Fildan terdiam diruangannya. Layar komputer menunjukkan laporan perkembangan salah seorang pasien, tapi fikirannya entah kemana. Bahkan dia tak mendengar dokter Aufar yang mengetuk pintu ruangannya sejak tadi.
"Woy!"
Fildan terperanjat kaget, refleks dia melempar pena yang sedang dipegangnya hingga mengenai wajah dokter Aufar.
"Aduh!" dokter Aufar meringis memegangi pipinya.
"Salah sendiri, siapa suruh ngagetin?! Kualat, kan!" omel Fildan.
"Heh, situ yang ngelamun.. Pintu diketok dari tadi tapi gak denger!" balas dokter Aufar.
"Iya, ya? Hehe.. Sorry, lagi serius banget nih liat report."
"Halah, dustamu.."
"Serius ini lagi liat report, kok. Nih liat layar komputer gue." Kilah Fildan.
"Iya deh, percaya.. Mata emang liat komputer, tapi pikirannya jalan-jalan." sindir dokter Aufar.
"Mikirin apa sih lo? Serius banget kayaknya." tanya dokter Aufar lagi.
"Nggak ada."
"Udah, gak usah sok jaim deh sama gue. Soal perjodohan itu, ya?"
Fildan menghela nafas. Dokter Aufar adalah sahabatnya, dan cuma dia yang tau soal perjodohan Fildan.
"Lo masih belum ngomong juga sama om sama tante?"
Fildan hanya menggeleng.
"Jadi anak penurut itu bagus, tapi bukan berarti lo gak boleh punya pilihan sendiri." ujar dokter Aufar.
"Yaah.. Maksud orang tua lo bagus sih, biar lo gak jadi jomblo akut terus. Kasian. Gue aja kadang suka gak tega kalo pas malem minggu, gue jalan sama cewek gue, trus gue inget lo dirumah sendirian sama laptop."
Fildan mendelik kesal mendengar ejekan Aufar.
"Tapi yah percuma aja kalo lo nikah sama orang yang gak lo suka." sambungnya.
"Kenapa sih lo gak mau nyoba sama si Dini? Dia orangnya baik, pinter, kalem lagi."
"Kan udah gue bilang, gue gak mau pacaran sama -"
"Iya, iya... Sama yang satu profesi." potong Aufar. "Tapi kenapa, sih? Apa karna si De.. -"
Dia menghentikan ucapannya saat Fildan menatapnya tajam.
"ups, sorry... Terus siapa lagi, dong? Kecuali selama ini lo punya cem-ceman yang lo sembunyiin dari gue?!" goda Aufar.
"Gila, lo! Ngasal aja kalo ngomong." protes Fildan.
Aufar hanya terbahak melihat ekspresi kesal Fildan.
*********
Sementara itu Lesti juga banyak melamun di kelasnya. Hampir saja dia tak mendengar pertanyaan Miss Anna, beruntung Putri menyenggolnya.
"Ti kenapa?" tanya Putri saat kuliah sudah selesai.
"Hm? Gak apa-apa kok, Mput.."
"Kamu sakit? Hari ini kamu banyak ngelamun."
"Agak gak enak badan aja kayaknya."
"Gara-gara keujanan waktu itu, ya? Maafin Mput yaah, Ti.." Putri terlihat bersalah.
"Enggak, kok. Tapi Mput jangan gitu lagi, yaa."
"Iya deh, Mput janji gak bakal jadi mak comblang lagi." Putri membentuk tanda peace dengan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story [End] ✔️
FanfictionSejak kematian ibunya, Lesti Hanifa Andriyani harus hidup seorang diri. Beruntung dia punya seorang sahabat, Putri, yang sangat menyayanginya seperti saudara sendiri. Putri pun berniat menjodohkan Lesti dengan Fildan, abangnya. Berhasilkah?