Love Story ♥️

4.5K 200 45
                                    

Fildan melihat Lesti yang tersenyum kearahnya. Dia akan membuka kaca mobil, membalas senyuman gadis itu. Tapi gerakannya terhenti saat melihat sebuah mobil melaju cepat kearah Lesti. Fildan hanya bisa terbelalak saat mobil itu menabrak Lesti keras, hingga gadis itu terpental ke udara dan jatuh di aspal.

Pengemudi lain bergegas menghampiri Lesti, sedangkan Fildan masih tertegun di mobilnya. Dia masih menatap tak percaya kearah tubuh Lesti yang kini mulai dikerumuni banyak orang.

Tuhan, tolong katakan yang barusan terjadi hanya mimpi..

Suara klakson dan riuh teriakan orang menyadarkan Fildan. Dia segera keluar dari mobil dan berlari menghampiri Lesti, menerobos kerumunan orang yang mengelilingi gadis itu.

"Lesti?!"

Mata Lesti yang sudah terpejam perlahan terbuka kembali. Mata teduh itu menatapnya sendu, dia tersenyum lemah.

"Tolong hubungi ambulans!" teriaknya pada siapa saja.

"Sudah mas, ambulans sedang dalam perjalanan kemari." jawab seorang bapak yang berdiri di sebelahnya.

"Lesti.. Kamu bisa dengar kakak?"

Diam, tak ada jawaban.

"Kamu bisa gerakin tangan kamu?"

Lesti masih tetap diam dan menatapnya sedih.

Fildan gemetar, dia sadar sebagai dokter harusnya dia tetap bersikap tenang. Tapi gadis yang merintih kesakitan di hadapannya kali ini bukan pasiennya yang biasa, dan dia tak bisa berfikir jernih. Tak ada persona Fildan yang seorang dokter saat ini, kali ini dia hanyalah Fildan, seorang laki-laki biasa yang tak ingin kehilangan orang yang dicintainya.

Fildan menangis. Satu jari Lesti bergerak, seperti ingin meraihnya. Fildan menatap mata gadis itu, Lesti seperti ingin menyuruhnya untuk berhenti menangis, tapi dia tak bisa..

Terdengar suara ambulans yang mendekat, Fildan sedikit lega. Tapi kemudian dia kembali panik saat melihat Lesti yang mulai tak sadarkan diri.

"Lesti?! Lesti!" Panggilnya.

Mata gadis itu perlahan mulai tertutup, wajahnya meringis menahan sakit.

Orang-orang yang berkumpul memberi jalan pada mobil ambulans yang telah sampai. Petugas paramedis bergerak cepat, mengeluarkan bed dorong dan menghampiri Fildan.

"Berikan aku penyangga leher," ujar Fildan.

Seorang petugas paramedis memberikannya. "Bantu aku." ujar Fildan lagi.

Dengan hati-hati Fildan melepaskan helm yang dipakai Lesti, lalu dibantu oleh petugas paramedis dia memasangkan penyangga leher itu pada Lesti.

"Angkat dia perlahan." perintah Fildan lagi.

Kedua paramedis itu menurut karena mereka mengenal Fildan sebagai dokter di rumah sakit.

"Kesadarannya mulai menurun, kita harus secepatnya membawanya ke rumah sakit. Apa kau sudah menghubungi IGD?"

"Sudah, dok. Dokter Aufar dan Hanani sudah menunggu disana." jawab salah seorang paramedis.

Fildan mengangguk. Setelah memasukkan Lesti ke ambulans, mereka pun melaju ke rumah sakit.

✨✨✨

Fildan terduduk di depan ruang IGD. Di dalam ada Aufar dan Hanani yang tengah memberikan pertolongan pada Lesti.

Sesampainya di rumah sakit, Aufar dan Hanani sudah menunggu di pintu masuk IGD. Dengan cepat Fildan menjelaskan keadaan Lesti. Kedua dokter itupun segera melakukan penanganan, sedangkan Fildan memilih untuk menunggu di luar.

Love Story [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang