36

36 3 0
                                    

-Selamat membaca-

Mai pov..
Aku melangkahkan kakiku yang terasa begitu berat saat melihat wanita itu di ruangan Daff. Sebenarnya aku sudah merasa ada yang aneh karena kegugupan yang Daff tampakkan, tapi aku masih bisa berpikir positif dan tidak memikirkan hal negatif lainnya. Namun, ternyata benar kecurigaanku. Daff menyembunyikan sesuatu dan aku telah melihat sesuatu itu, tidak ku sangka Daff lelaki seperti itu dan wanita itu mengapa pakaiannya robek seperti itu? Atau memang itu adalah trend pakaian terkini yang sedang digandrungi kaum wanita, sungguh benar-benar keterlaluan jika memang baju seperti itu sengaja dibuat untuk menampakkan buah dada wanita.

Tanpa ku sadari aku menitikkan air mata, aku hanya bisa duduk di ruanganku sekarang. Memejamkan mata dan menjadikan meja sebagai tumpuan kepalaku. Untuk apa Daff menahanku tadi? Apa ia ingin menjelaskan sesuatu? Tapi untuk apa ia menjelaskannya dan kenapa harus menjelaskan jika diantara kami tidak ada hubungan apa-apa. Dan mengapa aku menangis seperti ini sekarang, Daff bukan kekasihku, Daff hanya bosku dan tidak lebih dari itu. Tidak tidak, ini salah besar, tidak seharusnya air mataku terjatuh karenanya. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa padanya tapi air mata yang terjatuh ini seakan memberi tanda jika hatiku sedang sakit, sakit setelah melihat wanita itu diruangan Daff terlebih wanita itu muncul dari balik kamar mandi. Apa? Apa semua ini? Daff berusaha mendekatiku tapi kini ia sendiri yang menghancurkan usahanya padaku.

Tidak Mai, tidak! Harusnya aku bersikap biasa saja dan menganggap itu adalah urusan Daff bukan urusanku jadi aku tidak berhak mengeluarkan air mata ini. Padamu air mata kumohon, kumohon padamu, tolong berhentilah mengalir karena ini kesalahan besar. Kau hanya boleh mengalir untuk orang yang kucintai, tidak dengan Daff aku tidak mencintainya tidak sama sekali.

Anggap saja, selama ini Daff mendekatiku hanya karena dirinya berusaha bersikap baik terhadap karyawannya apalagi wanita. Ya benar, Daff mendekatiku karena ia ingin berusaha membuat karyawannya nyaman di Perusahaan ini.

"Mengapa hatiku sesakit ini?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Suara langkah kaki terdengar, aku langsung mengapus air mataku dan meyakinkan diriku sendiri "berhentilah menangis Mai, kau tidak pantas mengeluarkan air mata untuk lelaki seperti Daff! Jika memang Daff lelaki seperti itu, baiklah, acuhkan saja, abaikan saja, dia tidak pantas untukmu dan berhenti berharap kepada selain Allah, ingat satu hal tujuanmu bekerja disini untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargamu bukan untuk mencari cinta, jodoh, ataupun hal yang berhubungan dengan perasaan lainnya. Kau harus fokus pada pekerjaanmu, hanya pekerjaanmu tidak ada hal lain" ucapku pada diriku sendiri.

"Mai" panggilan itu jelas terdengar ditelingaku. Aku tau sekali itu adalah suara Daff, untuk apa Daff menghampiriku, dan kau air mata kumohon padamu jangan tunjukkan rasa sedihmu, jika kau menunjukkannya aku benci padamu.

Tatapanku beralih pada Daff "ada apa?" Aku tetap berusaha menjadi karyawan yang profesional didepannya bosku.

"Kau menangis?" Tanyanya membuatku ingin melampiaskan kekesalanku detik ini juga.

"Menangis? Untuk apa aku menangis? Tidak ada hal sedih ataupun hal buruk yang terjadi" balasku.

"Ikut aku, aku ingin berbicara denganmu, jika disini tidak enak jika dilihat karyawan lain" jawabnya membuatku hanya bisa pasrah mengikuti maunya karena aku sadar disini aku hanya sekertaris dan ia bosku, sudah seharusnya aku mengikuti perintahnya.

Daff kembali mengajakku keruangannya, "duduklah" ucapnya padaku.

Ia kemudian duduk dan posisi kita saling berhadapan sekarang "benarkah kau tidak menangis tadi?" Tanyanya, kurasa itu pertanyaan yang tidak penting untuk sekarang karena yang aku inginkan hanya penjelasan. Tidak tidak Mai, kau tidak butuh penjelasan apapun.

Aku beranikan diri menatap matanya "tentu saja tidak" balasku tanpa kegugupan sedikitpun.

"Benarkah? Tapi matamu berkata lain sekarang" jawabnya. Ia kemudian mengambil ponselnya dan mengarahkannya padaku "bercerminlah di ponselku, lihat apa yang matamu katakan" aku melihat kearah ponselnya dan aku benci padamu, aku benci padamu air mataku sendiri, sudah kukatakan jangan tunjukkan kesedihanmu tapi kini kau malah menunjukkannya dengan tanda merah dimata dan sedikit sembab.

"Kau membohongi dirimu sendiri Mai, tidakkah kau mengerti akan dirimu sendiri sekarang? Aku tau kau menanti penjelasan dariku". Tanyanya dengan sejuta kepercayaan dirinya dan kelembutannya.

Aku menggeleng cepat "penjelasan apa? Dan mengapa aku menanti penjelasanmu Daff? Aku tidak menanti apapun darimu jadi tolonglah, berhenti terlalu percaya diri" ucapku membuatnya tersenyum kecil.

"Akan kujelaskan semua....."

"Tidak!!!" Ucapku dengan nada sedikit marah dan mencela perkataannya, Mai kau salah harusnya kau tidak mencelanya karena ini akan membuatnya semakin yakin jika kau menanti penjelasan.

"Jika memang kau tidak menanti penjelasanku mengapa kau harus marah Mai? Sudah jelas ku katakan jika kau menanti penjelasanku, sudahlah. Kau memintaku berhenti untuk terlalu percaya diri dan kini aku memintamu untuk berhenti membohongi hatimu sendiri Mai. Dengarkan aku, sekarang buang jauh-jauh pikiran burukmu tentang diriku. Aku tidak seperti pikiran burukmu itu Mai, bukankah kau tau? Selama ini aku berusaha mendekatimu dan sangat tidak mungkin jika aku menghancurkan usahaku sendiri dengan adanya wanita ... ". Ucapannya terhenti saat air mataku kembali mengalir.

"Lihat aku Mai" ucapannya begitu lembut dan akupun melihat kearahnya.

"Aku jatuh cinta padamu" ucapnya kembali membuat jantungku berdegup kencang dan air mataku kembali mengalir.

Cukup Mai, cukup sudah kau membohongi dirimu sendiri. Kau mengatakan jika kau tidak memiliki perasaan apapun padanya tapi bukti dan kenyataannya air matamu mengalir, hatimu sakit saat melihat wanita itu diruangan Daff apalagi saat melihat pakaiannya. Kini saatnya kau jujur pada dirimu dan kau juga harus jujur padanya, jujur dengan perasaanmu sendiri, ini adalah waktu yang tepat kau mengutarakannya. Katakanlah yang sebenarnya jangan dibuat-buat dan jangan dipalsukan, bahagiakan hatimu dengan cinta yang kini kau rasakan. Kau berhak bahagia, kau berhak perjuangkan rasa cinta dihatimu untuknya.

Author pov...

"Ayolah Mai, katakan, katakan padaku jika kau juga jatuh cinta padaku, aku akan mengakhiri pendekatan ini dan menjadikannya suatu hubungan" batin Daff

"A.. aku... aa.. ak.. kuu"

Daff gemas dibuatnya, apa sangat sulit mengeluarkan kalimat itu?

"Aku apa Mai??? Katakanlah" tanya Daff penasaran.

"Tidak Mai tidak, saat ini hatimu sedang sakit karenanya terlebih setelah melihat jelas wanita itu apalagi pakaiannya, tidak aku tidak bisa mengatakan jika aku mencintainya. Ini terlalu sakit bagiku, sakit setelah aku melihat wanita itu" batin Mai.

"Aku ingin ke kamar mandi" ucap Mai melanjutkan

Daff mengepalkan tangannya dimeja "aarrrggghhh" balasnya kesal. 


Bersambung..

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🙏

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang