Eta bibir minta disosor ma Jeni ya Dim? 😗😙😚😅😅
Jeni POV
"Jen, gue minta ma..."
"Gak usah di bahas" Potongku, mataku mengarah ke luar jendela, selama perjalanan menuju kantor, kami terdiam. Hanya suara lagu dari radio yang terdengar samar.
"Tapi gak bisa begini Jen, semalam i...."
"Saya bilang gak usah di bahas! Kalo masih ngotot ngebahas, turunin saya di sini, biar saya lanjutin ke kantornya naik ojol" Kataku memotong perkataannya lagi.
Ku dengar Dimas menghela nafas lewat mulut.
Kami kembali terdiam.
Aku menatap ke angka lampu merah yang masih menghitung mundur, 72 detik lagi.
Kurasakan tangannya menggenggam tanganku, aku menoleh ke arahnya.
"Elu berhak marah, elu boleh bikin gue babak belur, gue terima, tapi jangan kaya begini Jen" Matanya memelas.
"Mas Dimas yang bikin kita kaya begini" Aku menarik lepas genggaman tangannya. Tidak berhasil.
Jari-jari tangannya menaut jemari tanganku.
"Iya, itu salah gue tolong dengerin omongan gue dulu"
"Jeni..." Suaranya terdengar seperti merengek.
"Maaf" Lanjutnya lagi.
Aku tidak menanggapi perkataannya.
"Buka pintu mobilnya" Kataku dengan rahang mengeras, mataku sepagian ini melotot terus sampai kurasakan sakit. Mana kurang tidur, kan jadi bikin tambah senewen.
Tautan tangannya mengerat.
Suara klakson mobil di belakang kami terdengar, Dimas reflek menoleh ke belakang lalu menjalankan mobilnya.
Aku kembali menarik tanganku. Masih belum berhasil, aku mendengus lalu kembali melihat ke arah luar jendela.
Dimas menyetir dengan satu tangan yang bebas dan satu tangan masih menggenggam tanganku.
Cukup lama kami terdiam, membuatku jengah karena tautan tangan kami.
"Gue bingung sama perasaan gue sendiri, baru kali ini gue ngerasain kesal ngeliat ada lelaki yang mencoba ngerayu elu, waktu dulu gue pikir teman-teman gue yang nanyain elu itu cuma iseng, lagian elu juga masih sekolah, saat itu gue cuma bisa jawab, jangan ganggu adek sepupu gue, dia masih di bawah umur"
"Terus kejadian di klub itu bikin mata gue melek, Bryan ngeliat elu sebagai perempuan dewasa, sejak saat itu gue janji, bakalan ngelindungin elu dari pria-pria player, tapi tante Chika malah ngirim elu ke Yogya, gue gak bisa ngelindungin elu"
Aku mendengar perkataannya dalam diam.
Dimas menarik nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
"Elu kembali ke Jakarta setelah 6 tahun berlalu, gue yakin gue bisa ngejagain dan ngelindungin elu, tapi belum ada seminggu elu di sini, si player berkacamata kancrut itu udah bergerak cepat"
Genggaman tangannya kembali kurasakan mengerat.
Kulirik rahangnya mengeras dengan sinar mata yang berkilat-kilat.
Player yang sedang tebar pesona, berpura-pura berlagak seperti pahlawan, ngejagain dan ngelindungin, gak sekalian aja menganyomi kaya semboyan kepolisian RI.
Aku mencibirkan bibirku. Gak mendengarkan seluruh perkataannya, terlalu banyak berbicara, padahal kenyataannya mah kebalikan.
"Jen" Panggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18