Kenapa klo eike yg make model kacamata kek gini 👆 gak kliatan ada manis2nya ya? nasib eike punya muka KW cynnnn, situ dipakein apa aja mah cakeplahhhh 😅😄😄
Dimas POV
Aku berjalan masuk ke dalam ruang kerjaku, langkah pendek Jeni mengikuti langkah lebarku dari belakang.
Lirikan dan tatapan anak-anak buahku melihat ke arah kami dengan rasa penasaran.
"Mas, balikin dong surat lamaran kerja saya, ini kenapa saya malah jadi ikutan mas ke kantor sih, saya musti ke daerah kuningan nih"
Aku menutup pintu ruangan setelah tubuh Jeni sepenuhnya masuk ke dalam. Ku lihat dia melirik pergelangan tangannya untuk melihat jam.
Dengan santai aku melangkah menuju meja kerjaku.
Jeni mencoba meraih lagi amplop coklat di tanganku.
Usahanya sia-sia karena perbedaan tinggi badan kami yang terbilang mencolok, tinggi badanku hampir 190 cm, sedangkan tinggi badannya menurut perkiraan ku sekitar 160 cm.
Dengan mudahnya aku menahan pundaknya yang berusaha mendekat mengambil amplop di tanganku.
Jeni menepis tanganku dengan kesal.
"Masss, jangan gini dong, saya beneran harus ke kuningan" Walaupun suaranya terdengar seperti merengek, tetapi wajahnya menatapku kesal.
"Duduk young lady" Perintahku.
Jeni merengut, dirinya bergeming.
"Balikin surat lamaran saya mas" Sahutnya ketus.
Aku duduk di kursi kebesaranku. Amplop coklat nya masih di tangan ku.
Jeni mendengus kesal.
"Ok, fine, simpen aja suratnya itu, biar saya nulis ulang lagi kalo emang mas tega"
"Ini bukan waktunya bercanda mas, kehidupan mama sekarang bergantung sama saya, dan sekarang mas malah menghalangi saya untuk ngelamar kerjaan" Lanjutnya lagi dengan nafas menderu.
Bisa kulihat tekat Jeni untuk mencari pekerjaan sangatlah besar, usianya masih 21 tahun, kuliahnya terbengkalai karena faktor ekonomi.
Masa muda yang seharusnya di nikmati dengan senang-senang, Jeni malah memutuskan untuk menjadi tulang punggung keluarga di usianya yang masih terbilang belia.
Nafas ku tercekat.
Ketika aku seumuran dia, hidupku ku habiskan dengan bersenang-senang, menyambangi klub demi klub dalam waktu semalam bisa aku lakukan demi mencari kesenangan duniawi.
Sampai petaka itu terjadi, akhirnya membuatku tidak lagi menyambangi klub dan memutuskan hubungan dengan salah seorang teman kuliahku.
Sorot tajam mata Jeni menatapku kesal. Aku tersenyum ke arahnya. Saat ini waktu yang tepat untuk menebus kesalahan yang secara tidak langsung pernah kuperbuat kepadanya.
Not all my fault, tetapi tetap saja membuatku merasa bersalah sampai sekarang.
Semoga Jeni mau menerima tawaranku.
"Jeni adik gue yang manis, can you calm down and take a seat, please" Pintaku dengan wajah memelas, berharap Jeni mau menuruti permintaan ku.
Jeni kembali melirik pergelangan tangannya.
"Balikin dulu surat lamaran saya mas, baru saya duduk" Jawabnya sambil bersedekap.
Keras kepala, batinku.
"Surat lamaran elu gue tahan, duduk dulu, gue mau ngomongin sesuatu" Kataku lalu meletakkan amplop coklat miliknya ke atas meja.
Jeni mendelik, sesaat wajahnya ingin membantah perkataanku, akhirnya Jeni duduk dengan wajah malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch You
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12/5/18