Pagi dek Dimassss 😗😙😚
Satu kata ter.....
Utk dedek Dimas iniiii 😍Jeni POV
Aku merenggangkan tubuhku di atas ranjang yang empuk, sesaat tertegun karena tidak mendengar bunyi suara krekk krekk seperti biasanya kalau aku bergerak sedikit saja di atas ranjangku.
Mataku seketika terbuka lebar menatap atap kamar yang terlihat berbeda.
Ini di mana?
Aku menepuk keningku sesaat kemudian begitu tersadar kalau sekarang sedang berada di kamar Dimas.
Sampai lupa kalau semalam aku menginap di sini.
Aku bergerak duduk di tepian ranjang dengan kedua kakiku bergelantung. Melirik ke arah jam digital di atas nakas.
Pukul 6 pagi.
Aku berjalan ke arah jendela dan membuka tirai yang menutupi jendela besar di kamar utama apartment Dimas ini.
Mataku menyipit ketika pantulan sinar matahari menerpa wajahku.
Whoaaaa...
Aku terkesima.
Mataku berbinar, telapak tanganku menempel di kaca jendela dengan pandangan takjub.
Keren banget pemandangannya yang terlihat dari lantai 22 ini.
Aku menunduk lesu, beda sekali sama pemandangan yang ku dapat dari kamarku yang berhadapan langsung sama jemuran tetangga.
Pertama kali buka jendela yang kulihat langsung jejeran celana dalam yang bergerak tertiup angin.
Hoammmm.... Celana dalam lagi. Kenapa beberapa belakangan hari ini hanya ada celana dalam yang berputar-putar di otakku ya?
Aku menggaruk rambutku lalu berjalan ke arah kamar mandi, mencuci muka dan berkumur-kumur.
Membuka-buka laci di bawah wastafel mencari sikat gigi yang belum terpakai.
Setelah menemukan kemasan sikat gigi yang masih tersegel aku langsung menggosok gigiku.
Aku kembali membuka-buka laci mencari handuk bersih, mengelap wajahku dengan handuk yang bulu-bulunya panjang, mataku terpejam menikmati gesekan bulu handuk yang sangat lembut mengusap kulitku.
Setelah menggantungkan handuk yang habis kupakai, aku berjalan ke arah pintu kamar.
Langkahku terhenti ketika melihat pantulan diriku di depan cermin besar yang menempel di dekat lemari pakaian Dimas.
Baju kaus Dimas yang kukenakan dari semalam terlihat seperti baju daster, menutupi tubuhku sampai sebatas paha.
Semalam Dimas menyuruhku memakai bajunya, aku menolak, seumur-umur baru kali ini memakai baju orang lain, mana punya pria lagi.
Kan risih.
Perkataan Dimas tadi malam kembali terngiang-ngiang, dia bilang tidak ada perempuan selain bunda Dav dan aku yang menapaki kakinya di lantai apartmentnya.
Masa sih Dimas tidak pernah mengajak perempuan manapun ke apartment nya ini?
Rada sangsi, bagaimana tidak?
Reputasi Dimas di mataku sejak aku kecil mengenal dia, Dimas itu dari kecil saja sudah sering menggoda perempuan-perempuan yang umurnya jauh di atasnya.
Jadi sangat tidak mungkin kalau tidak ada perempuan selain bunda Dav dan aku yang pernah bermalam di sini kan?
Walaupun aku yang di anggap adiknya sendiri, aku merasa aku tidak se-spesial itu di hatinya.
Aku menaikkan sebelah tanganku ke atas.
Lucu juga pakai kaus kebesaran seperti ini.
Kaus hitam bertuliskan sebuah nama band rock zaman old yang ku tahu para personilnya memakai riasan wajah tiap kali manggung.
Aku tersenyum melihat pantulan diriku sendiri.
Menggaruk rambutku, aku teringat kembali perkataan Dimas, kalau dia tidak pernah melakukan sesuatu yang aneh-aneh seperti yang aku pikirkan.
Make out, bercinta, make love, have sex, bercumbu, apalah pokoknya itu, Dimas tidak pernah melakukan hal-hal itu, selama ini dia hanya sekedar berciuman saja.
Dimas sampai menekankan tiap-tiap katanya, TANPA MELIBATKAN LIDAH!
Aku baru tahu setelah Dimas berkata, jangan berciuman melibatkan lidah karena akan membakar gairah.
Memang seperti itu ya?
Mana aku tahu, ciuman yang pernah aku alami adalah ciuman pemaksaan dari Bryan.
Lidah Bryan memang berkali-kali memaksa masuk malam itu, tapi tidak berhasil karena aku menutup mulutku rapat.
Aku menggelengkan kepalaku mengenyahkan kejadian malam itu.
Lebih baik bikin sarapan dulu sebelum aku pulang ke rumah untuk berganti pakaian.
Aku membuka pintu kamar, berjalan ke arah pantry, kakiku tidak bergerak untuk melangkah lebih maju.
Whoaaaaa....
Untuk kedua kalinya pagi ini aku terkesima.
Mataku mengerjap melihat pemandangan yang berdiri sambil menyandar di meja pantry.
Pandangan matanya mengarah ke bawah, Dimas menyesap kopi yang mengepul dari mug dengan perlahan, yang membuatku terkesima...
Melihat deretan otot-otot perutnya yang menyembul, kalau kata teman-teman ku, roti sobek, papan penggilesan, polisi tidur, Dimas berdiri dengan pose bak model catwalk.
Keren banget pemandangannya yang kulihat di pantry pagi ini.
Aku menunduk lesu, beda sekali sama pemandangan yang ku dapat dari dapur rumahku, yang berhadapan langsung sama halaman tetangga.
Melihat bapak tetangga yang sedang memanaskan motornya tiap pagi hanya dengan berkaus singlet, otot perutnya memang menyembul, bedanya cuma satu otot saja.
Pantas saja banyak perempuan yang terpesona oleh Dimas, mereka pasti sering melihat Dimas tidak memakai baju kan?
"Ngapain berdiri di situ Jen?"
Suara Dimas membuatku berjengit kaget.
Aku nyengir lalu berjalan memutari meja bar, mengambil duduk memunggungi Dimas yang masih berdiri menyender di meja pantry.
"Kamu mau kopi?" Dimas mengambil duduk di depanku.
Mataku langsung terarah ke perutnya.
Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.
Dimas berdiri berjalan ke arah alat pembuat kopi.
"Pake creamer gak Jen?" Tanyanya.
"Pake" Jawabku cepat.
"Pake gula gak?" Tanyanya lagi.
"Eh, jangan pake gula ya, kamu kan udah manis" Dimas menyodorkan mug berwarna kuning ke hadapanku.
Entah kenapa aku merasakan wajahku memanas.
Tidak biasanya aku terkena gombalan Dimas.
Ini pasti gara-gara efek nemuin banyak celana dalam perempuan di mobilnya Dimas deh, iya pasti nih.
Aku menangkup mug yang hangat di telapak tanganku.
Dimas berdeham membersihkan kerongkongannya.
"Baru kali ini gue liat elu blushing Jen, cantik lho"
Aku semakin menundukkan wajahku.
Sial, kenapa aku jadi tersipu-sipu begini sih.
Tbc
Hayoooo hayooo Jeniiii, bukan efek kebanyakan nemu CD kali, efek inget otot menyembul bapak tetangga berkaus singlet yakkk 😆😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18