19. Boss Monster dungeon pertama

78 5 9
                                    

"Tapi, aku ingin sekarang kamu menceritakannya padaku."

"Maaf, aku tidak bisa."

Freya menggeleng kuat. Deva berwajah kusut, dan sejurus kemudian ia pun berkata.

"Baiklah. Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu...," Deva melangkahkan kakinya dan memandang ke arah ujung lorong. "Ayo, kita kalahkan Bull Man yang satu lagi!"

TAP! TAP! TAP!

Deva berjalan duluan. Freya memandang punggung Deva dengan lama. Wajahnya kusut. Membatin di hati.

Aku tidak bisa mengatakan siapa aku yang sebenarnya padamu, Dev. Karena aku takut kamu tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi padaku. Andai keajaiban datang membangunkanku, aku ingin bertemu denganmu sekali lagi.

Setelah itu, ia berjalan cepat. Menyusul Deva yang sudah berjalan jauh di ujung sana.

Beberapa menit kemudian, mereka berjumpa dengan Bull Man yang terakhir. Wujud Bull Man ini sama dengan Bull Man yang kedua, tapi jauh lebih besar dan tinggi.

Senjatanya rantai besi yang panjang dan besar. Ia mengamuk dengan mata yang melotot. Melayangkan rantainya ke arah Deva dan Freya.

"Monstrum Clausum, beri aku kekuatan!" Deva berseru keras sambil memutar-mutar pedangnya dengan kedua tangannya. "Frozen Tornado!"

WHUUUSH!!

Pedang Monstrum Clausum berputar-putar cepat bagaikan kincir. Menciptakan aliran energi yang menyerupai angin tornado yang bercampur dengan es.

Tiupan angin tornado yang sangat kencang, memenuhi lorong itu. Bull Man melindungi wajahnya dengan tangan agar tidak terkena serpihan-serpihan es. Ia pun sedikit demi sedikit terseret oleh aliran angin tornado.

Dengan cepat, serpihan-serpihan es menempel di tubuh Bull Man. Membekukannya dalam hitungan detik.

Kemudian Freya datang mendekatinya. Melompat sekali, dan langsung meninju Bull Man hingga pecah berkeping-keping.

DRAAAK!

Tubuh Bull Man yang hancur berkeping-keping, berserakan di lantai. Menjadi uap lalu menghilang tanpa meninggalkan sisa-sisa apapun.

Freya menghelakan napasnya. Ia tersenyum dan menoleh ke arah Deva.

"Kita berhasil mengalahkannya, Dev."

Deva juga tersenyum.

"Semua ini berkat bantuanmu. Terima kasih, Freya."

"Ya."

"Setelah ini, apa kita langsung ke ruang Boss Monster itu?"

"Iya. Apa kamu siap?"

"Siap!"

Dengan wajah yang sangat serius, Deva mengangguk. Ia meremas gagang pedangnya dengan erat.

Maka keduanya pun maju menuju ke pintu yang ada di ujung lorong itu. Pintu yang berjarak beberapa meter dari mereka. Langkah mereka begitu pelan. Bersepakat bersama untuk bertarung sekali lagi.

Begitu tiba di pintu yang besar dan berdaun dua itu, mereka menghentikan langkah sejenak. Memperhatikan pintu yang dipenuhi tanaman merambat dengan perasaan yang berbeda-beda.

"Kita masuk sekarang?" Deva menoleh ke arah Freya.

"Ya. Inilah saatnya menuju ke dungeon kedua," Freya mengangguk tanpa memandang Deva. Ia maju untuk memegang gagang pintu.

Deva juga mengangguk. Tangan kirinya bergerak untuk membantu Freya membuka pintu. Tangan kirinya menggenggam tangan kanan Freya dengan erat.

KRIEEET!

CumulonimbusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang