16. jgn patah semangat

14.6K 1.9K 444
                                    

Ask the front desk about monthly & yearly locker rentals

Pengalihan 👆 perhatian, biar pada gak zoom ke tengah2 😅😄🏃🏃

Dimas POV

"Jatuh cinta?" Jeni menatapku ngeri mendengar ungkapan perasaanku barusan.

Raut wajahnya lebih terlihat seperti orang yang mendapat kabar kalau tidak lulus ujian daripada mendengar ungkapan perasaan seorang pria.

Jeni menggeleng pelan sambil menutup mulutnya. Tangannya lalu bergerak membuka pintu mobil.

"Buka pintunya mas" Pintanya lalu memutar tubuhnya dan bergerak melewatiku yang malah terdiam melihat gerakannya.

Wangi tubuhnya tercium ketika tangannya memencet tombol untuk membuka central door lock di sisi kananku.

Dengan cepat aku menarik tubuhnya ke dalam pelukanku.

Jeni meronta.

"Lepasin! Jijik!" Katanya dengan suara nyaris tercekat.

Aku terdiam mematung, menatapnya bingung, tanganku mengendur.

Jeni membuka pintu dan langsung berlari meninggalkanku.

Aku mengacak rambut belakangku gusar.

Apa tadi dia bilang?

Jijik?

°•°•°

"Sampein salamnya aja sendiri ke Mr. Dimas"

Aku mendengar suara Jeni di balik punggung 2 orang perempuan yang berdiri membelakangiku.

"Elu kan sodaranya Jen, kemarin coklatnya di kasih ke Mr. Dimas gak?" Tanya seorang perempuan berambut pendek.

"Mr. Dimas gak suka coklat, nih, saya balikin" Suara Jeni terdengar datar.

Aku masih berdiri di belakang mereka yang belum menyadari keberadaanku.

Jam istirahat makan siang sudah lewat 15 menit, tetapi mereka masih berada di lobby kantor.

Aku berdeham, punggung-punggung yang membelakangiku terlihat menegang, mereka menoleh ke belakang dengan pelan.

"Ehh, ada Mr. Dimas, dapat salam dari Rani, permisi Mr. Dimassss"

Mereka berdua berpegangan tangan lalu melangkah cepat masuk ke dalam pintu kantor melewatiku.

Aku masih berdiri menyender di kisi pintu.

Tanpa perlu berjinjit aku bisa melihat Jeni yang menunduk.

Aku berjalan menghampiri mejanya. 2 hari berlalu sejak kejadian aku mengungkapkan perasaanku padanya, Jeni total menghindariku sejak itu.

"Sony nanti datang, tolong antar langsung ke ruang meeting ya" Kataku, mencoba berbasa-basi sekedar ingin mendengar suaranya.

Telepon dan pesan yang aku kirimkan tidak pernah dibalas, hanya dibaca, memangnya aku ini komik yang fungsinya dibaca aja.

Jeni selalu berangkat kerja lebih pagi, menghindari jemputanku.

Tante Chika sampai meminta maaf berkali-kali karena tidak bisa membuat anak gadisnya itu menuruti kata-katanya agar pergi bersama denganku.

Jeni hanya mengangguk menanggapi perkataanku. Matanya fokus menatap layar komputernya.

Sedikit berjinjit aku memencet tombol off layar komputernya.

Jeni bergeming, tidak terlihat mau protes atau kesal karena tindakanku.

Catch YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang