21. curahan panjang hati Dimas

14.5K 2K 598
                                    

Hahaahaha beneran pake tali sepatu 😅😂😂😂
Ampun dahhh!! No komen lah 😅😄😄

Jeni POV

Bunda Dav terlihat serius mendengar kata demi kata yang keluar dari mulutku.

Sesekali dirinya tersenyum menanggapi perkataanku.

"Tadi pagi itu bun, mas Dimas kaya orang lain, sikapnya dingin gitu ke Jeni"

Tangannya mengusap lenganku.

"Cemburu" Timpal bun.

Aku menggeleng.

"Dia bilang gak cemburu bun, katanya buat apa cemburu ke Jeni" Kataku dengan merengut, tanganku meremas ujung kemeja yang ku pakai.

"Hihihihi ya mana ada orang ngaku kalau lagi cemburu Jen, waktu dulu aja, ayah Bill sampe ninggalin bunda lagi untuk kedua kalinya karena ngerasa dia gak bisa bahagiain bun sama Dimas, cemburu ayahnya itu malah lebih parah, diam terus kabur ninggalin bun lagi"

"Sebentar, kamu ngomong gini, bilang Dimas gak cemburu, memangnya kamu ngerasa layak di cemburuin Dimas?" Tanyanya.

Keningku berkerut bingung.

"Maksudnya bun?" Aku balik bertanya.

Bunda menarik nafas.

"Dimas udah nyatain perasaannya ke kamu, kamunya gimana? Udah menyadari perasaan sendiri belum?"

Aku mengerutkan keningku semakin dalam, mencoba mencerna perkataannya.

"Bun, ini kan soal perasaannya mas Dimas ke aku, ngapain jadi nanya-nanya soal perasaan aku? Kalo mas Dimas cinta kenapa sekarang sikapnya dingin gitu ke Jeni, bilangnya gak akan patah semangat buat dapetin aku, tapi kalo cuma liat Jeni makan siang sama Bryan terus marah, kan aneh, mana semangatnya? Gitu doang keok...."

"Yang keok siapa?"

Suara berat milik seseorang yang sedang aku bicarakan terdengar di belakangku.

Mataku membulat.

"Bun kok gak bilang-bilang mas Dimas ada di belakang sih?" Aku menarik-narik lengan bunda Dav kesal.

"Tadi Dimas nyuruh bun diam tuh" Kata bunda sambil menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.

Mataku terpejam, duhh sejak kapan Dimas mendengar perkataanku.

Untung tadi gak ngucap yang aneh-aneh soal perasaanku ini.

Untung belum menjawab pertanyaan bunda soal perasaanku.

Ihh, bunda nih, apa memang lagi mancing-mancing aku ya?

Bunda berdiri, aku segera menarik tangannya lagi.

"Bunda mau beresin dapur dulu, kamu selesain deh masalah kamu sama Dimas, biar kelar, jangan diem-dieman, jangan bohongin perasaan sendiri, nanti nyesal" Bun melangkah keluar meninggalkan kami berdua.

"Yang keok siapa?" Dimas kembali mengulang pertanyaannya setelah suara pintu kamar menutup di belakang kami.

Wangi aroma tubuhnya tercium menggoda indera penciumanku ketika Dimas berjalan melewatiku dan duduk di kursi meja belajar yang berhadapan denganku.

Aku mengusap ujung hidungku. Mencoba menghentikan aliran darah yang mengalir ke atas wajahku.

Kenapa jadi salah tingkah gini sih? Padahal cuma nyium wangi aroma tubuhnya aja.

"Elu ngapain ke sini?" Suaranya masih terdengar dingin, aku tidak berani mendongak untuk sekedar meliriknya walaupun sekilas.

Dengan tidak nyaman aku bergerak di atas ranjangnya.

Catch YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang