14. Keganjilan

62 7 3
                                    

Fenomena ganjil disaksikan oleh Deva. Deva terperanjat dengan kedua mata yang terbelalak keluar.

Freya... Tubuhnya tembus pandang, batin Deva yang tak percaya.

Sedetik kemudian, aliran embun dingin itu menghilang. Tubuh Deva kembali seperti biasa, tidak menguarkan hawa dingin lagi.

Freya tersenyum senang. Tubuhnya tidak tembus pandang lagi. Ia datang mendekati Deva.

"Kita berhasil mengalahkan Belalang Berpedang itu lagi, Dev. Setelah ini, pasti lebih banyak lagi monster yang lebih kuat lagi."

"Iya."

"Apa kamu tidak merasa capek?"

"Hmmm... Capek sih. Tubuhku terasa sakit semuanya nih."

Deva memegang bagian dada jaketnya yang tergores. Jaketnya koyak sebesar goresan pedang. Ia baru menyadarinya.

"Akh, jaketku koyak!"

"Iya. Benar."

"Aaah... Padahal ini jaket kesayanganku. Malah jadi rusak begini. Ini semua gara-gara Belalang Berpedang itu."

"Kalau begitu, biar aku perbaiki jaketmu."

"Eh? Kamu bisa memperbaikinya?"

"Tentu saja bisa."

Freya tersenyum lagi. Wajah Deva sedikit memerah lalu ikut tersenyum.

"Kita tunda dulu perjalanan ini. Kita harus beristirahat di tempat yang aman. Apa di sekitar tempat ini ada ruang aman yang bebas dari serangan monster?"

Deva celingak-celinguk. Matanya menajam untuk mencari ruang tersembunyi yang bisa ia gunakan untuk beristirahat sementara waktu dari gangguan monster. Freya ikut mencarinya, dan menemukan ruang tersembunyi itu.

"Aku menemukannya, Dev!" Freya menarik tangan Deva dengan cepat dan berlari kecil menuju ke sisi kanan lorong.

"Dimana?" Deva penasaran dan menuruti arahan Freya.

Ada cahaya merah yang berkedap-kedip di antara tiang obor yang berada di sisi kanan dinding. Cahaya merah yang tersembunyi di balik tanaman merambat.

Mereka mendekati cahaya merah yang tersembunyi itu. Freya menyingkirkan tanaman merambat itu, dan menemukan lubang besar berdiameter 1 meter. Lubang yang diterangi dengan cahaya obor yang bernyala api merah.

Mereka masuk ke dalamnya. Tanaman merambat menutupi lubang itu lagi.

"Inilah ruang tersembunyi yang bernama Hidden Room. Tempat yang aman dari serangan monster."

"Sudah kuduga. Pasti dungeon ini akan memiliki Hidden Room-nya," Deva memperhatikan keadaan tempat itu. "Para ilmuwan itu sangat teliti juga dalam pembuatannya ya."

"Iya. Pasti itu sangat menyulitkan."

"Ya. Ah, sudahlah. Aku sangat capek. Kita istirahat dulu."

Deva ambruk dan memilih duduk bersila di lantai yang terbuat dari granit hijau. Ia melepaskan pedangnya. Pedang itu diletakkannya di sampingnya.

Di depannya, Freya duduk bersimpuh. Freya memperhatikannya sebentar. Sedetik kemudian, Freya tersenyum.

"Lepaskan jaketmu!" pinta Freya dengan nada yang lembut.

"Hah? Untuk apa?" celetuk Deva yang ternganga. Wajahnya sedikit memerah.

"Aku akan memperbaiki jaketmu. Jaketmu rusak, kan?"

"Iya. Tapi, bagaimana caranya? Kamu tidak membawa perlengkapan menjahit, kan?"

"Jangan bertanya lagi! Lepaskan jaketmu sekarang!"

CumulonimbusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang