***
Agatha merutuki dirinya sendiri saat ia merasa bahwa dirinya sangat amat bodoh. Bagaimana bisa ia bersemu hanya gara-gara berbonceng dengan Alvaro?
Tidak ingin memikirkan hal yang membuat bertambah malu akhirnya Agatha pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah megahnya. Saat sampai depan pintu tenyata sudah ada ibu yang menunggunya sambil menampakkan senyum menggoda.
"Assalamualaikum." Salam Agatha, kemudian mencium tangan ibunya.
"Waalaikumsalam." Jawab Ibu masih sangat jelas senyum menggoda itu. Dalam hati Agatha berfikir, kenapa ibunya ini?
"Kenapa sih bu senyum-senyum?"
"Ekhemmmm..." Ditanya malah berdehem, Agatha jadi makin pusing.
"Kenapaa sih batuk? minum komik buruan."
Vera makin memancarkan senyumnya yang manis, walaupun kini usianya tak lagi muda.
"Akhirnya anak Ibu yang tomboy ini udah kenal sama laki-laki jadi Ibu enggak takut kamu suka cewek." Jelas Vera yang mampu membuat Agatha menjadi kikuk. Jadi Ibunya melihat dirinya dengan Alvaro barusan? tamatlah.
"A-anu ta-di cuma di anterin pulang doang. Soalnya pas Ata mau pesen gojek handphone Ata mati, mau nebeng temen udah pada duluan. Yaudah Ata mau jalan kaki eh abis itu dia nga-" Ucapan Agatha terhenti saat ibunya membekap mulutnya.
"Udah udah nanti aja jelasinnya, mending kamu masuk dulu. Kenapa sih kalo lagi salting jadi bawel gini." Dan setelahnya Vera meninggalkan Agatha sendirian.
Mati gue.
Setelah puas merutuki dirinya sendiri, Agatha pun mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah megah yang ia yakin akan ramai setelah ini.
"Cieelah yang abis di goncengin cowok mukanya bersih banget. Pantesan tadi di tawarin mau di jemput apa enggak bilangnya enggak. Mau di anter gebetan toh." Goda Avatar saat Agatha melewati ruang keluarga.
Agatha hanya meliriknya tajam, lalu berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Gue gak bakal keluar kamar sumpah. Batin Agatha, bersumpah pada dirinya sendiri.
Saat memasuki kamar yang bernuansa biru-abu itu pun, Agatha melempar tas kesembarang tempat, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke kasur tanpa melepaskan sepatunya.
"Kenapa sih gue?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Agatha memang bukan tipe orang yang suka bercerita kala ia sedang merasakan sesuatu hal. Ia lebih senang memendamnya di banding harus berbicara kesana kemari yang akan membuang waktu begitu saja. Tetapi jika ia sudah tidak bisa memendamnya lebih lama, ia akan menuangkan semuanya dalam sebuah tulisan di diary nya atau menulis di blog pribadi miliknya. Tidak pernah terbayangkan bagaimana sosok Agatha?
Kemudian, Agatha berdiri. Melepas sepatu NB dan kaos kakinya lalu menyimpannya di rak sepatu yang ada di dalam kamarnya. Kemudian ia beralih ke arah lemari, mengambil celana training hitam yang terdapat tanda centang di kanan atas celana tersebut, dan mengambil kaos putih sebatas lengan yang agak kebesaran.
Setelah merasa sudah siap mengganti seragam dengan baju santainya Agatha menguncir rambutnya asal, kemudian berjalan ke arah meja belajarnya untuk mengambil laptop berwarna abu yang terdapat apel tergigit di tengahnya. Ia berjalan ke arah ranjang kemudian duduk disana dan mulai membuka laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA (LENGKAP)
Teen FictionSELESAI Agatha, seorang gadis tomboy yang memiliki sifat cuek, jutek, dingin, dan tidak peduli oleh sekitar. Tiba-tiba ada seorang Alvaro yang masuk ke dalam kehidupannya yang mempunyai sifat berbanding terbalik dengan dirinya. Akankah es batu itu a...