11,0 - your own heart beat

483 93 85
                                    

SAMMY mengamati Aisya yang duduk bersila, menikmati semangkuk mi kuah dengan rawit dan telur rebus setengah matang. Ia geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan tenaga gadis itu menyeruput mi panjang tanpa berhenti sampai menemukan ujung yang kemudian membuat pipinya menggembung persis seperti hamster yang sedang mengunyah, lalu menyimpannya di kantung persediaan makanan.

"Hahpa?"

"Telen dulu," kata Sammy, kemudian mengeluarkan sebuah notebook bersampul silver mengilat dengan karet perekat berwarna oranye, tipikal produk Miniso.

Aisya menandaskan indomie kuahnya, lalu mengelap meja dan tepian bibirnya dengan tisu, lalu meneguk air putih. Kemudian ia bangkit, "Aku mau turun, cuci piring. Kamu latihan dulu aja."

"Oke."

Kemudian Aisya menghilang seiring dengan pintu yang tertutup.

Lima menit kemudian, Aisya kembali dengan sebotol Minute Maid di tangan. "Nggak ada stok Mogu-mogu."

"Hah?" hanya itulah respons yang meluncur dari bibir Sammy, seraya menerima botol minuman dingin yang disodorkan Aisya padanya.

Gadis itu melanjutkan, "Aku sukanya Mogu-mogu. Biasanya ada stok Mogu-mogu rasa leci di kulkas, tapi hari ini nggak ada."

Sammy masih tidak mengerti keseluruhan konteks yang dibahas Aisya. Akhirnya Aisya harus menjabarkan lagi, "Jeff biasanya minta tolong Mbak Puteri supaya nyetok minuman sama jajanan favorit kita di kulkas. Kamu kalau bilang ke Mbak Puteri, misal suka yoghurt Chimory, besok pasti Mbak Puteri nyetok di kulkas. Buat kamu."

"Oh."

"Iya."

"Minute Maid kesukaan siapa?" tanya Sammy, memutar tutup botol.

"Jeff. Tapi dia suka banyak sih, nggak cuma Minute Maid. Pokoknya kalau minuman jus rasa buah-buah gitu di kulkas, pasti punya Jeff," jawab Aisya. "Kamu suka apa?"

"Milo. Milo kaleng."

Aisya manggut-manggut. Kemudian ia duduk di balik keyboard. "Hari ini kita mau latihan apa?"

"Aransemen lagu lo kemaren.." jawab Sammy.

Aisya mendongak, kedua ujung alisnya bertautan. Sammy menyadari tatapan tidak setuju yang terarah padanya. Sammy mengoreksi, "Aransemen ulang. Gue nggak mau pakai instrumen yang dibikin sama Hansel, gue mau pakai instrumen dari kita sendiri. Gue nggak akan ngubah melodi sama lirik yang udah lo bikin, cuma musiknya aja."

Aisya menggeleng. "Jangan pakai laguku."

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan."

"Lo nggak mau isi hati lo didenger banyak orang? Didenger Hansel?" tanya Sammy.

Aisya tampaknya sudah tidak mempertanyakan kenapa Sammy bisa tahu siapa Hansel, jelas Dylan dan Jeff yang membeberkan semuanya. Aisya tidak peduli, itu sudah bertahun-tahun lalu dan tidak berarti apa-apa baginya.

"Karena udah nggak penting."

Sammy mencoba menyerap jawaban dari Aisya. Gadis itu mengangkat bahu, "Lagu itu kubikin waktu aku lagi sedih. Sekarang aku udah nggak sedih, Sam. Lagu itu udah nggak penting lagi dan aku nggak mau orang yang denger lagu itu berpikiran kalau aku masih sedih."

"Hmm."

"Buku apa?" tanya Aisya, mengalihkan pembicaraan dan mengambil buku bersampul silver mengilat di atas meja sebelum Sammy sempat menahan gerak gadis itu.

Aisya membuka halaman pertama.

AGNI'S.

"Kupikir kamu nggak suka dipanggil Agni?" tanya Aisya.

ROSYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang