"SEKARANG.. gimana kabar detak jantung lo?"
Pertanyaan yang dilontarkan Sammy tersebut tak ayal membuat Aisya mendengus, Sammy mundur dan nyengir kuda. Aisya mengacung-acungkan jari. "Kamu jangan suka kayak gitu, deh! Kaget, tau."
"Gimana detak jantung lo?"
"Ya, menurut kamu? Kalau orang kaget, detak jantungnya gimana?" omel Aisya. "Untung aku nggak reflek nonjok. Kalau iya, tau rasa deh, bisa benjol tuh jidat."
Sammy cekikikan. "Abis lo tuh lucu. Orang tuh biasanya meskipun nggak punya ideal type, mereka tetep bisa ngasih satu dua charming point yang menurut mereka bisa jadi daya tarik. Nah lo? Masa cuma ngandelin detak jantung. Detak jantung juga bisa boong tau, Sya."
"Ih, nggak ya."
"Ya udah, gue tanya deh coba. Detak jantung lo gimana waktu gue deket sama lo kayak tadi?" tantang Sammy.
Aisya mendesis. "Ya cepetlah, kan kaget."
"Gimana lo bedain antara lo kaget, atau lo emang deg-degan kalau deket gue?" kejar Sammy tak mau kalah. Dwimanik Aisya berotasi tak percaya dengan ucapan Sammy yang menurutnya tak masuk akal. "Bedalah."
"Iya, gimana bedainnya?"
"Kalau aku deg-degan, biasanya perutku ikut sakit. Kayak kram gitu. Butterflies. Tadi, waktu mukamu deket banget ke aku, yang kurasain cuma kaget dan keinginan untuk nabok," Aisya menjelaskan.
Sammy geleng-geleng. "Bohong. Muka lo tuh tadi merah."
Aisya mendesis. "Kamu tuh emang suka gitu ya sama cewek-cewek?"
"Nggak, kok."
"Nggak kok apa? Udah jelas jelas iya," Aisya bersikeras. Sammy mengelak, "Lo tuh lucu, Sya. Reaksi lo, komentar lo. Jadi gue seneng aja ngejahilin."
"Aku nggak seneng."
"Hehe," Sammy nyengir.
Aisya membetulkan letak duduknya, lalu Sammy kembali ke posisi semula dan memetik gitar. "Sya,"
"Apa?"
"Lo pernah denger cerita soal gue dari Dylan nggak?" tanya Sammy blak-blakan.
Aisya yang tengah menekan tuts keyboard mendongak, mempelajari ekspresi wajah lawan bicaranya. Ia harus tahu, paling tidak dari raut muka Sammy, apa yang seharusnya ia katakan. Aisya menjawab seadanya. "Pernah."
"Tentang?"
"Kamu nggak bisa move on dari mantan kamu," Aisya kembali mengarahkan manik gelapnya pada tuts, kemudian menekannya dan membuat melodi.
Sammy mengerutkan kening. "Itu aja?"
"Sama kamu pernah ikut audisi vokal gitu, tapi kamu berhenti di tengah jalan padahal udah masuk top10 yang bakal dikarantina."
"Terus?"
"Udah."
"Lo nggak penasaran kenapa gue berenti dari acara itu?" tanya Sammy. Aisya mengangkat bahu, "Kalau kamu berkenan cerita, ya aku dengerin. Kalau nggak, ya itu hakmu."
Sammy manggut-manggut.
"Kita jadi bikin lagu nggak nih?" tanya Aisya, menunjuk buku catatan lirik Sammy.
Pemuda itu menimpali, "Gue berhenti soalnya Iris tiba-tiba mutusin gue, dan kondisi gue kacau banget setelah itu. Gue nggak fokus, nggak bisa mikir. Yang ada di otak gue cuma mikir kenapa Iris minta putus dan gue naturally mundur dari acara itu."
"Nggak nyesel?"
Kening Sammy berkerut. "Soal?"
"Mundur dari acara itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSY
Ficción GeneralAgni Samandriel - mostly known as Sammy - decided to join Leo's band to heal his brokenheart, to forget the girl who used to be his world. But it's not gonna be easy. Copyright ©2018