34

53 3 2
                                    


-Selamat membaca-


Daffin pov...

Aku hampir saja terlambat, seorang pemimpin tidak boleh terlambat masuk kerja. Baru saja aku masuk kantor, Mai menghampiriku "kau hampir saja terlambat" ucapnya padaku yang langsung melihat jam di lenganku.

Aku memicingkan mataku "tidak, aku tidak terlambat" balasku kemudian menatap ke arahnya.

"Aku tidak bilang kau terlambat, aku bilang kau hampir saja terlambat, itu dua hal yang berbeda" jawabnya melipat kedua tangannya di dada.

"Hanya sedikit perbedaanya" ucapku kemudian pandanganku beralih pada bibirnya, ia memakai lipstick pink muda dan lihatlah bibirnya itu sedang cemberut menatap ke arahku.

Ia mengerutkan dahinya "apa yang sedang kau lihat?" Tanyanya membuatku gelagapan.

"Hah? Mm.. ti.. tidak ada, kau cantik hari ini" ucapku gugup.

Ia menggendikan bahunya "jadi hanya hari ini saja ya?" jawabnya membuatku nyaris tertawa.

"Setiap hari, hanya hari ini saja aku baru memujimu" balasku.

"Mana Sam?" Tanyanya lalu kami jalan bersama menuju lift.

Baru saja aku akan memberitahunya "Sam kecelakaan, maaf aku baru memberitahumu" jawabku aku penasaran bagaimana reaksi Mai. Apa akan sama dengan reaksi Kay atau bahkan Sheela?

"Kecelakaan? Bagaimana keadaanya sekarang?" Jawabnya datar.

Ternyata dugaanku salah. Kukira ia akan sama terkejutnya dengan Kay atau Sheela calon istrinya itu. Tapi nyatanya, dia memasang ekspresi yang biasa saja. Syukurlah, mungkin aku akan cemburu jika dia sangat mengkhawatirkan Sam.

Tunggu.
Cemburu? Tidak, ia bukan kekasihku.

"Ia sudah membaik" balasku singkat. "Kau sudah sarapan?" Ucapku kembali berusaha mengalihkan pembicaraan tentang Sam. Bukannya aku tidak ingin membahas tentang kondisi Sam saat ini namun aku tidak ingin moodku hancur pagi-pagi jikalau nanti aku melihat ekspresi Mai yang membuatku merasa jika ia masih menyukai Sam.

"Sudah lah, kau?" Ia bertanya balik. Sepertinya Mai sudah mulai merespond bentuk-bentuk perhatian kecilku padanya. Syukurlah, semoga ini akan semakin memudahkanku untuk menjadikan ia milikku seutuhnya suatu saat nanti.

Aku mengangguk cepat "tentu saja sudah, apa hari ini ada meeting?" aku berusaha untuk membuat komunikasi yang lebih panjang dengannya.

"Tidak ada, hanya saja jika Sam tidak ada berarti pekerjaanku double" jawabnya membuatku terkekeh pelan.

"Tenanglah, gajimu juga double" ucapku menaikan sebelah alisku dan tersenyum padanya.

Kami pun tertawa bersama.

Ia masuk keruangannya begitupun diriku.

Aku terkejut saat melihat seorang wanita tidur di sofaku.

Astaga. Thalia? Mengapa wanita ini bisa masuk ke ruanganku dan bisa-bisanya ia tidur disini tanpa sepengetahuanku. Aku kesal melihatnya maka dari itu aku ingin membangunkannya tanpa harus menyentuhnya sedikitpun. Lihat saja penampilannya kini, penampilan wanita yang akan pergi ke klub. Sungguh membuatku muak memandangnya.

Mataku tertuju pada vas bunga yang ada dimeja dekat sofa tempat ia tidur. Dengan terpaksa aku sengaja menjatuhkan vas bunga itu dengan kakiku sendiri.

Praannggg!!!

Ampuh. Apa yang aku lakukan berhasil membuatnya terbangun. Ia terkejut lalu bangun dan berdiri menatap kearahku. "Dafff!!! apa yang terjadii?" Ucapnya padaku.

"Apa matamu sudah tidak normal? Kau tidak bisa melihat sendiri apa yang terjadi?" Jawabku dengan tatapan sinis, masih saja ia bertanya apa yang terjadi padahal ia sudah melihat dengan matanya sendiri.

Ia mengerutkan dahinya menatap tajam kearahku "perkataanmu tadi benar-benar menyebalkan Daff!!! Apa maksudmu berkata seperti itu? Lalu mengapa vas bunga itu bisa pecah? Apa ... karena kau sengaja agar aku terbangun?" Ucapnya membuatku tersenyum sinis. Ia kemudian semakin mendekat kearahku, entah apa yang akan dilakukannya.

Aku melipat kedua tangan di dadaku, kembali menatap tajam kearahnya "aku muak padamu, bisa-bisanya kau masuk ruanganku tanpa izin dan tidur di sofaku itu, untuk apa? Berusaha mengambil perhatianku kembali? Apapun yang kau lakukan itu akan sia-sia. Jadi berhentilah bertingkah bodoh!!!" Balasku membentaknya.

Ia semakin mendekatkan dirinya dan aku sudah berada disudut ruangan "aku bertingkah bodoh karenamu Daff" ia mengelus kedua pipiku dengan tangan kanannya.

"Ck!!" Aku memalingkan wajahku ditangannya dengan kasar. "Mundurlah sebelum aku yang bereaksi atas aksi mu itu" perintahku padanya.

Ia mengabaikan perkataanku, ia tersenyum lebar padaku "aku menginginkanmu Daff, aku hanya menginginkanmu" ucapnya membuatku semakin risih padanya.

Aku menghembuskan napas kasar dihadapan wajahnya dan itu membuatnya semakin tersenyum lebar padaku "aku suka aroma napasmu itu Daff, sudah lama sekali aku tidak mencium wangi parfumemu" ucapnya membuat darahku sudah berada di puncak kesabaran.

Aku geram karena tingkah dan perkataannya, namun aku masih mencoba untuk sabar menghadapinya "menjauhlah sebelum aku menjadi pria yang kasar pada wanita" ucapku membuatnya menjauh dan kini ia duduk kembali di sofa.

Aku menatapnya tajam, untuk apa ia masih disini? Apa ia tidak mengerti jika aku sudah mengusirnya secara tidak langsung. Lihat dia kini membuka tas dan mengambil sesuatu ditasnya itu.

Astaga. Ia mengambil lipstick lengkap dengan cerminnya, kini apalagi maksudnya? Rasanya aku ingin memegang kasar tangannya, mendorong tubuhnya untuk pergi dari ruanganku sekarang juga.

Ia memakai lipstick merah itu dibibirnya, sesekali ia melirik kearahku mencoba menggodaku. Tidak. Aku tidak akan tergoda sedikitpun karenanya.

Aku sudah muak dengannya, kuberanikan diri mendekatinya berusaha mengusirnya perlahan. Aku masih bisa sabar menghadapinya, baru dua langkah kakiku berjalan suara ketukan pintu menghentikan langkahku.

Tok tok tok

"Aaarrgghh sial!!!, kau.. cepat masuk kamar mandi!!!! Sekarang!!!" Ucapku penuh dengan emosi.

Ia tersenyum padaku "tenanglah honey, yang diluar sana tidak akan mengganggu acara kita" balasnya semakin membuatku marah padanya. Apa maksudnya rencana? Rencana apa? Dia benar-benar membuat emosiku memuncak.

Aku tidak segan-segan menarik tangannya dengan kasar dan memasukannya ke dalam kamar mandi "diamlah!!! Sebelum aku menyuruhmu keluar, jika perlu kau mati saja di dalam agar aku tidak berurusan lagi denganmu!!!" Kata-kata itupun terlontar dari mulutku. Jujur, aku sudah tidak bisa menahan emosiku padanya.

DEG !!

Jantungku berdegup kencang melihat Mai yang sudah berada diruanganku, ia memerhatikanku dan menatap kearahku seakan memendam kecurigaan.

.....




Bersambung...

Boleh minta commentnya gak? Menurut kalian ceritanya menarik atau gak? Hehe 😃

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang