30. Freya pergi

78 3 36
                                        

Itulah kekuatan menghentikan waktu yang dilepaskan Freya. Freya mengarahkan peluru Cumulus Acetabulis sampai menembus dada kiri Cumulonimbus hingga mencapai ke jantung Cumulonimbus.

Cumulonimbus yang diam tak bergeming karena efek penghentian waktu, diserap oleh peluru Cumulus Acetabulis. Ia dihisap tanpa tersisa ke dalam peluru yang berbentuk bulat itu.

Setelah itu, waktu berjalan kembali. Deva tersentak dan melihat ke arah depan. Petir merah itu menghilang begitu Freya melayangkan cahaya putih seperti gerakan menghapus sesuatu. Dalam sekejap, cahaya putih "memakan" petir merah itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Deva yang mengedarkan pandangan ke segala arah. "Dimana monster Cumulonimbus itu?"

"Dia sudah terperangkap di sana," jawab Freya yang menunjuk ke arah langit, tepatnya peluru bulat yang kini bertambah besar seukuran bola basket.

Deva melihat ke arah yang ditunjuk Freya. Peluru bulat itu berputar-putar dan kemudian...

DHUAAAR!!

Ledakan dahsyat mewarnai langit yang berangsur-angsur terang. Sinar matahari mulai terlihat di balik awan-awan alami. Pantulan sinarnya sangat indah saat berbenturan dengan lautan.

Langit yang biru dengan awan-awan yang beranekaragam. Menghiasi keelokan laut biru yang terlihat jernih.

Inilah masa yang dinanti para manusia. Bisa melihat hari yang cerah lagi.

Deva merasakan itu. Ia sangat senang saat menyaksikan pemandangan yang ia rindukan. Tidak ada hujan, petir, angin tornado dan badai yang menakutkan. Semuanya telah menghilang untuk selamanya.

"Cumulonimbus sudah kalah," kata Deva yang melirik Freya. Tubuhnya masih dibalut sinar biru. Tetap melayang di udara.

"Ya. Kita berhasil!" ujar Freya yang tersenyum senang. "Impian kita untuk mengalahkan Cumulonimbus sudah tercapai."

"Semua ini berkat kamu, Frey. Terima kasih."

"Ya."

Sekali lagi Freya tersenyum manis. Wajahnya sangat berseri-seri. Deva juga tersenyum, dan ingin mengutarakan isi hatinya pada Freya.

"Karena semuanya sudah berakhir. Aku harus pergi sekarang."

"Kamu mau kemana, Frey?"

"Jangan bertanya lagi, tentu jawabannya rahasia."

DOOONG!

Wajah Deva menggelap dengan mulut yang terbuka lebar. Freya tertawa geli dan melanjutkan kata-katanya.

"Ya sudah. Waktuku sudah habis. Selamat tinggal, Deva!"

Tubuh Freya perlahan-lahan menipis seperti kabut. Deva terperanjat dan berusaha meraih tangan Freya tapi tidak tersentuh lagi olehnya.

"Freya, tunggu!"

"Ada apa lagi?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Apa?"

"Aku...," Deva berwajah sangat serius. "Aku... Menyukaimu, Frey."

Tapi, suara Deva tidak terdengar lagi oleh Freya seiring tubuh Freya semakin menipis. Freya tidak mengetahui apa yang diucapkan Deva. Ia hanya bisa mengatakan.

"Deva... Aku menungggumu. Aku akan bertahan hidup sampai kamu datang menemuiku lagi."

Begitulah. Deva bisa mendengar yang diucapkan Freya. Ia berteriak keras saat menyadari Freya benar-benar menghilang dari hadapannya.

CumulonimbusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang