Saat aku umur 7 tahun aku selalu sakit, yah..., namanya juga anak kecil diserang 'mereka' udah sakit dan aku juga kangen Bapak yang pindah kerja ke Surabaya.
Jadi udah diputuskan setelah aku terima raport semester 1 aku akan pindah.
Saat aku berangkat kesana aku menaiki kereta yang banyak 'mereka' aku bahkan menangis keras, banyak orang memandangku dengan tatapan 'anak itu kenapa?' 'Kasihan' 'minta beli mainan mungkin' tapi mereka salah besar, aku melihat 'mereka' di sekitar stasiun, wajah mereka sangat menakutkan.
(Yakin mau aku ceritain?)
(Oke lah)
Mata mereka ada yang bolong dengan kepala yang menggelinding, kepala mereka hancur, anggota tubuh terpisah tak berbentuk (cukup lah! Kagak mau nginget)
Saat di Malang aku menginap di rumah saudaraku yang namanya Dek Tiva (saat itu dia masih TK), di sana juga tinggal saudara ku yang lain Dek Kety (kelas 3 SD dulu) Dek Endut (nama aslinya Rafida, anehnya dia enggak gendut tapi dipanggil kayak gitu, dia seumuran sama aku) dan Dek Rara Kakak Dek Tiva (saat itu Dek Rara kelas 2 SMP)
Biar aku jelasin Ibu Dek Tiva dan Dek Rara itu lebih muda dari Ibuku jadi aku panggil Dek Rara, dan begitu juga Dek Kety dan Dek Endut.
Untunglah di rumah Dek Tiva tidak terlalu banyak jadi aku agak sedikit tenang tapi tetap saja halaman belakang rumah Dek Tiva terdapat 1 lemper putih yang terus stay disitu, kayaknya minta difoto.
Pernah Bapakku datang dan menunjukkan aplikasi yang katanya bisa melihat kehadiran mereka, aku sih tidak percaya, tanpa kamera itu pun aku juga bisa melihat 'mereka' (gasom)
"Pak, aku pinjam hp," ijin ku, Bapakku mengangguk, aku mengambil hp Bapakku dan saudara saudaraku berkumpul didekatku.
"Mbak, sampean gak takut (Kak, kamu (bahasa jawa halus) enggak takut)" tanyanya gemetaran.
"Ngapain takut? Ini kan cuman bohongan," aku mulai menyusuri seluruh rumah, tidak ada tanda tanda mereka tapi tanda yang awalnya centang menjadi silang dan berwarna merah saat aku mendekati halaman belakang.
"Mbak, disini ada ya? Coba dilihat kameranya," aku melihat kamera dan aku melihat lemper putih itu tapi di kamera ini tidak ada, dasar pembohong.
"Mbak di kebun bambu kok ada cahaya lagi?" Tanya nya sambil menunjuk tempat dimana ada cahaya lagi ditengah tengah lampu perumahan (jadi cahayanya ada 3)
Aku melihat kearah bambu bambu, tidak ada apa aapa tapi di kamera ini ada, sudahlah ini hanyalah aplikasi mainan.
"Mbak pergi yuk, aku merinding," katanya sambil menarik narik tanganku, aku mengangguk sebelum dia menangis keras membuat seluruh keluarga harus menenangkannya.
"Mbak, beli es krim yuk, sama Kakakku ya," ajaknya, soal es krim jangan tanya aku tidak akan menolak, saat berangkat tidak ada apa apa di sebelah rumah saudaraku, nah saat pulangnya aku melihat sosok bayangan besar.
"Mbak itu apa?" Tanya saudaraku ketakutan, aku menolehnya, dia lihat?
"Aku juga nggak tau, mungkin kain hitam," kataku menenangkannya.
"Tapi itu besar mbak, aku takut," aku dapat melihatnya air matanya turun, dia menangis.
"Sudahlah, itu hanya tipuan orang usil kok," dia mulai tenang, saat dirumah dia menceritakan pada Ibunya tapi Ibunya tidak percaya, sampai dia bilang.
"Kak Miyuku juga lihat," (kalau saudaraku panggil namaku bilang Kak aja, soalnya kalo Mbak gak cocok gitu) aku terkaget, Ibunya Dek Tiva menatapku dan seperti bertanya 'apa benar?'
Mau tak mau aku harus menjawab.
"Iya, kami melihatnya di sebelah sini, di dekat pohon bambu," jelasku Ibunya Dek Tiva langsung berdiri.
"Ibumu telpon siapa?" Tanyaku sambil mendekat ke Dek Tiva.
"Entah," katanya menirukan logat bicara Upin&Ipin (korban Upin&Ipin ini mah)
Dan ternyata Ibu (Tante) menelpon ustadz untuk mengsuir makhluk tersebut, untunglah itu ustadz jadi bisa mengusir seperti itu, dia di masukkan kedalam botol dan ditutup oleh kain sorban yang dikenakan ustadz itu.
Dan ustadz itu menekan ujung botol dan...
Zleep!
Botolnya hilang!
(Dulu aku mikirinya itu sulap)
Kami berterima kasih kepada Pak Ustadz itu, dan sekarang tak ada gangguan dari makhluk hitam itu.
Kecuali lemper putih yang dibelakang.
#*#*#*#*#*#*#*#*#
Halo minna! Aku apdet lagi, kampret moments nya libur dulu ya.
Kalau bisa aku fokus dulu ke cerita ini.
Ok.
Udah.
Gitu aja.
See you next time
Jangan lupa vomment
✩★✩★✩★✩★✩★✩★✩
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Story
TerrorHanya ingin berbagi cerita menjadi seorang indigo Cerita ini real apa adanya, bagi yang tidak percaya kalian bisa meninggalkan/tidak membaca cerita ini, bagi yang percaya boleh kalian membaca cerita ini. Terima kasih.