9

40 3 0
                                    

-Selamat membaca-

Kayra pov...
Aku sudah bermalam di rumah sakit ini sejak 3 hari yang lalu, sulit untuk membiasakan diri di rumah sakit namun tetap aku jalani. Aku selalu mendapat pasien darurat setiap malamnya, pagi ini aku sudah lelah dengan tugas ku.

Aku baru duduk sebentar suster sudah memanggilku untuk membantu pasien kecelakaan, aku pun bergegas menuju UGD. Sesampai disana aku melihat seorang lelaki yang kaki nya terluka parah dan setelah ku lihat itu adalah Affan, lelaki itu adalah lelaki yang pernah mengajakku berkenalan di kampus ku.

Lelaki itu tidak sadarkan diri, aku mulai mengobatinya kemudian menjahit bagian kulitnya yang terluka, hanya beberapa jahitan kini lukanya tinggal menunggu kering saja. Selain itu juga ada luka di bagian kening kiri nya, luka kecil sudah kuberi obat merah kemudian memasangkan sedikit perban.

Setelah itu aku berniat meninggalkannya untuk beralih ke pasien lain, namun baru saja aku melangkah tangannya menggenggam tanganku dengan mata masih tertutup sempurna.

"Kamu sudah sadar?" Tanyaku

"Su.. su.. sudah" balasnya terbata-bata
"Baiklah istirahatlah, kamu akan segera sembuh" ucapku melepas genggaman itu

"Tunggu Kay"

"Kau masih mengenalku?"

"Aku tidak amnesia"

"Ada apa?"

"Kau bahagia bekerja disini?"

"Aku sedang berusaha beradaptasi fan, sudahlah kau istirahat saja aku masih ada kerjaan"

"Kau tetap menjadi dokterku kan?"

"Iya" balas Kay kemudian beralih ke pasien lain

*****

Sudah 2 hari Affan di rawat, ia sengaja tak memberi tau siapapun bahwa ia sedang sakit. Seperti biasa Kay memeriksa Affan memastikan kondisinya.

"Mas sudah bisa pulang hari ini" ucap suster Anna

"Hari ini?" Tanya Affan

"Hari ini mas sudah boleh pulang, benar kan dokter?" Balas suster kemudian memandang Kay

"Ya benar"

"Aku masih ingin..." balas Affan kemudian terhenti dan melihat Kay sejenak

"Masih ingin disini mas? Ih ko aneh ya mas malah betah di rumah sakit" balas suster menahan tawa

"Masih ingin melihatmu Kay" balas Affan kemudian melirik Kay

Kay tak menjawabnya ia hanya membalas tatapan Affan kemudian memalingkan wajahnya karena malu dengan suster Anna.

"Sepertinya dokter dan mas itu sudah kenal sejak lama ya dok?" Tanya suster

"Saya tidak mengenalnya"

"Lalu kenapa lelaki itu memanggil dokter seperti kepada temannya sendiri?"

"Tidak penting itu" balas Kay cuek

Affan kesal, ia beranjak dari tidurnya kemudian meninggalkan ruang rawat begitu saja tanpa permisi.  Affan menuju administrasi kemudian menyelesaikan biaya selama ia dirawat di rumah sakit ini. Tak menunggu lama Affan memanggil taksi dan meninggalkan rumah sakit itu. Tanpa ia sadari Kay memperhatikannya sedari ia keluar begitu saja dari ruang rawat. Kay merasa bersalah karena berkata seperti itu, seharusnya ia lebih bisa bersikap di depan Affan, apalagi Kay tau kalau Affan menyukainya sejak awal. Namun Kay tetap saja cuek dan menganggap Affan sama sepertinya teman lelakinya.

Affan sudah menginjakan kakinya di depan rumah Ilham kemudian mengetuk pintu, tak lama kemudian Ilham muncul dan menatap Affan dengan rasa kasihan. Bagaimana Ilham tidak kasihan, kaki nya terbalur perban, kening nya pun terbalur perban dan ekspresi wajahnya seperti sedang kesal sedih ataupun marah.

"Bro" sapa Affan

"Lo kenapa bro? Kecelakaan? Kok lo ga bilang sama gua sih bro kan gua bisa jenguk lo" balas Ilham dengan ekspresi khawatir kemudian memapah Affan untuk masuk ke dalam rumahnya

"Cewe itu gak pantes gua perjuangin bro"

"Maksud lo?" Tanya Ilham bingung

"Ya cewe itu gak pantes gua perjuangin lagi" balas Affan dengan tatapan kosong

"Kayra maksud lo?"

"Yaiyala terus siapa lagi gua kan seringnya cerita tentang dia ke lo" balas Affan ketus

"Yauda iyaa santai aja makanya, apa yang buat lo bilang kalau lo gak pantes perjuangin dia?"

"Ya karna gua kesel bro, gua udah perjuangin dia 3 setengah tahun bro, gua gak pindah ke lain hati, lo bayangin lo bayangin bro gua berjuang sendiri selama itu. Selama itu gua berjuang buat dia tapi apa sekarang dia gak pernah respond gua sedikit pun, gua juga mikir bro, selama ini apasii kurang gua gua udah lakuin banyak hal buat dia, gua bela-belain nunggu dia seharian di kampusnya cuma buat ketemu dia bro, gua bawa-bawa temennya di perjuangan gua, gua mohon-mohon sama temennya biar gua bisa lebih deket sama dia bro, gua cape gua cape sekarang, dia gak pernah hargain perjuangan gua, dia gak pernah lirik gua sedikit pun, apa selama ini cara gua deketin dia itu salah bro?" Balas Affan mengeluarkan uneg-uneg nya

"Ya intinya, Tuhan tau apa yang terbaik buat lo, lo udah  berjuang kan bro? Sisanya lo serahin sama Tuhan, Allah gak tidur kok bro, Allah tau apa aja yang dilakuin hamba-Nya di muka bumi ini. Sabar" balas Ilham berusaha menenangkan

Ilham pun beranjak menuju dapur untuk membuatkan secangkir Affan kopi, kemudian Affan meminum kopi itu dan langsung menghabiskannya. Ilham yang melihat itu hanya melongo tak percaya, karena kopi itu masih panas bagaimana ia bisa langsung menghabiskannya begitu saja.

"Gimana tuh kaki lo" tanya Ilham kemudian menendang kaki Affan

"Aarrgg sakittt begooo!!!" Balas Affan dengan mata melotot

"Hahahahaha abis kaki lo alay banget sih pake di selimutin segala" balas Ilham bercanda

"Ya ini namanya perban bego"

"Ya gua tau gua becanda kali hahaha" ilham tertawa puas saat melihat ekspresi Affan yang memainkan matanya sinis

"Udahlah lo tuh gua lagi gak mood juga becanda mulu kerjaan lo"

"Mmmm udahlah bro bawa enjoy aja, kalaupun endingnya lo gak sama dia ya syukuri aja masih banyak cewe yang mau sama lo ko bro" balas Ilham sambil menepuk pundak Affan tiga kali

"Ya lo sih enak udah ada Mai, gak jomblo kan lo sekarang"

"So tau ya hidup lo bro hahaha"

"Udahlah pacaran ya pacaran aja gausa belaga nutup-nutupin gitu"

"Yaiyasii tapi... "

"Tapi apaan? Hidup lo banyak tapi nya, jangan-jangan ntar kalau lo mau lulus ada tapi nya lagi, mau lulus tapii......" ucapannya terhenti kemudian melirik Ilham

"Tapi apa?"

"Pikir aja sendiri, pusing gua mikirin dia"

"Udah dibilangin bawa enjoy aja enjoy bro enjoy"

"Iya bro"

*****

Bersambung...

Jangan lupa vote nya ya ^^
Terimakasih

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang