0,4 - that son

787 134 10
                                    

JEFF terbangun ketika alarm berdering seakan-akan siap merusak gendang telinganya. Setelah mengucek mata dan menggeliat, Jeff bangkit dari tempat tidur. Ia meraih ponsel dan mengecek pemberitahuan.

Three (3) missed calls.
16 new messages from 3 chats.

Jeff menarik napas, lalu menguap. Ia menggosok ujung hidungnya, dan melompat turun dari ranjang tanpa melakukan aksi terusan dari mengecek notifikasi. Ia masih mengantuk, semalam suntuk merevisi skripsi hingga dini hari. Jeff menguap lagi, menggaruk-garuk pundak belakangnya sambil menyambar handuk dengan tangan yang bebas, lalu masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai membasuh seluruh badannya, Jeff keluar kamar dan berjingkat ke dapur. Terdengar suara dua laki-laki yang duduk di ruang tengah sedang menonton kartun sembari mengunyah nasi kuning. Suara kraus-kraus kerupuk yang mereka lahap membuat Jeff menengok.

Salah satu di antara dua laki-laki itu menoleh, menyadari Jeff melintas dengan membawa segelas teh panas yang kemungkinan besar baru ia tuang dari termos di dapur. Bi Yati, maid kos-kosan ini memang rajin menyiapkan susu, teh dan kopi panas setiap pagi.

"Oi, Jeff. Ada yang nitip sarapan buat lo nih."

Jeff menengok. "Siapa?"

"Nyokap lo, siapa lagi.."

Netra Jeff berotasi. Apa fungsinya ia meninggalkan rumah untuk kos dan hidup sendiri kalau setiap pagi ibunya itu tidak pernah absen mengirimi sarapan. Jeff mendesah pendek, lalu melangkah ke ruang tengah. Benar, di meja ruangan itu, ada tiga kotak tupperware yang ditumpuk rapi.

"Thanks, tapi lain kali kalau nyokap gue dateng pagi-pagi bawa ginian, lo tolak aja," kata Jeff seraya mengangkuti kotak-kotak tersebut. Alex, laki-laki dengan mulut penuh perkedel menyahuti, "Ya mana mungkin gue berani bilang gitu. Lagian kasianlah, Jeff. Udah susah payah masak buat lo, kenapa malah ditolak."

"Ya.. tapi gue.." Jeff hendak menjelaskan tapi rasanya akan sia-sia saja. Ia menghela napas, berbalik badan dan siap untuk kembali ke kamarnya.

Ditio, satu laki-laki lainnya duduk di samping Alex, berseru, "Oh iya, tadi nyokap lo sama cewek cantik gitu. Siapa Jeff? Adek lo ya? Kok lo nggak pernah bilang kalau lo punya adek cantik kayak gitu?"

"Takut lo sikat," komentar Alex.

"Dih, kenalan doang boleh kali," Ditio membela diri.

Jeff mendesah pendek. "Bukan siapa-siapa. Gue nggak kenal juga."

Ditio dan Alex saling menatap. Sebagai dua orang penghuni kos yang selalu bangun pagi karena punya agenda rutin olah raga, tentu saja mereka adalah kandidat utama yang sering bertemu dengan orang tua Jeff, dalam hal ini ibu Jeff yang rajin membawa sarapan.

Jeff menapaki anak tangga. Sampai di kamarnya, ia kembali menyalakan laptop. Ponselnya berdenting. Jeff meraih benda pipih yang tergeletak di dekat bantal. Ia memutuskan untuk mengecek seluruh notifikasi.

Three missed calls:
Mami (2), IDK WHO (1)

16 new messages from 3 chats.
Mami: Jeff, mama antar sarapan. Sama Madina. 
Mami: Jeff, kamu belum bangun?
Mami: Jeff, sarapannya aku titipin temen kamu yang gondrong ya.

Groupchat (WHIRLWINDS):
Leo: Gue oke soal manggung di kondangan itu
Leo: Jeff, lo sidang kapan? Gue perlu dateng nggak nih?
Dylan: Dia nggak bakal bales chat, lagi revisian
Leo: Lo kapan revisian, Lan?
Dylan: Dih, bacot dah
Leo: HAHAHAAHAHAH

IDK WHO: Hey, Jeff.
IDK WHO: Kamu udah makan?
IDK WHO: Kok nggak dibales :(
IDK WHO: Good night, Jeff.
IDK WHO: Morning, sunshine!
IDK WHO: Guess who's with your mom, on her way to your place?
IDK WHO: Pasti belum bangun ya :(

Jeff menggeser daftar percakapan, ada satu chat baru.

Kala: Jadi ngampus nggak? Gue mau ambil SK sidang. Kalo lo mau bareng ayo.

Jeff mengetik balasan untuk Kala.

Jeff: Jadi. Jam berapa?
Kala: Sejam lagi, gue baru bangun.
Jeff: Nggak usah beli sarapan, gue ada. Ntar gue bawain.
Kala: Asyik!
Jeff: Lo yang beli kopi ya.
Kala: Extra two shots?
Jeff: Bingo.

Jeff menunggu sekitar tiga menit, tapi balasannya itu belum terbaca. Ia mengasumsikan Kala sudah bergegas mandi. Sementara itu, Jeff mengoreksi revisiannya semalam, memastikan bahwa ia sudah membetulkan semua bagian yang dicoret dengan bolpoin merah oleh dosen pembimbingnya.

Ponsel Jeff berbunyi. Kali ini bukan pesan, tapi panggilan masuk. Jeff melirik ID yang muncul sebagai penelepon, ia reflek mendengus pendek.

IDK WHO.

Jeff menarik napas panjang. Ia ingin sekali memblokir nomor itu, tapi ia tidak ingin bertengkar dengan ibunya, atau membuat urusan jadi semakin panjang. Dering ponselnya berhenti. Jeff sedikit lega. Namun kelegaan itu tidak berlangsung lama, karena semenit setelahnya, benda itu berbunyi lagi. Masih ID yang sama. Jeff merasa tidak punya pilihan, kecuali mematikan panggilan masuk tersebut. Lalu mengeset ponselnya ke mode senyap.

- - -

ROSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang