AISYA memarkir mobil, kemudian berjingkat keluar. Berlari. Mereka sedang berhenti di rest area karena Aisya harus pipis dan Sammy ingin merokok sebentar. Sammy memantik rokok, menghirupnya dalam-dalam. Lalu ia terbatuk-batuk, layaknya anak SMA yang baru mencoba gulungan nikotin karena paksaan teman-teman daripada harus dikucilkan.
Sammy menatap rokok di sela jarinya.
Benda laknat ini.
Sammy melempar rokoknya ke aspal, menginjak hingga apinya mati dan membuangnya ke tempat sampah.
"Bau rokok."
Komentar dan kedatangan Aisya membuat Sammy terlonjak kaget. Aisya menatap Sammy lurus. "Mantan kamu itu, alasan kenapa kamu ngerokok?"
Sammy mengernyit.
"Jangan ngerokok lagi ya, Sam. Mamaku, maksudnya mama yang ngebesarin aku, bukan yang mama kandungku, rahimnya kelainan karena polusi rokok. Makanya ngga bisa hamil dan ambil aku," ujar Aisya lagi, membuat Sammy terperanjat.
Sammy tersenyum tipis.
"Kalau udah heavy smoker emang susah banget berentinya, Sam. Tapi menurutku kamu masih belum separah itu, kok. Jadi masih bisa pelan-pelan."
Sammy tidak menyahuti.
"—Kalau kamu mau sih."
Sammy menoleh, "Sya."
"Ya?"
"Kalau lo jadi Iris, apa keputusan yang bakal lo ambil? Mutusin gue? Atau cerita ke gue, soal masalah yang lagi menimpa keluarga lo, dan hal-hal lain yang harusnya bisa diobrolin bareng.." setelah menarik napas selama tiga detik, Sammy melontarkan pertanyaan.
Aisya mengerutkan kening. "Sam, jujur aja, aku nggak tahu."
Wajah Sammy pias.
Aisya menatapnya lurus, "But I kinda understand why did she do that, tho."
"Kenapa sih? Dia bisa ngajak ngobrol gue. Dia pacar gue, I mean please let me do something for her. At least, I could've listened to everything. Maybe I could've lessen her overwhelming thoughts. I could've stand by her side, just to make sure she wasn't going through that hell alone."
Aisya sepakat.
Gadis itu menghela napas panjang. Ia mengarahkan pandangannya ke langit yang perlahan menjadi gelap. "Why would she want you to go through a hell? You were someone she treasured a lot. She chose you, Sam. She chose you to have a life without her, yang saat itu menurutnya pasti akan lebih baik dari pada kamu tetep bareng dia. Whether or not you like her choice, even if it hurt you, nggak bisakah kamu menghargai pilihannya?"
Sammy menoleh. Tercekat.
"Aku yakin.." Aisya melanjutkan. "Deep down right there, ada penyesalan kenapa dia membuat keputusan seperti itu. She knew it hurt you two. Karena itulah dia minta ketemu kamu. Menjelaskan. Dan kamu memilih untuk bereaksi seperti ini."
"Gimana kalau dia nggak menyesal?" kejar Sammy.
Aisya melesakkan kedua tangannya ke dalam saku, lalu memutari Sammy agar ia bisa masuk ke mobil. Sambil berjalan, ia berucap. "Kamu berbelit-belit, Sam. Kenapa kamu nggak langsung aja bilang ke dia? Kalau kamu masih cinta. Kalau kamu masih nggak bisa menerima perpisahan kalian. Kalau kamu, for god's sake, fucked up and need her to continue living."
Pintu mobil tertutup.
Aisya memasang sabuk pengaman. Sammy masih mematung di posisinya. Separuh dirinya mengerti bahwa ia memang hanya berputar-putar. Ia hanya mencari alasan untuk mendengarkan orang lain mengiakan dan sepakat kalau hatinya masih tertuju pada gadis itu. Ia ingin dapat dorongan dari orang lain; bahwa ia masih boleh berharap pada Iris.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROSY
Ficción GeneralAgni Samandriel - mostly known as Sammy - decided to join Leo's band to heal his brokenheart, to forget the girl who used to be his world. But it's not gonna be easy. Copyright ©2018