25

31 4 0
                                    

-Selamat membaca-

Satu minggu berlalu..

Hari ini adalah hari libur, seperti biasa Mai bangun sebelum shubuh, ia beranjak dari tempat tidurnya saat ia berdiri dan melangkahkan kakinya ia tidak sengaja menyenggol berkas-berkas perusahaan yang ia bawa pulang karena memang tidak terselesaikan di kantor. Kemudian ia memunguti satu persatu berkas itu, ia terkejut saat memegang suatu berkas yang ternyata itu adalah surat perjanjian hubungan kerjasama dengan perusahaan lain. "Ya Tuhan... ini kan berkas yang pernah Daff tanyakan padaku, surat perjanjian, aahh sepertinya terbawa saat membereskan berkas-berkas di ruangan Daff" ucapnya pada dirinya sendiri.

...

Seperti biasa di pagi hari, ia membantu Bunda untuk menyiapkan sarapan.

"Bunda, hari ini Mai izin mau ke rumah Daff ya bun" ucap Mai yang sedang memotong daging sapi dengan ukuran dadu.

Bunda yang sedang menghaluskan bumbu kemudian menoleh pada Mai "hari ini kan libur sayang, kamu mau apa ke rumah Daff? Ini kan waktu istirahat kamu, kamu tiap hari kerja lho nak" jawab bunda kemudian melanjutkan kembali kegiatannya.

"Mai merasa bersalah bun, saat itu Daff menanyakan apa Mai melihat surat perjanjian atau tidak, kemudian Mai menjawab tidak karena awalnya memang tidak tau, tapi tadi pagi ternyata surat itu terselip di berkas-berkas yang Mai bawa pulang" jelasnya.

"Ya ampun Mai, itu pasti surat berharga bagi perusahaan"

"Ya makanya Mai ingin menemui Daff segera setelah sarapan ya bunda" balas Mai dengan senyum lebarnya berharap Bundanya mengizinkan.

"Tentu saja boleh, tapi kamu juga harus izin dulu ke ayah ya sayang" balas Bunda kemudian mengambil daging yang sudah dipotong Mai.

"Iya bunda siappp"

...

Mai sudah sampai di rumah Daff, ia kemudian melihat alamat yang pernah Daff berikan padanya saat itu. "Benarkah ini rumahnya?" tanyanya dalam hati. Ia kemudian langsung dihampiri oleh seorang satpam sudah sudah stand by di depan rumah Daff.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam itu

"Saya ingin mencari Pak Daffin, benarkah ini rumahnya?" balas Mai

"Maaf sebelumnya apa sudah ada janji untuk bertemu?"

"Mmm tidak ada janji, hanya saja ini hal penting yang harus saya sampaikan"

"Maaf tapi anda harus membuat janji dulu dengan Tuan Daffin"

Sam yang melihat Mai dari lantai atas kemudian segera turun ke bawah "sepertinya Mai tidak diizinkan masuk" ucap Sam pada dirinya sendiri.

"Dia temanku Pak" ucap Sam pada satpam itu

Satpam itu kemudian menoleh ke arah Sam "oh benarkah? Tadi ia bilang ingin bertemu dengan Tuan Daffin" kemudian satpam itu melihat Mai kembali.

"Ya dia sekertaris kedua Daff di kantor Pak"

"Baiklah, maaf sebelumnya saya pikir anda orang asing. Silahkan masuk"

"Tidak apa, terimakasih" Mai kemudian masuk dan mengikuti langkah Sam.

"Sam kau ada di rumah Daff?" tanya Mai

"Kadang aku tinggal disini, kadang juga di apartment ku Mai, kau merindukan Daff? Sampai-sampai kau mendatangi rumah seorang pria" balas Sam

"Tidak aku hanya ingin memberikan surat ini" jawab Mai kemudian memperlihatkan surat perjanjian itu.

"Astaga .. itu surat yang Daff cari-cari selama ini ia bahkan sempat memukul perutku karena tidak berhasil menemukan surat itu" balas Sam yang kini sedang memegang perutnya.

Ia tidak menyangka Daff sampai memukul Sam karena kecerobohan dirinya sendiri "maa.. maafkan aku Sam aku baru menyadarinya tadi pagi"

Sam tertawa kemudian menurunkan tangan diperutnya "tenang saja, rasa sakitnya sudah hilang"

Sam kemudian membuka pintu kamar Daff, memperlihatkan Daff yang masih tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajahnya, padahal ini sudah jam 10 pagi. "Orang yang kau cari masih terlelap Mai, apa perlu aku bangunkan?"

"Tidak usah Sam aku tidak ingin mengganggunya, aku titipkan ini padamu dan tolong sampaikan kata maafku untuknya" balas Mai

"Baiklah Mai, tapi kau jangan pulang dulu ya temani aku mengobrol sebentar saja" Sam mempersilahkan Mai untuk duduk ia kemudian meninggalkannya sejenak pergi ke dapur.

Daff membuka pintu kamarnya berjalan menuruni tangga dengan mata yang tidak terbuka sempurna. Sampai di anak tangga kedua dari bawah "astaghfirullahal adzim Dafffff!!!" Mai langsung membungkukan badannya mencapai lutut dan menutup matanya melihat Daff yang hanya memakai celana pendek di atas lutut.

Daff terkejut "a.. astagaa Mai ka.. kau ada disinii? Tunggu sejenak aku akan kembali, maaf" ucap Daff terburu-buru dan langsung kembali menaiki tangga memasuki kamarnya

Sam datang membawa 2 gelas berisi jus jeruk "ada apa Mai?" tanya Sam saat ia melihat Mai menutup matanya.

Sadar akan kehadiran Sam, ia langsung membuka tangan penutup matanya"Tii.. tidak ada" Mai gugup.

"Sam memang menyebalkan, jika memang ada Mai mengapa ia tidak membangunkanku, apa ia sengaja agar bisa bersama dengan Mai tanpa kehadiranku? Kejadian tadi sungguh memalukan" ucap Daff kesal pada dirinya sendiri, ia kemudian membuka lemari mencari baju dan celana yang sopan bagi wanita seperti Mai. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan keluar sudah rapih dengan rambutnya.

Ia kembali menuruni tangga, ia langsung menatap Sam berharap Sam yang melihatnya terlebih dulu sebelum Mai. Benar saja, Sam melihat ke arah Daff yang sedang menuruni tangga dengan santai. Mata mereka saling bertemu, mata Daff memandang Sam dengan tatapan tajamnya. Sam yang melihat tatapan mata Daff hanya tertawa sinis padanya.

Daff duduk di depan Mai yang sedang menikmati jus jeruk tadi, Mai yang sadar sedang diperhatikan Daff kemudian langsung mengambil surat itu dan memberikannya pada Daff "ini surat perjanjianmu Daff maafkan aku karena ternyata ini salahku" ucapnya pada Daff.

Daff melebarkan kedua matanya dan kesal terhadap Mai "ka.. kaauu benar-benar membuatku kesal Mai" balas Daff tetap dengan ekspresi kesalnya pada Mai.

"Maafkan aku Daff, apa hubungan kerja dengan perusahaan itu benar-benar sudah diputuskan?"

"Kali ini aku yang akan menuntut balik perusahaan itu, berani sekali mereka memutuskan hubungan kerja padahal sudah jelas ada perjanjian dan jika melanggar akan ada denda ratusan juta, sekarang ini senjataku" balas Daff kemudian melihat berkas yang Mai bawa itu.

"Apa harus dituntut balik?" tanya Mai

"Ya jelas, jika ada perjanjian yang berisi tentang hubungan kedua perusahaan apalagi sudah ditandatangani kedua belah pihak, ditambah lagi ada pernyataan mengenai apa akibat dari adanya pelanggaran yaitu denda. Jika kita tidak menuntut balik tentu ini merugikan perusahaan kita, mereka dengan bebas memutuskan hubungan begitu saja, padahal perusahaan kita sudah menanamkan modal cukup besar disana" balas Sam kemudian meminum jus nya.

"Karena semua ini salahmu maka ada hukuman untukmu Mai" ucap Daff pada Mai

"Hukuman? Hukuman apa? Jadi kau tidak ikhlas memaafkanku?"

"Ini bukan soal ikhlas atau tidak, semua karyawan yang ceroboh akan mendapatkan hukumannya!"

"Be.. benarkah??" Mai kemudian menatap ke arah Sam "termasuk kau Sam?" tanyanya pada Sam.

Sam kemudian melirik Daff, melihat tatapan mata Daff yang seakan ingin meledak "Te.. tentu saja Mai"

"Baiklah, apapun itu akan aku terima Daff"

...


Bersambung

Jangan lupa vote & commentnya yaa 😊

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang