22. Sabar adalah kuncinya

75 5 13
                                    

Beberapa menit kemudian, mereka dihadang segerombolan monster ular.

Monster yang menyerupai King Cobra yang berkulit kristal hitam. Matanya berwarna biru menyala. Bertanduk dua di bagian atas kepalanya. Bisa menyemburkan racun langsung ke musuhnya.

Mereka dinamai Cobra Horned.

Tanpa dikomando lagi, mereka langsung menyerang kelompok Deva. Masing-masing dari mereka menyemburkan racun.

Deva maju ke depan dengan tangan kirinya yang digenggam Freya. Freya memberikan sebagian kekuatannya untuk melindungi Deva dan Zu. Sekujur tubuh mereka dibalut sinar cahaya putih.

"Aku maju sekarang!" seru Deva dengan nada yang keras usai tangan kirinya dilepas oleh Freya. Rasa hangat sinar cahaya putih itu, menggebu-gebu dirinya untuk memusnahkan para Cobra Horned. Lalu serangan racun gabungan itu tidak mengenainya, tapi justru terserap oleh sinar cahaya putih itu.

"Berjuanglah, Dev!" Freya mendukung Deva dengan penuh semangat.

"Wah!" Zu kagum melihat aksi Freya dan Deva. Kemudian ia sedikit tersenyum.

Atas semangat dari Freya, Deva semakin terasah menjadi Swordman. Pedangnya terayun secara horizontal, ia menebas semua Cobra Horned sekali lewat sambil berlari cepat.

SLASH! SLASH! SLASH! SLASH! SLASH! SLASH! SLASH!

Bilah Monstrum Clausum yang sangat tajam, mampu menghancurkan tubuh para Cobra Horned hingga pecah berkeping-keping seperti kaca yang pecah. Karena sepenuhnya tubuh para Cobra Horned terbuat dari kristal hitam. Dengan kata lain, Cobra Horned adalah sebuah robot yang dikendalikan oleh sistem program yang ada di dungeon ini.

Mereka yang telah hancur, akan kembali utuh setelah dungeon kedua ini dikunci kembali. Hal ini berlaku juga di dungeon yang lain.

Para monster ular sukses ditaklukkan Deva. Deva menoleh dan melambaikan tangan kirinya.

"Cepat!" Deva bersuara keras.

"Iya!" Freya mengangguk sambil menarik Zu.

Mereka berlari cepat lagi. Melewati pecahan-pecahan tubuh para Cobra Horned. Zu sempat melihat pecahan-pecahan tubuh para Cobra Horned. Ia semakin kagum pada orang yang telah menciptakan monster-monster tersebut.

Jarak mereka menuju Hidden Room yang lain, tinggal beberapa meter lagi. Beberapa Cobra Horned menghalangi langkah mereka lagi. Dengan sigap, Deva menebas mereka dengan sekali serangan horizontal.

PRAAANG! PRAAANG! PRAAANG! PRAAANG! PRAAANG! PRAAANG!

Sekali terhantam benda yang keras, tubuh para Cobra Horned yang rapuh, menjadi hancur berkeping-keping. Mereka pun berserakan tidak beraturan di lantai.

Deva terus maju dan terus menebas semua monster yang menghadang jalannya. Freya dan Zu mengawalnya dari belakang. Mereka bertindak sebagai penyemangat.

Tak lama kemudian, setelah memusnahkan kelompok Cobra Horned, kelompok Deva berhasil sampai ke Hidden Room. Mereka beristirahat sejenak di sana.

"Hosh... Capeknya," Deva langsung tepar di lantai. Pedang Monstrum Clausum tergeletak tak berdaya di sampingnya. "Sampai kapan, kita harus begini? Kekuatan pedangku belum juga berfungsi."

Freya yang duduk di sampingnya, hanya tersenyum maklum, "Sabar adalah kuncinya. Dungeon ini menguji kesabaranmu untuk melewati semua rintangan yang menghadangmu. Kalau kamu berhasil melewatinya hingga mengalahkan Boss Monster, maka kamu berhasil menjadi orang yang sangat sabar."

CumulonimbusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang