Gayanya slengean, suka bener make baju ato celana yg t'cabik2 kek abis berantem sama kucing 😅😅
Dimas POV
Jeni menatap telapak tanganku yang terulur ke arahnya dan wajahku bergantian dengan bingung.
Kami berada di dalam mobil di parkiran basement kantor sore harinya, bersiap untuk mengantarkannya pulang.
"Apaan?" Tanyanya, matanya masih melihat telapak tanganku.
"Kasih ke gue apa yang tadi siang Sony kasih ke elu" Jawabku dengan suara dingin.
Keningnya berkerut mendengar perkataanku.
"Gak usah pura-pura gak ngerti apa yang gue omongin Jen" Lanjutku lagi.
Jeni mencibirkan bibirnya lalu merogoh ranselnya dan meletakkan sebuah kartu nama di telapak tanganku.
Dipikirnya aku tidak melihat Sony memberikan kartu nama sebelum player mainstream itu pamit pulang.
Darn!
Ternyata ancamanku tidak di gubris olehnya, aku rasa Sony perlu merasakan tulang hidungnya patah atau copot karena tinjuku.
Kulirik Jeni yang merengut, pandangannya mengarah ke depan.
"Gak suka gue minta kartu nama ini hah?" Tanyaku.
Entah kenapa, suaraku terdengar sarat emosi.
Baru kali ini aku merasakan emosi yang meluap-luap karena suatu hal yang aku sendiri tidak mengerti, ada apa dengan diriku ini.
Melihat seorang pria yang mendekati Jeni secara terang-terangan.
Ok, aku memang sudah berjanji untuk melindungi Jeni dari godaan-godaan player yang datang kan?
Dan aku sudah bertindak benar, mencegah Sony untuk mendekatinya lebih jauh.
Mencegah sebelum hal yang sama kembali terjadi pada dirinya.
Kilasan kejadian di mana Bryan menindih tubuhnya kembali melintas, membuatku muak.
Jadi aku rasa tindakanku ini tidaklah salah.
"Memangnya ada yang salah sama kartu nama itu?" Jeni balik bertanya matanya mendelik menatapku sengit.
Baru kali ini kami berkonfrontasi berkali-kali belum ada itungan sehari.
Biasanya kami tidak seperti ini, tidak pernah berbicara sampai tarik urat leher.
Aku mengusap tengkukku. Menarik nafas panjang. Mencoba meredakan emosiku yang mendadak bergejolak.
Calm down Dim, jangan terlalu berlebihan, boleh emosi tapi gak seharusnya seperti ini. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri.
"Sony itu player Jen" Kataku dingin.
Jeni mendengus.
"Apa bedanya sama kamu mas?" Suaranya terdengar pelan tetapi jelas di telingaku.
Aku menarik pundaknya untuk berhadapan denganku.
"Ulangi lagi" Kataku dengan mata memicing menatap tepat ke manik matanya yang berwarna gelap.
Jeni memejamkan matanya. Kulihat dia menarik nafas.
"Mas ini kenapa sih?" Tanyanya sambil menepis tanganku dari pundaknya.
"Mas Sony cuma ngasih kartu namanya, tadi dia bilang, kalau saya niat mau pindah kerjaan, di kantornya ada lowongan" Lanjutnya lagi.
Giliran aku yang mendengus. Perlahan mengusap keningku.
"Elu itu terlalu polos, tau gak?" Kataku.
![](https://img.wattpad.com/cover/142331339-288-k424791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18