✨
RADEWA melirik Iris yang duduk di jok depan, mengarahkan kepala ke jendela, menatap jalanan. Padahal Radewa yakin kalau gadis itu berperilaku demikian karena tidak ingin disodori pertanyaan macam-macam, terutama tentang pemuda yang tadi berbicara dengannya di tangga darurat. Tapi Radewa tetap saja nekat.
"Tadi itu Sammy, kan?"
Iris mengangguk.
"Gue juga kaget pas tau ternyata band dia yang ngisi panggung. Gue pikir lo nggak tahu, lo kan seharian ngurusin dekor."
Iris menimpali ringan. "Gue kaget juga soalnya kata Bu Marisa kan itu band punya anak temennya. Nggak taunya dia anggota band. Eh, Wa, mampir indomaret dong gue aus. Gue juga masih laper, tadi makannya nggak nyaman banget. Mau mampir makan juga nggak, Wa?"
"Gue sih mau aja. Tapi lo nggak papa pulang kemaleman? Ntar nyokap lo nyariin," kata Radewa, menekan tombol lampu sen.
"Nggak papa."
"Mau makan apa, Ris?" tanya Radewa.
Iris menggumam, berpikir sejenak. "Lo pernah nyobain nasi goreng abon tongkol nggak?"
"Belom. Di mana?"
"Depan SMP 12. Lo ambil kiri aja di lampu merah depan, soalnya parkirnya agak susah," kata Iris sambil mengulurkan telunjuk.
Radewa menimpali, "Rekomendasi tempat makan lo selalu susah parkir ya, Ris? Hahaha."
"Tau tuh, Sammy emang sukanya makan di tempat aneh-aneh. Untung makanannya enak," sahut Iris seadanya, lalu menarik tisu dari kotak dan mengelap batang hidungnya.
"Oh, tempat rawon kapan hari juga favorit dia?"
"Iya."
"Emang nggak papa? Lo makan sama gue, itu kan tempat kalian biasa makan.." tanya Radewa, mematikan mesin mobil tepat di depan Indomaret.
Iris mengangkat bahu, "Biasa aja sih. Kan emang lagi pengin makan di sana. Sama siapa makannya, nggak masalah."
Radewa tersenyum.
"Gue turun ya. Lo mau nitip?" tanya Iris, mengambil dompet dari tas.
Radewa menggeleng. "Nggak usah."
"Oke, deh."
Iris turun dari mobil dan memasuki Indomaret. Gadis itu berdiri di depan kulkas yang menghamparkan minuman kaleng. Tangannya terulur, membuka pintu kulkas dan menghela napas, menatap kaleng Milo yang kini ada di genggamannya. Iris menatap pantulan wajahnya di pintu kulkas, tertawa samar. Ia tahu betul kenapa tangannya secara reflek mengambil Milo kaleng setiap kali memasuki minimarket.
Iris berjalan ke konter kasir dengan dua botol air mineral, dan sekantung permen mint. Setelah menyelesaikan pembayaran, Iris kembali ke mobil.
"Hei, ini gue beliin permen, buat ditaruh mobil lo," Iris menyodorkan sekantung permen dan meletakkannya di dalam dasbor.
Radewa tersenyum. "Thanks."
"Wa, lo bisa makan yang pedes-pedes, kan?"
"Bisa."
"Asyik. Ada tempat makan baru buka deket rumah gue, jual ceker pedes gitu. Lo mau nyobain bareng gue nggak?" tanya Iris, bersemangat.
Radewa nyengir. "Selain jual ceker, jual apaan lagi?"
"Kayaknya ada ayam geprek gitu deh, sama ayam telur asin, sama bebek kriuk. Semuanya pedes."
"Oke, sip kalau ada menu lain. Gue nggak doyan ceker soalnya, hahaha. Mau nyobain kapan? Besok? Lusa?" Radewa ikut bersemangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROSY
General FictionAgni Samandriel - mostly known as Sammy - decided to join Leo's band to heal his brokenheart, to forget the girl who used to be his world. But it's not gonna be easy. Copyright ©2018