-Selamat membaca-Sam pov...
Aku sudah menunggu hari bahagia ini sejak dulu, hari bahagia yang akan mengawali hari yang jauh lebih bahagia kedepannya. Waktu ini adalah waktu dimana aku akan memiliki waktu dengan kebahagaiaan kedepannya.
Sheela.
Satu nama dan satu kata yang sudah ada dibenakku sejak beberapa hari yang lalu. Jujur, beberapa hari yang lalu pikiranku di dominasi olehnya, wanita itu, wanita yang bahkan tidak kucintai tapi aku menantikan moment bahagia bersamanya. Moment yang kuharap bisa membuatku jadi pria yang lebih bijaksana lagi dalam menghadapi kehidupan.Sheela.
Jika memang kau ditakdirkan untukku, percayalah aku akan selalu menghormatimu sebagai istriku kelak. Percayalah jika aku pria yang baru saja kau kenal ini akan menghargaimu sebagai istriku kelak. Aku memang tidak berpengalaman soal cinta, ku akui Kay adalah cinta pertama sekaligus cinta yang menyakitkan bagiku. Tapi, kehadiranmu membuat keraguan akan cinta sejati bagiku itu lenyap.Mom...
Malam ini aku akan melamar seorang gadis.
Gadis yang kelak menjadi istri sekaligus menantumu mom. Andai saja kau ada disini mom, aku ingin mom mengantarku menuju rumahnya lalu melamarnya dihadapanmu mom."Oyy!!!" Ucap Daff membuyarkan lamunanku yang sedari tadi tertuju pada cermin dihadapanku.
Tanpa menoleh aku menjawab, "bisa gak lo ketuk pin..." belum sempat menyelesaikan perkataanku ia mencela "jangan buat cermin yang ada didepan mata lo itu muak sama lo" balasnya yang kini sudah rapih menggunakan kemeja tanpa memakai jas.
Aku menoleh sesaat "yaa whatever" kemudian menatap kembali cermin di hadapanku. Menampilkan diriku yang sudah rapih dengan jas dan lengan yang sengaja ku gulung sampai sikut. Tidak lupa aku sudah memakai jam tangan yang biasa aku pakai.
Aku sungguh tampan.
Daff masih memperhatikanku, ia masih dengan posisinya yaitu melipat kedua tangan di dadanya. "Apa jam tangan yang ada di tangan lo itu abis bat Sam?" Tanyanya.
Aku refleks mengerutkan dahi, ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku terlambat satu jam dari rencana awal. "Whatt??? Jam 8?? Perasaan tadi masih jam set7 bro" balasku kemudian dengan cepat merapihkan kembali rambutku.
"Lo terlalu sibuk bercermin sih" jawab Daff terbahak.
"Come on" ajakku pada Daff yang masih berdiri di ambang pintu.
Aku memimpin jalan, mengambil kunci mobilnya "pake mobil gua aja" sela Daff saat baru saja aku memegang kunci mobilku.
"Yauda" ucapku kemudian menaruh kembali kunci mobilku.
*****
Sam menghentikan mobilnya, tepat di pinggir jalan. "Kok berhenti disini? Emang dimana rumahnya bro?" tanya Daff.
"Gua lupa kalau rumahnya masuk gang kecil bro, jadi mobil gak bisa masuk" jawab Sam kemudian mengambil ponsel di saku celananya mencoba menghubungi Sheela.
Daff mengerutkan dahi "lo gimana sih bro, kalau kita parkir disini tar mobil ilang gimana, ini daerah baru buat gua, gua belum pernah kesini sebelumnya dan coba lo liat sekitar" tutur Daff pada Sam membuat ia kebingungan dengan Sam bagaimana ia bisa lupa? Kondisi daerah rumah calon istrinya saja ia lupa.
-Panggilan terjawab-
"Hallo"
"......"
"Bagaimana dengan mobil yang kubawa? Apa tidak masalah jika aku memarkirkannya disini?"
"..............."
"Baiklah. Tunggu aku"
"......"Klik. Panggilan terputus.
"Gimana?" tanya Daff kembali.
Sam menatap Daff "parkir disini aja, pake semua pengaman mobil" balas Sam kemudian ia membuka safety beltnya.
"Hmmm okeee, mobil gua ilang lo gak gua gaji 5 tahun" disusul Daff yang kini sudah membuka safety beltnya.
Sam terkekeh. Disaat seperti ini Daff masih bisa berbicara tentang hal yang seharusnya tidak dibicarakan terlebih dahulu. Apalagi barusan ucapan Daff seakan mengancam Sam jika mobilnya hilang, apalagi Daff berucap kerugian jika mobilnya hilang akan digantikan tanpa memberi Sam gaji selama 5 tahun. Ya Daff memang seperti itu orangnya, ia lebih sering berpikiran buruk terhadap suatu hal yang bahkan ia sendiri tidak tau akan hal itu. Daff memang lelaki yang selalu was-was terhadap lingkungan sekitarnya, tapi dibalik semua itu ini salah satu yang tidak Sam sukai dari diri seorang Daff.
Dengan hati-hati Sam melirik kiri kanan memastikan ia berjalan ditengah kendaraan lain dengan aman. Saat Sam sudah di sebrang jalan, Daff memanggilnya "Sam" panggil Daff sedikit teriak. Di tempat ini memang sedang ramai, tapi ramai beraktifitas bukan ramai suara. Sam menoleh kebelakang "apa lagi? Ayo buruan lama lo" balasnya.
"Bunganya ketinggalan bro" ucap Daff kemudian membuka kembali pintu mobil dan mengambil bunga.
"Eh iyaa gua lupa hehe" Sam pun menyebrang kembali, berniat menghampiri Daff untuk menggenggam bunga itu, bunga yang akan diberikan pada Sheela malam ini.
Saat Sam menyebrang.
Braaakkkkkkk!!!!!!!
Ia tertabrak mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu berhenti karena kejadian yang baru saja terjadi.
Mata Daff seakan ingin keluar dari tempatnya, seakan tak percaya dengan yang terjadi pada Sam. Daff berlari menghampiri Sam, merendahkan tubuhnya pada Sam, "Sam!!!!"
Darah mengalir dari kepalanya, orang-orang sekitar pun menghampiri. Daff yang marah, kesal, sedih semua beradu satu. "Oyyyy turunn lo!!!!!" Teriaknya pada pengendara mobil itu. Pengendara itu tidak perduli, ia menyalakan mobilnya dan berlalu meninggalkan tempat itu, warga yang melihat mencoba menahan mobil itu namun nihil.
Disisi lain...
"Nak, mana lelaki yang akan melamarmu itu, ini sudah jam 9 malam" ucap bunda Sheela.
Sheela kebingungan, Sam baru saja menghubunginya. Dimana Sam? Apa ia tersesat? Mengapa lama sekali? Padahal tinggal beberapa langkah dari jalan depan.
Ia menghubungi Sam.
Namun nihil.Panggilan tidak terjawab.
Ia gelisah, apa terjadi sesuatu dengan Sam?
Bersambung....
Jangan lupa vote + commentnyaa yaaa 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Those Three Little Words
Romance#440 - ChickLit "Ayolah Mai, katakan, katakan padaku jika kau juga jatuh cinta padaku, aku akan mengakhiri pendekatan ini dan menjadikannya suatu hubungan" batin Daff "A.. aku... aa.. ak.. kuu" Daff gemas dibuatnya, apa sangat sulit mengeluarkan kal...