23

29 3 0
                                    


-Selamat membaca-


Daffin pov...

Ia berhenti menghubungi Sam, sudah dua puluh kali ia melakukan panggilan namun tak ada satupun panggilan yang dijawab Sam. Ia kecewa sungguh kecewa, Sam selalu sesuka hati masuk dan keluar kantor tanpa izin begitu saja. Tapi, bukan itu yang membuatnya kecewa saat ini, ia kecewa karena ia rasa tidak ada alasan untuk tidak mengangkat telepon apalagi jika ia sudah mencoba menghubungi Sam sebanyak dua puluh kali. Habislah sudah kesempatan Sam untuk bertemu dengan Ibu yang telah lama dicarinya.

Flashback ...
Hari ini aku berniat keluar kantor di siang yang terik ini, untuk membeli bunga kesukaan Mai. Sudah lama aku tidak memberinya bunga, aku tau ia menyukainya dan ini kesempatan yang harus aku ambil agar aku dapat memiliki hatinya. Ya hanya aku. Sampai di sebuah toko bunga, aku dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita yang masih cantik di umur setengah abadnya. Aku tidak menyangka ia akan menghampiriku dan mengajakku berbicara.

"Daff, kamu Daff bukan? Teman Sam? Kamu teman Sam anakku?" ucap Ibu pada Daff kemudian menuntun Daff untuk duduk di depan toko bunga itu.

Daff menjawabnya dengan antusias "ya benar benar bu, aku Daff teman Sam, bahkan kita sahabat. Kemana saja ibu selama ini? Sam selalu mencari keberadaan ibunya, bahkan sudah sering menyewa jasa detektif namun hasilnya mengatakan jika ibu tidak ada di Indonesia, mengapa ibu baru datang sekarang?"

"Ada alasan yang tak bisa ku jelaskan, aku hanya ingin bertemu dengan Sam untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pergi ke luar negeri, tolong sampaikan padanya jika aku menunggunya di bandara sebelum pukul dua siang" balasnya kemudian berdiri dari duduknya dan meninggalkan Daff begitu saja.

Melihat wanita itu pergi begitu saja Daff mengerutkan dahinya kebingungan "Bu ... tunggu tunggu aku belum selesai bicara" balas Daff kemudian mengikuti jalan ibu itu dari belakang.

"Berhenti mengikutiku nak, lakukanlah perintahku!!"

Langkah wanita itu terus berlalu. Namun, Daff terhenti, ia mencerna kembali perkataan yang tadi ia dengar. Kemudian ia berhenti berpikir dan langsung mengambil ponsel nya untuk menghubungi Sam.
Ponsel Sam aktif namun tidak diangkat, apa dia sedang sibuk? Tidak tidak mungkin, sibuk apa dia sampai telepon dariku tidak ia angkat sama sekali. Tidakkah ia menyadari jika aku meneleponnya bahkan sudah dua puluh kali berarti ada hal yang sangat penting terjadi.

Tok tok tok
Suara pintu membuyarkan lamunannya. Ternyata yang datang itu adalah Sam, "Oh Sam Sam, untuk apa kau menemuiku?" tanya Daff dengan wajah lemas.

"Sorry, tadi.. mmm... tadii.. ada urusan" balas Sam kemudian mendekat dan duduk di hadapan Daff.

Daff kemudian berdiri dan melangkah menuju jendela untuk menghirup udara yang jauh lebih segar "Terlambat" jawabnya singkat.

Sam mengerutkan dahi "apa yang terlambat?" Sam kemudian berbalik dan menatap Daff penasaran.

"Urusan apa yang jauh lebih penting daripada urusan pekerjaanmu sendiri?" tanya Daff sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana dan memandang ke arah luar jendela.

"Maaf Daff maaf, apa maksudmu terlambat?"

Banyak hal yang tadi ingin Daff katakan namun kini Daff bingung bagaimana menjelaskannya pada Sam "Kau ku pecat!!! Keluarlah!!!" Ucap Daff dengan nada lemah

Sam tercengang mendengar itu "Heh, mau lo apasih? Gua disini rela lo perlakuin apapun, gua selalu ngalah buat lo, apapun yang lo mau gua kasih dan sekarang lo pecat gua?" Sam tersenyum bagaikan devil karena kesal terhadap Daff.

"Cukup!!! Gua telepon lo udah 20x dan mana balesan lo hah? Apa kegiatan lo diluar sampe-sampe lo lupa kalau disini lo punya tanggung jawab, salah gua hubungin lo? Salah? Gua hubungin lo udah jelas ada hal penting, lo selalu ngulang kesalahan yang sama dan gua muak sama semua itu, buat apa? Buat apa hah??? Buat apa lo masih ada di kantor gua?" bentak Daff pada Sam.

"Gua tau gua yang salah disini Daff, sorry sorry sorry, lo harapan terakhir gua setelah gua gak tau dimana bokap dan nyokap gua, lo berjasa di hidup gua, gua gak tau kalau gak ada lo kalau gak ada bokap lo mungkin gua udah jadi gelandangan dijalan, sorry" jawab Sam menyesal

"Tadi gua ketemu sama nyokap lo" balas Daff kemudian menatap mata Sam dalam-dalam.

Sam terkejut "aa.. apa? Terus?? Mana nyokap gua sekarang Daff?? Manaaa???!!" balas Sam dengan nada tinggi.

"Terlambat"

Sam langsung mendekati Daff dan memegang erat kerah bajunya dengan kedua tangannya "apa maksud lo?" tanya Sam dengan tatapan tajamnya. Kini jarak antara wajah Sam dan Daff hanya beberapa cm saja.

Daff tidak terima dengan cengkraman erat tangan Sam di kerah bajunya. Ia kemudian melepaskan tangan Sam dari dirinya dengan kasar. "Gua ketemu sama ibu lo di toko bunga gak jauh dari sini, ibu lo nyuruh gua hubungin lo dan dia bilang dia harus ketemu sama lo sebelum jam dua siang di bandara, gua udah usaha buat telepon lo, akhirnya? Itu salah lo sendiri"

Sam mematung mendengar itu tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Hatinya bertanya-tanya. Mengapa ibu pergi lagi? Tidakkah ia merindukan aku sebagai anaknya? Kemana ibu pergi? Oh Tuhan, apakah kali ini aku harus kehilangan ibu untuk kesekian kalinya? -tanya Sam pada dirinya sendiri.

"Kemana ibu gua pergi?"

"Ibu lo gak bilang dan gak jawab pertanyaan gua"

Tanpa menjawab ucapan terakhir Daff, Sam langsung pergi begitu saja meninggalkan Daff "Tuhkan" gerutu Daff.




Bersambungg..

Jangan lupa vote and commentnya yaa 😁

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang