusap wajahnya frustasi.

"Please, gue gak bisa minta pertolongan perempuan lain, mereka pasti akan memanfaatkan keadaan, tapi Jeni nggak seperti perempuan lain, that's why I ask her" Ucapnya dengan nada memohon.

"Gue delima nih" Sahutku.

Jeni menoleh ke arahku.

"Dilema mas" Ralatnya dengan raut wajah sabar.

"Iya, itu, maksudnya dilema" Aku menarik dan menggenggam tangannya.

"Kilasan tubuh lu di atas tubuh Jeni masih membekas di otak gue, dan sekarang elu minta tolong kaya begini...." Aku tidak melanjutkan perkataanku.

Jeni mengusap punggung tanganku pelan. Mencoba menenangkanku.

"Mending elu cari alasan yang masuk akal kalo elu gak mau di jodohin dude" Lanjutku.

Bryan kembali mengusap wajahnya.

"I did, but my dad keep pushing me" Jawabnya.

"Itu derita elu, jadi jangan bawa-bawa Jeni ke masalah yang elu hadapi" Sahutku kesal.

Kulihat kepalan tangannya mengerat meremas napkin.

"Gue minta tolong sama Jeni Dim, not you" Bryan menatap Jeni.

"Karena gue tau Jeni seperti apa, kalo gue cari perempuan lain untuk nolongin gue, mereka akan ngasih gue masalah lain" Lanjutnya lagi, matanya menatap Jeni memelas.

Aku mendengus mendengar perkataannya.

"Kalo elu minta tolong ke Jeni, yang ada elu ngasih masalah ke gue"

"Jeni kekasih gue, dia gak bakalan ngelakuin sesuatu tanpa seijin gue, clear enough?" Aku memutar kepalanya untuk menghadap ke arahku.

"Beside, ini tuh lapak cerita gue, gue gak abis pikir kenapa elu bisa masuk dan ngacak-ngacak cerita gue kayak gini, ganggu-ganggu kemesraan gue yang seharusnya gue alami dari chap 20, ini udah chap ke-25 dan gue belum merasakan ciuman yang sempurna" Lanjutku lagi dengan suara menggebu-gebu.

Usapan di lenganku membuatku menoleh ke arah Jeni.

"Mas, sabar, inget blood pressurenya" Suara Jeni menenangkanku, tangannya kembali mengusap-usap punggung tanganku lagi.

Aku mengatur nafasku yang masih terdengar memburu.

"Blood pressure?" Aku menoleh ke arah Jeni karena baru mencerna perkataannya.

Catch YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang