-Selamat membaca-
"Aku merindukanmu Mai" ucap Daff yang baru saja sampai dan langsung menghampiri Mai di ruangannya.
Mai hanya diam tak berkutik mendengar itu "apa kau baik-baik saja?" Tanya Daff.
Aku hanya mengangguk mendengar perkataan itu "sepertinya kau sedang tidak baik hari ini" ucap Daff kembali, dia berusaha mengambil perhatianku.
Kejadian kemarin membuat aku berpikir bahwa selama ini Daff dekat banyak wanita termasuk wanita itu. Aku tidak tau apa yang kurasakan sekarang, hatiku selalu menolak kehadirannya, aku mencintainya tapi sekarang aku meragukannya.
Daff terus mencoba menarik perhatianku sepertinya dia tau jika aku menolak kehadirannya. "Hei, aku tidak akan mengganggumu di jam kerja, selesai jam kerja aku ingin menjelaskan semuanya sekaligus kita makan malam bersama ya" ucapnya lembut penuh dengan senyuman seakan mampu menyihir keraguan hatiku padanya.
Aku mencoba untuk tetap bersikap biasa saja dengannya, aku tidak ingin dia berpikir yang tidak-tidak apalagi sampai dia curiga jika aku mencintainya. "Hmm, lihat nanti saja ya Daff" jawabku kemudian tersenyum padanya.
Dia pun berdiri "baiklah, selamat bekerja" ucapnya dengan senyum merekah di wajahnya. Ia pun berdiri dan perlahan meninggalkanku, pandanganku terarah pada punggungnya yang mulai menjauhiku pergi.
Aku mencintaimu Daff, aku sungguh mencintaimu, kau lelaki yang aku cintai sekarang. Namun, apa dayaku kini, hatiku meragu sekaligus menginginkanmu Daff
Baiklah Mai lupakan sejenak tentang Daff. Aku harus tetap fokus pada pekerjaanku sekarang, aku harus tetap terlihat profesional di depan semuanya termasuk Daff.
Jam kerja telah berlalu, aku langsung membereskan semuanya, aku berjalan menuju lift berniat untuk langsung pulang melepas lelah untuk beristirahat. Di lift aku teringat Daff, mana Daff? Apa dia tidak jadi mengajakku makan malam? Di bahkan tidak menghubungiku, padahal jam kerja telah berlalu setengah jam sebelumya, gumamku dalam hati.
Akhirnya, aku keluar dari jam kerjaku, hari ini sungguh melelahkan, ingin rasanya aku langsung berbaring tapi aku harus menunggu taksi dulu. Aku benar-benar ingin pulang, bahkan perutku ini kram sedari tadi karena sedang datang bulan.
Tidak ada taksi satu pun yang datang, aku sudah menunggu satu jam mematung disini. Aku kesal benar-benar kesal, tak lama aku mendengar suara klakson mobil dan ternyata itu mobil Daff. Dia menjalankan mobilnya menghampiriku, sepertinya dia baru saja keluar dari tempat parkir, dia membuka kaca mobilnya "ayo masuk" ucapnya setengah tertawa padaku.
Aku menggeleng karena aku sudah lelah, aku sedang tidak mood berbicara dengannya "kau duluan saja, aku sedang menunggu seseorang" jawabku, ya yang aku tunggu tiada lain selain supir taksi.
Daff mengerutkan dahinya "menunggu siapa?" Tanyanya padaku membuatku semakin malas menjawab dan Oh Tuhan aku benar-benar sedang tidak mood, datang bulan ini mendominasi mood di tubuhku sekarang. Aku sudah tidak tahan berdiri seperti ini, terpaksa aku menerima ajakan Daff, aku masuk mobil tanpa menjawab pertanyaannya padaku.
"Hari ini kita akan makan malam bersama" ucapnya memulai obrolan kembali.
Aku sudah malas dengan hari ini, tapi penjelasan yang akan dia berikan padaku juga tidak bisa digantung terus-menerus. Setengah jam berlalu, mobil Daff terhenti. Dia membukakan pintu mobil untukku dan bodohnya, aku selalu saja terbawa perasaan seperti ini padahal Daff belum menjelaskan semuanya.
"Terimakasih" ucapku tersenyum padanya.
"Mai, kali ini tolong izinkan aku menjelaskan semuanya padamu, jangan memotong perkataanku sebelum aku memberimu luang untuk bicara, kau mengerti?" Ucapannya membuatku merasa jika Daff sudah tidak tahan dengan sikap cuek ku ini, dia langsung berbicara pada intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Those Three Little Words
Romance#440 - ChickLit "Ayolah Mai, katakan, katakan padaku jika kau juga jatuh cinta padaku, aku akan mengakhiri pendekatan ini dan menjadikannya suatu hubungan" batin Daff "A.. aku... aa.. ak.. kuu" Daff gemas dibuatnya, apa sangat sulit mengeluarkan kal...