30. extra part (gubrak)

28.8K 1.9K 548
                                        

Glekkk nelen ludah banyak2 deh tante ini liat kamu kek gitu dek Dimmm 😆
Eta semvhak putih rasa2nya menerawang di mata tante 😅

Dan tante lsg nebak, pere2 yg lain pasti lsg balik nge-zoom sampe pollll yessss 😂😂

Dimas POV

Acara resepsi sudah selesai 2 jam yang lalu.

"Kenapa kita ke sini sih mas? Bukannya bermalam di hotel?" Tanya Jeni bingung ketika mobilku memelan di depan pagar rumahnya.

Jam menunjukkan pukul 11 malam lewat dikit.

Bukan tanpa alasan aku malah melarikan diri setelah kami berganti pakaian di kamar hotel yang sepaket dengan resepsi pernikahan.

"Mas" Panggil Jeni lagi, tangannya menepuk lenganku.

Aku mencoba tersenyum.

"Kamu tanya kenapa kita ke sini?" Tanyaku.

Jeni mengangguk pelan, matanya masih menunjukkan kebingungan.

"Mom dan dad menginap di hotel yang sama dengan kita, kamar mereka di mana?" Tanyaku, tubuhku condong ke arahnya.

"Di sebelah kanan kamar kita" Jawab Jeni ragu, mungkin dia bingung atas pertanyaanku, bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah mengajukan pertanyaan yang menurutnya aneh.

Aku kembali tersenyum.

"Ok, terus tante Chika juga menginap di hotel yang sama juga, kamarnya di mana?" Tanyaku lagi.

"Eung... Di sebelah kiri kamar kita" Jawabnya, suaranya benar-benar terdengar ragu.

Mataku membulat.

"Exactly! Sekarang bisa tebak kan kenapa aku malah ngajak kita kemari?" Tanyaku kemudian.

Kepalanya menggeleng pelan.

Aku mengusap tengkukku.

Istriku ini memang sangat polos.

"Jeni istriku yang manis, kamar mereka menghimpit kamar kita, kamu gak sadar? Mereka seperti ingin tau kegiatan kita malam ini" Kataku pelan nyaris seperti berbisik.

Jeni mengerucutkan bibirnya dengan kening berkerut.

"Mas suka gitu, suka berlebihan, gak lah, yang ngatur kamar mereka kan pihak hotel, bukan unsur kesengajaan" Sahut Jeni.

Aku berdecak.

Beneran polos istriku ini.

"Udah lupain aja prasangka aku barusan, ayo kita buruan turun, udah malam, kamu gak capek?" Aku membuka seat belt yang membelit dadaku dan melewati tubuhnya untuk membukakan seat beltnya lalu mengecup bibirnya cepat.

Jeni bergeming, kulihat wajahnya meringis.

"Jeni?" Panggilku.

"Hehehe" Jeni malah cengengesan.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Kita kenapa gak ke rumah bunda aja? Atau ke apartmentnya mas Dimas? Kenapa malah ke rumah mama?" Jeni menggaruk kepalanya.

"Gimana ngejawabnya ya? Karena tempat ini satu-satunya yang terlintas di benakku pas aku nyalain mesin mobil" Jawabku jujur.

"Kamu mau ke apartment kita aja?" Lanjutku lagi.

Jeni melirik pergelangan tangannya sekilas lalu menggeleng.

"Udah malam sih, jauh juga kalo ke sana lagi" Jawabnya.

"Ya gak apa-apa, kita kan naik mobil" Kataku lalu kembali menyalakan mesin mobil.

Jeni melewati tubuhku lalu mematikan mesin mobil.

Catch YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang