Selama di perjalanan mereka berdua memilih diam tanpa sepatah kata pun, Agatha sedikit heran dengan sikap Alvaro yang sedikit berbeda dari biasanya tapi ia memilih untuk tidak bertanya karena tidak begitu peduli sampai akhirnya motor Alvaro berhenti di sebuah parkiran kecil khusus untuk pengunjung pasar malam.
"Ada apa sih?" Tanya Agatha.
"Gak ada apa apa, cuma mau ngajak jalan doang."
Agatha mengangguk sebentar lalu mengikuti langkah Alvaro yang berjalan menuju tukang balon yang biasanya sangat di minati oleh anak anak.
"Lo suka yang karakter apa?" Tanya Alvaro.
"Minion." Jawab Agatha asal.
Kemudian Alvaro membeli balon berbentuk minion dengan mata satu dan memberikannya kepada Agatha.
Agatha tersenyum tipis, tipis sekali, Alvaro selalu berhasil membuat hati Agatha di penuhi kupu kupu dengan tingkah konyolnya.
"Terimakasih."
Lalu Alvaro kembali berjalan mendahului Agatha menuju tempat permainan lempar bola yang cara mainnya dengan melempar bola kecil hingga mengenai salah satu hadiah. Alvaro kemudian membeli beberapa bola dan mendapatkan satu teh pucuk dan nabati kecil lalu ia memberikannya kepada Agatha.
"Masih ada satu lagi nih." Alvaro memberikan satu bola itu kepada Agatha lalu dengan asal ia menggelinding kan bola tersebut dan tidak di sangka ia mengenai satu bungkus rokok yang membuat Alvaro memekik.
"Anjir jago juga lu Ta."
Agatha memutar bola matanya, "Enaknya di lo."
Lalu mereka kembali berkeliling pasar malam namun dengan langkah yang beriringan.
"Ta, kalo gue balik ke London lo sedih gak?"
Agatha mengerutkan dahinya, "Biasa aja."
"Jawab serius."
"Emangnya kenapa sih? lo aneh banget sumpah."
Tanpa menjawab Alvaro menarik tangan Agatha menuju tukang ketoprak yang ada disana.
"Toprak dua bang." Ucap Alvaro kepada abang abang penjual ketoprak.
"Gue mau balik ke London lusa." Ucap Alvaro tanpa basa basi.
"Hah?" Respon Agatha bingung, dalam hatinya ini si Alvaro kesurupan apa sih?
Alvaro menatap Agatha lekat, "Lusa gue bakal pergi ke London dan nggak tau bakal balik lagi kapan."
Agatha menghela napasnya, bosan sekali dengan jokes Alvaro yang tidak ada perkembangan.
"Ngelawak lo gak ada yang lebih keren?"
Alvaro menundukkan wajahnya murung sambil meraih kedua tangan Agatha. Ia tau semuanya pasti akan sesulit ini, melepas Agatha yang baru sebentar bisa ia genggam, meninggalkan sahabatnya yang baru ia rasakan kebahagiannya, meninggalkan semua kenangan yang ia buat dalam waktu singkat di sekolah barunya itu. Tapi semuanya harus usai sebelum waktunya.
"Gue beneran Agatha, emang semuanya terlalu menda—
"Silahkan di makan ketoprak nya."
Abang abang ketoprak memotong ucapan Alvaro tanpa dosa.
"Makan dulu."
Agatha menarik napasnya, sialan dirinya sudah kepalang penasaran tapi ada saja halangannya.
Lalu mereka berdua makan dalam diam, tidak ada candaan Alvaro, tidak ada raut wajah jijik Agatha, entah kenapa semuanya terasa kaku.
Selesai dengan makannya Alvaro membayar dan mengajak Agatha pergi dari situ.
"Mau kemana lagi?" Tanya Agatha.
Alvaro mengajak Agatha keluar dari pasar malam tersebut lalu tanpa arah ia membawa Agatha berkeliling kota tanpa tujuan.
"Sebenernya kenapa sih?" Tanya Agatha sedikit berteriak.
"Gue bakal balik ke London."
"Kenapa?"
"Papa butuh gue."
Setelah kata kata itu keluar entah kebetulan atau langit ikut merasakan kesedihan Alvaro, hujan tiba tiba turun dengan deras hingga Alvaro kelimpungan mencari tempat berteduh.
"Woy cari tempat teduh dulu." Teriak Agatha.
"Iya sabar lo liat kanan kiri gak ada ruko."
Sampai akhirnya mereka menemukan tempat berteduh yang juga penuh orang orang yang bernasib sama seperti mereka.
Padahal tidak terlalu penting juga berteduh, toh mereka bedua sudah basah kuyup.
"Maaf ya jadi keujanan gini." Ucap Alvaro menyesal.
"Gapapa, kenapa?"
Alvaro yang paham maksud Agatha lantas menatap hujan yang turun dengan deras begitu lekat.
"Papa butuh gue, perusahaan nya lagi ada di masa sulit dan hampir bangkrut jadi gue harus bantu papa buat urus cabang yang ada disana."
Agatha menatap Alvaro, "Lo lagi bercanda gak nih?"
Alvaro ikut menatap mata Agatha lekat, "Lo liat gue ada raut bercanda gak?"
Agatha menatap Alvaro dalam mencari letak kebohongan, namun nihil tatapan Alvaro terlalu sayup dan sedih.
"Lo kan masih sekolah? emang bisa urus perusahaan?"
"Nggak tau, tapi setidaknya gue harus bantu papa, gimana pun kelakuannya dia tetep bokap kandung gue."
"Gue ajak lo jalan malam ini cuma buat kasih tau itu aja, lusa gue sama mama bakal berangkat kalau lo mau, lo ikut ke bandara ya nanti?"
Agatha hanya diam, tidak mengeluarkan ekspresi apapun namun Alvaro tau apa yang Agatha rasakan.
"Gue juga gak mau Agatha, tapi keadaan yang maksa gue buat pergi dari sini tapi gue janji gue bakal pulang ke Jakarta yang entah itu kapan tapi semoga semua permasalahan disana cepat selasai dan gue bisa balik kesini bareng sama lo lagi. Gue sayang lo, dan lo tau itu."
"Pulang sekarang." Ucap Agatha telak.
"Masih hujan Ta."
"Udah reda."
Alvaro menghela napasnya, berat sekali. Ia selalu bertanya tanya kepada tuhan mengapa selalu dirinya yang jarang sekali merasakan kebahagiaan dan ketenangan?
Di atas motor di temani rintik hujan yang terus mengguyur kota, mereka berdua sedang berada di alam pikirannya masing-masing. Kalau boleh jujur, Agatha kembali merasakan apa yang waktu itu pernah ia rasakan namun kali ini lebih sakit, lebih perih, karena sejujurnya ia mencintai Alvaro.
Kenapa Agatha harus selalu di tinggal waktu lagi sayang sayangnya?
Agatha bukan tipikal perempuan yang cengeng dan ekspresif namun ia juga tetap perempuan yang bisa merasakan sakit begitu dalam karena tau bahwa dirinya akan di tinggal. Lagi.
Motor Alvaro berhenti di depan rumah mewah milik Agatha, lalu tanpa sepatah kata Agatha turun dan ingin bergegas masuk sampai Alvaro menahan tangannya.
"Plis Agatha, ngerti, gue gak bener bener ninggalin lo. Gue cuma pergi buat jadi anak yang berbakti dengan bantuin bokap gue."
"Lo pergi kemana pun, gue gak perduli."
Lalu Agatha masuk meninggalkan Alvaro yang sangat kacau, hatinya sakit mendengar ucapan Agatha walaupun ia yakin bahwa Agatha tidak benar benar begitu.
Agatha pun tau ucapannya sangat tidak sinkron dengan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA (LENGKAP)
Fiksi RemajaSELESAI Agatha, seorang gadis tomboy yang memiliki sifat cuek, jutek, dingin, dan tidak peduli oleh sekitar. Tiba-tiba ada seorang Alvaro yang masuk ke dalam kehidupannya yang mempunyai sifat berbanding terbalik dengan dirinya. Akankah es batu itu a...