Semua musuh sudah berhasil ditaklukkan. Selanjutnya Deva dan Freya bergegas menuju Hidden Room yang akan dicapai beberapa langkah lagi. Mereka berlari cepat dan berharap tidak bertemu lagi dengan sekelompok monster.
"Frey, apa tempatnya sudah dekat?"
"Sudah, lewat sini!"
Freya berbelok ke arah kanan, menuju lubang berdiameter 5 meter. Deva mengikutinya dari belakang dan kelihatan panik saat melihat sekelompok Gems Lizard datang menyerbunya.
"Waaah! Cepat masuk!!" teriak Deva yang mempercepat larinya. Ia berhasil juga masuk ke Hidden Room.
Otomatis para monster kadal tidak bisa memasuki Hidden Room tersebut. Sebab pintu Hidden Room dilapisi energi anti monster sehingga sistem tidak mengizinkan para monster memasukinya.
Jika ada monster yang mencoba memasukinya, maka tewas seketika karena disetrum energi yang setara dengan listrik bertegangan besar. Hanya manusia saja yang boleh memasukinya - Hidden Room.
Para monster kadal mondar-mandir di depan Hidden Room. Mereka tengah mengawasi dua musuh yang bersembunyi di Hidden Room.
Deva menghelakan napas beratnya sembari memasukkan pedang ke sarung yang terpasang di punggungnya. Ia tetap berdiri beberapa meter dari mulut Hidden Room.
"Aaah... Syukurlah."
"Deva!" panggil Freya. "Cepat kemari!"
"Ada apa?"
Menoleh ke arah Freya, Deva mendapati sosok anak laki-laki yang terkapar tak berdaya. Freya meletakkan kepala anak laki-laki itu di dua pahanya. Keadaan anak laki-laki itu sangat memprihatinkan.
Dengan perasaan yang cemas, Deva datang menghampiri Freya dan anak laki-laki itu. Deva berlutut sambil berhadapan dengan Freya. Anak laki-laki itu berada di antara mereka.
"Kasihan sekali, apa yang terjadi padanya?" tanya Deva seraya memegang kepala anak laki-laki itu.
"Sepertinya dia diserang oleh monster ular. Lihat, ada bekas gigitan ular di kaki kanannya," jawab Freya yang menunjuk ke bekas luka akibat gigitan ular yang tercetak di kaki kanan anak laki-laki itu. "Aku sudah memeriksa keadaannya. Ia masih hidup."
"Kalau begitu, cepat sembuhkan dia!"
"Iya."
Tangan kanan Freya bercahaya putih lalu menempel di dada kiri anak laki-laki itu. Cahaya putih itu menjalar hingga ke seluruh tubuh anak laki-laki itu.
Sedetik kemudian, cahaya putih menghilang. Keadaan anak laki-laki itu kembali pulih sediakala. Pakaiannya juga kembali utuh - tidak kotor dan tidak compang-camping lagi.
Dua anak muda itu tertawa senang saat melihat kedua mata biru itu terbuka secara perlahan-lahan. Kesadaran anak laki-laki itu menyatu kembali ke alam nyata. Ia pun terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Ah...," spontan ia bangun dan menjauh langsung dari dua orang itu. "Si-Siapa kalian?"
Ia sangat ketakutan. Telunjuknya bergetar saat menunjuk Deva dan Freya. Ia berdiri sambil menyandarkan diri di dinding kristal.
"Jangan takut. Kami orang yang baik dan tidak akan menyakitimu, dik," kata Freya yang tersenyum lembut.
"Iya. Kami baru saja menolongmu dari racun yang menyerang tubuhmu," tambah Deva yang juga tersenyum. "Syukurlah... Kamu baik-baik saja, dik."
Anak laki-laki itu terdiam. Tangan kanannya diturunkan dan kembali ke sisi tubuhnya. Mengamati Deva dan Freya dengan seksama.
"Kalian... Bukan orang jahat, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cumulonimbus
Fiksi IlmiahApa jadinya jika Bumi dikuasai kelompok awan Cumulonimbus yang menjadi monster? Para manusia tersingkirkan dan memilih hidup di kota bawah tanah. Seorang mahasiswa bernama Deva Praditia, sedang melakukan penelitian agar mencari cara untuk melawan ke...