Mukanya ngademin, berasa berteduh di poon rindang sambil nyedot es teh manissss 😄 yg bole dikasih ma org lewat 😂😂
Dimas POV
2 hari berlalu. Walaupun kemarin lusa itu aku tidak menanyakan, menyatakan atau memproklamirkan soal status hubunganku dengan Jeni, tapi aku bisa mengklaim kalau dia sekarang adalah kekasihku.
Catat, kekasih.
Bukan lagi adik kecilku, adik sepupu atau apalah sebutannya.
Um, kalau belum memintanya menjadi kekasih, sebenarnya hubungan kami ini sudah sah belum sih?
Kalau menurut perempuan, bagaimana? Apakah pria harus meminta perempuan untuk menjadi kekasihnya? Agar hubungan ini sah?Ck, aku tidak membaca artikel di majalah sampai yang membahas soal masalah percintaan sih.
Yang kulihat Jeni tidak menanyakan status kami sampai sekarang. Entahlah kalau ternyata dia mempermasalahkan, nanti akan aku utarakan, jangan sampai Jeni malah berpikir aku hanya mem-PHP perasaannya.
Yang lucu kemarin, aku mendapat pesan dari mommy di aplikasi WhatsApp.
"Pokoknya mommy gak mau tahu, mom gak minta pajak jadian macam-macam, cuma minta tahun ini harus menikah"
Lumayan terkejut membacanya, karena selama ini yang aku tahu mom tidak pernah memburuku dengan kalimat atau pertanyaan-pertanyaan, umur kamu udah segini Dim, mom mau gendong cucu, kamu tuh udah cocok jadi daddy, kapan nikah? Mana kekasihnya?
Atau yang lebih ekstrem seperti dad yang ingin sekali mempunyai cucu karena ingin melihat gen player nya mengalir sampai ke cucunya atau tidak.
Mom sampai menghubungi ku via FaceTime karena aku tidak membalas pesannya.
Berkali-kali aku reject.
Ya gimana mau jawab panggilan FaceTime nya kalau aku sedang berada di toilet, sedang menunaikan panggilan alam, kalau mom melihatku mengejan, mom bisa melihat wajah asliku.
Gak ganteng di mata mommy sendiri, nanti mom gak bisa membangga-banggakan aku lagi di depan teman-temannya.
Kan bahaya.
Mommy terlihat bahagia mengetahui hubungan ku dengan Jeni ketika aku menghubunginya kembali setelah ber'meditasi' selama 30 menit di toilet.
Sabar ya mom, doakan anakmu ini semoga berjodoh dengan Jeni.
Aku bersiul melangkah keluar dari ruanganku.
Langkahku terhenti, memicingkan mataku untuk menegaskan siapa pria yang berdiri membelakangiku di meja front desk.
Rahangku mengeras.
Bryan.
Ngapain si bangke itu ke sini. Aku melangkah lebar menghampirinya.
Bryan memutar tubuhnya ke belakang, mungkin karena mendengar suara derap langkahku.
Kulihat Jeni yang tersenyum tipis. Dan Bryan merentangkan kedua tangannya menyambutku.
Aku berhenti melangkah sekitar 5 jengkal di depannya.
"Ada keperluan apa lu kemari?" Tanyaku.
"Ngajak Jeni makan siang, tapi Jeni bilang gak bisa, karena mau makan siang sama elu, kebetulan kita bisa makan siang bareng" Jawabnya, lalu menurunkan kedua tangannya karena aku yang tidak kunjung bergerak mendekatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18