"Keajaiban?"
"Iya. Ayo, jawab langsung!"
"Aku tidak percaya dengan keajaiban."
SIIING!
Hening.
Freya terdiam dengan ekspresi kusut, sedangkan Deva berwajah bengong. Lalu Freya bangkit berdiri dengan cepat dan langsung meninggalkan Deva tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Deva terperanjat dan bergegas mengejar Freya. Tidak lupa ia menyandang pedangnya di punggungnya.
"Freya! Tunggu!!" teriak Deva yang berlari cepat.
Freya tidak menggubris panggilan Deva. Ia tetap berjalan cepat menuju keluar ruangan.
"Freya!" panggil Deva lagi. Kali ini dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.
Tapi, Freya tetap cuek. Ia tidak mempedulikan Deva yang kini berjalan di sampingnya.
Mereka sudah di luar, tepatnya di lorong yang dipenuhi tanaman-tanaman merambat. Tampak tiang-tiang obor berbaris rapi di dua sisi lorong. Cahaya api setiap obor menerangi langkah mereka.
Dengan bersusah payah, Deva menyamakan langkahnya dengan langkah Freya.
"Freya, kamu kenapa?" tanya Deva yang bingung. "Apa perkataanku tadi membuatmu marah?"
"...," Freya tidak menjawab justru mempercepat langkahnya.
"Freya...."
Wajah Deva menjadi kusut. Ia terus mengikuti Freya. Merasakan Freya memang marah padanya.
Baru beberapa menit, mereka berjalan, muncul sekelompok Belalang Berpedang tapi berukuran lebih besar dari sebelumnya. Deva dengan sigap menyabet pedangnya dan langsung maju.
"Freya, biar aku yang menghadapi mereka. Kamu tetap...."
Belum sempat, Deva melanjutkan kata-katanya, Freya bergegas maju dan melewatinya. Freya berjalan santai menuju ke sekelompok Belalang Berpedang yang menyerbu ganas ke arahnya.
Melihat itu, Deva sangat panik dan langsung mengejar Freya.
"Freya!! Awas!! Bahaya!!"
BUAK! BUAK! BUAK! BUAK! BUAK! BUAK!
Ekspresi Deva menjadi horror saat menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan. Para Belalang Berpedang habis dibantai dalam waktu sedetik saja dengan satu tinju yang super kuat dari Freya. Mereka pun berakhir mengenaskan dengan tubuh yang hancur.
"Mengerikan sekali... Freya memang bukan gadis sembarangan. Aku merasa dia bukanlah manusia. Tidak mungkin manusia biasa punya kekuatan luar biasa seperti itu," gumam Deva pelan. Ia pun mengejar Freya lagi. Teriakannya melengking di lorong itu.
"Freya!!"
Untuk kesekian kalinya, Freya tetap tidak mau menghiraukan Deva. Tiap kali bertemu monster Belalang Berpedang, Freya menghajar mereka habis-habisan dengan satu pukulan super kuat. Deva tidak mendapatkan kesempatan untuk bertarung karena Freya yang terus mengambil kesempatan itu.
Sudah tak terhitung berapa jumlah monster yang dihancurkan Freya. Deva hanya melongo dan menonton saja seperti orang bodoh. Ia tidak bisa melakukan apapun, pasrah membiarkan Freya yang bertarung sendirian.
Perjalanan mereka sudah semakin ke dalam dungeon. Tinggal beberapa meter lagi, mereka akan mencapai ke ruang Boss Monster.
Keadaan semakin gawat ketika mereka melewati lorong yang lebih besar dan luas. Di dua sisi lorong, dipenuhi akar-akar dengan deretan tiang-tiang obor yang bernyalakan api. Lantainya terbuat dari tanah yang kasar, penuh dengan bebatuan kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cumulonimbus
Science FictionApa jadinya jika Bumi dikuasai kelompok awan Cumulonimbus yang menjadi monster? Para manusia tersingkirkan dan memilih hidup di kota bawah tanah. Seorang mahasiswa bernama Deva Praditia, sedang melakukan penelitian agar mencari cara untuk melawan ke...