JEFF dan Dylan hanya bisa saling pandang ketika Leo datang ke studio K dengan muka lecek bagaikan jemuran basah. Sementara Sammy duduk—sibuk dengan buku catatannya dan mengabaikan raut wajah kawannya. Dylan menyiku Sammy, meminta agar laki-laki itu sedikit peka dengan situasi. Sammy menoleh dan menatap Leo dengan satu alis terangkat.
"Kenapa lo? Berantem sama Calista?" tebak Sammy tanpa basa-basi.
Leo menoleh. Tak menjawab.
Sammy menghela napas, "Lo dateng ke sini cuma mau setor muka lo yang kusut banget kayak kondom bekas apa gimana?"
Jeff berdeham. Ia terlihat tak nyaman dengan kondisi saat ini, Sammy dan Leo seolah sedang saling melemparkan senjata. Leo tak menanggapi ucapan Sammy. Jeff bisa agak tenang sedikit. Artinya Leo tidak terpancing umpan.
"Sori nih ya, Yo. Kita semua punya masalah, bukan lo doang. Kalau lo ke studio cuma buat laporan lo lagi bad mood, lo lagi berantem sama cewek lo, kayaknya gue nggak punya waktu," lanjut Sammy.
Leo menyalak gusar, "Apaan sih lo, anjir. Siapa yang kayak gitu! Bukannya lo? Biasanya lo kan yang dikit-dikit galau Iris, dikit-dikit mabok. Nggak usah nyenggol gue, deh!"
Situasi semakin tegang.
Sammy mengangkat bahu. "Lo kan udah mutusin buat nggak join kita ikut A:MUSIC, jadi lo baiknya nggak usah bikin studio jadi nggak kondusif. Liat Jeff, dia jadi nggak enak bilang mau mulai latian karena muka lo kayak gitu. Dylan juga, padahal dia kudu balik jam delapan buat benerin revisian skripsinya. Lo jangan egois dong. Lo pikir lo doang yang lagi sumpek?"
Leo terhenyak.
"Yo, maksud Sammy, kita bukan ngelarang lo dateng ke studio.." Jeff berusaha mencairkan suasana yang mencekam tersebut.
"—Iya gue tau." Leo menyela. "Kalian perlu latihan."
"Sori." Leo mendesah pendek. "Gue balik deh. Gue baru inget kalau gue ada laporan yang mesti gue garap hari ini."
Sepeninggal Leo, Dylan langsung membuka percakapan. "Lo kenapa gitu banget sih, Sam?"
"Gitu banget gimana?"
"Siapa tau Leo emang lagi banyak pikiran banget, lo tau kan dia sama Calista lagi sering-seringnya berantem," lanjut Jeff, sepakat dengan teguran Dylan.
Sammy mendongak. Menatap Jeff dan Dylan bergantian. "Jadi sebenernya siapa sih yang ambis banget ikut A:MUSIC? Gue cuma ambil peran gue aja, supaya latian tetep jalan. Hari ini Aisya nggak bisa dateng. Jadi kita harus punya bahan buat next time kalau Aisya bisa join latihan, biar durasi latihan nggak cuma dipakai buat nentuin lagu, ngaransemen lagu. Gue kerja, lo ada tanggungan skripsi, Lan. Gue yakin Jeff juga pasti punya kesibukan lain. Gue nggak pengin waktu yang sengaja kita sisihin buat latihan malah kebuang gitu aja."
"Sam, did something happen to you too?" tanya Dylan.
Sammy membuang muka, mengambil buku catatannya. "Nggak ada."
"Really?" ulang Jeff.
"Gue cuma pengin kita nggak setengah-setengah soal A:MUSIC, now that I decided to be on team," kata Sammy menepis pertanyaan dua temannya.
Jeff dan Dylan bertukar pandang.
"Ya udah ayo latihan," kata Jeff akhirnya, tak ingin menggeret permasalahan lebih panjang. Jarum jam terus bergerak dan ia tak ingin menyia-nyiakan waktu lebih banyak hanya untuk mendebat hal yang tidak seharusnya.
Sammy melirik Dylan, "Soal Aisya.."
"Kenapa?" tanya Dylan.
"She's good. Lo yakin nggak mau jadiin Aisya vokalis juga? Bukan sekadar backing vocal gue," kata Sammy mengusulkan. Dylan mengangkat bahu, "Dia nggak bakal mau."

KAMU SEDANG MEMBACA
ROSY
Fiksi UmumAgni Samandriel - mostly known as Sammy - decided to join Leo's band to heal his brokenheart, to forget the girl who used to be his world. But it's not gonna be easy. Copyright ©2018