11,3 - she's in the rain

458 78 19
                                        

Kala menengok ke arah jalanan yang semakin ramai di tengah hujan deras melanda. Macet. Sepadat itu sampai ia tidak bisa menemukan satu pun ojek daring yang bisa menerima ordernya. Kala gelisah, ia duduk dan mengetuk-ketukkan ujung sepatunya. Kala mengeluarkan ponsel. Masih mengecek berulang-ulang aplikasi ojek daringnya. Belum ada juga ojek yang nyangkut.

Sebuah mobil sedan mengilat melintas.

Lalu mundur.

Kaca penumpang turun perlahan. Kala tidak punya pilihan selain menoleh dan mencari tahu siapa di balik kaca tersebut. Yang dilihatnya justru perempuan cantik dengan lipstik merah muda dan pipi merona merah. Kala tidak kenal siapa perempuan itu.

"La, bareng yuk?"

Kala terlonjak kaget mendengar suara yang familiar tersebut. Dari kursi pengemudi, Jeff merundukkan badannya sedikit agar bisa melihat Kala lebih jelas. Kala mengerutkan kening-bingung campur heran. Pasalnya, mobil ini bukan mobil yang biasa dibawa Jeff ke kampus. Namun kemudian, Kala ingat kalau tentu saja Jeff tidak hanya punya satu mobil.

"Bareng yuk, gue anter pulang."

Pengulangan tersebut tidak mengurangi rasa heran Kala. Jeff menunjuk langit, "Hujannya bakal lama. Ayo deh, bareng. Gue sejalan ke kosan lo kok."

Ragu, Kala membuka jok pintu belakang dan bergegas duduk sebelum badannya terguyur hujan; mengakibatkan air memercik masuk ke dalam mobil.

"La, kenalin, ini sahabat gue dari kecil, Madina. Maddie, ini temen baik gue di kampus, namanya Kala," tanpa menunggu lebih lama, Jeff memperkenalkan dua gadis tersebut. Mereka langsung saling melempar senyum dan sapaan basa-basi.

"Lo dari mana?" tanya Kala, menepuk-nepuk blus yang agak basah.

Jeff melirik spion dalam, "Nganterin Maddie belanja."

Jawaban Jeff didukung oleh adanya beberapa tas kertas dengan logo merk tersohor, berjajar rapi di jok belakang-persis di sebelah posisi duduk Kala. Gadis itu manggut-manggut. Jeff balas bertanya, "Lo? Rapi bener."

"Job interview."

"Lancar?" tanya Jeff lagi.

Kala menceracau, "Lancar sih, tapi gue agak males sama salah satu interviewer-nya, masa dia kayak sexist gitu. Seolah perempuan nggak berhak kerja di bidang yang didominasi laki-laki. Ya gue tadinya mau nyolot, tapi untung interviewer yang lain langsung nyela dia, terus gue dikasih pertanyaan lain."

Jeff tertawa. "Untung lo nggak keburu ngegas."

"Kalian sejurusan?"

"Iya," jawab Jeff dan Kala kompak.

Madina manggut-manggut. "Jeff, soal ulang tahun Papa lo minggu depan, lo mau kita rayain di mana? Biar gue sama nyokap lo bisa book secepetnya. Tau sendiri, akhir tahun gini pasti banyak yang fully reserved. Gue nggak mau ya, kejadian taun lalu keulang lagi."

"Lo tanya langsung sama Papa deh, gue mah tinggal ikut. Lagian taun lalu tuh emang rencana keluarga lo aja yang ribet padahal udah tahu kita booking-nya barengan sama natal.." komentar Jeff.

Kala mendengarkan, sesekali sambil menoleh ke arah jendela yang berembun karena hujan deras. Jeff melirik ke belakang. "La, dingin? Pake aja tuh jaket gue."

"Hah?"

"Itu, kan ada jaket gue di jok belakang. Pakai aja kalau lo dingin.." Jeff mengulang tawarannya. Kala mengiakan, lalu mengambil jaket denim Jeff dan memakainya meski ia tidak yakin itu akan mengurangi rasa dingin.

Madina melirik Jeff.

Jeff menatapnya heran. "Apa?"

"Kok lo nggak pernah bersikap manis gitu ke gue.." Madina menyelidik. Jeff menjawab apa adanya, "Kan lo suka dingin? Pas kita ke Dieng aja lo nggak pakai mantel padahal gue udah kayak apa menggigilnya."

ROSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang