Lagi mikir ya Dim, musti dapetin CD lagi buat modal minum ☕
😅😅
Dimas POV
"Enam... Tujuh.... Delapan.... Sembilan... Hufttt sembilan celana dalam" Kata Jeni, matanya melirik ke arahku sambil bergidik, sebagian wajahnya tertutup masker dan kedua tangannya memakai sarung tangan panjang tebal.
Jeni lebih terlihat seperti orang yang sedang membersihkan kotoran hewan padahal kami hanya membersihkan isi dalam mobilku.
"Elu ga nyesek Jen make masker kaya gitu?" Tanyaku.
"Lebih baik nyesek daripada mencium bau-bau yang menguar dari celana-celana dalam ini iihhhh...." Jawabnya, tangannya menarik salah satu g-strings berwarna merah menyala dari tumpukan celana dalam yang lain.
Kulihat matanya melotot ngeri.
"Celana-celana dalam itu bersih kali Jen" Kataku sambil berjongkok di samping mobil, kami membedah isi dalam mobilku di parkiran basement apartmentku yang selalu sepi.
Lebih aman membongkar isi mobilku di sini daripada berada di garasi rumah orang tuaku.
"Siapa yang tahu ini bersih atau nggak? Bisa aja mereka ngasih souvenirnya fresh from the oven, baru di pake terus langsung ngasih ke mas Dimas ewwwww....." Jeni kembali bergidik.
Aku terkekeh mendengar perkataannya.
Sepanjang perjalanan menuju apartmentku, Jeni tidak henti-hentinya bertanya mengenai souvenir-souvenir itu.
Bagaimana bisa di dalam mobilku berserakan celana dalam perempuan, aku sampai meluruskan pikiran negative Jeni karena dia berpikir aku sering make out di dalam mobil.
Ya ampun, aku tidak sebejat itu.
Aku kan player santun, yang menghormati para perempuan dan mempunyai motto 'no sex before married'.
Jadi tidak melakukan di mobil, di apartment, di hotel, di rumah, tidak di manapun.
Tidak pernah.
Entahlah apa yang dipikirkan oleh Jeni sampai berkesimpulan kalau aku sering make out dan meninggalkan jejak celana-celana dalam perempuan di mobilku.
Lagian souvenir-souvenir yang aku dapat itu bukan permintaan khusus ku kepada perempuan-perempuan yang hanya sekali dua kali atau tiga kali berada di dalam mobilku.
Mereka yang memberikan kepadaku secara sukarela, dan yang membuatku bingung, mengapa mereka rata-rata memberikanku celana dalam mereka ya?
Apakah itu kode keras ajakan untuk mempersilahkan ku memasuki va... #sensor Dim, sensor, batinku.
Aku menoleh ke arah Jeni yang duduk berjongkok menatapi tumpukan celana dalam di depannya.
Sembilan celana dalam ini belum ada waktu seminggu aku dapatkan, dua minggu lalu aku membersihkan mobil dan menemukan hampir selusin celana dalam.
Aku menggaruk rambut belakangku.
"Makasih ya udah ngebantu gue ngebersihin mobil, bener kata elu, kalo mom liat ini, riwayat gue tinggal nama" Kataku sambil meringis.
Jeni membuka masker dan nyengir ke arahku.
"Sampe kapan mas kaya begini? Perempuan-perempuan gak bakalan ada habisnya ngegodain mas Dimas, kalo mereka tau mas Dimas punya kekasih permanent, mereka pasti berhenti ngasihin mas souvenir beginian"
Aku menyenderkan punggungku ke ban mobil lalu melonjorkan kedua kakiku.
Kami terdiam.
Khususnya aku yang terdiam karena merenungi perkataan Jeni barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18