38

51 3 0
                                    


-Selamat membaca-

"Tunggu tunggu Mai, tunggu aku" Daff masih saja mengikuti Mai sedari tadi padahal Mai sudah menolak ajakan pulang bersama dengannya.

Mai menghembuskan napas dengan kasar kemudian menoleh ke belakang menatap Daff "sudah ku katakan aku bisa pulang sendiri Daff, berhenti mengikutiku" ucapnya kemudian kembali melangkahkan kaki dan berniat menunggu taksi.

Daff tidak tinggal diam. Ia terus saja mengikuti Mai dan kini ia sudah berada tepat di hadapan Mai "apa kau marah padaku?" Tanyanya membuat Mai mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Mai menggeleng pelan "tidak, kenapa aku harus mar..." ucapannya menggantung saat Daff berhasil meraih lengan Mai dan menariknya dengan halus membawanya menuju mobil Daff yang masih terparkir.

Mai berusaha menolak "tidak tidak Daff lepaskan apa yang ingin kau lakukan? Sudah ku katakan aku bisa pulang sendiri, tolong jangan paksa aku untuk pulang bersamamu" gerutu Mai kesal.

Mendengar itu Daff langsung melepaskan genggamannya di lengan Mai. Mai benar Daff seharusnya tidak memaksa seorang wanita untuk pulang bersamanya "baiklah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud memaksamu pulang bersamaku, hati-hati dijalan" Daff tersenyum lebar menatap Mai kemudian meninggalkan Mai seorang diri dan menuju mobilnya.

Hati Mai sedih saat melihat Daff meninggalkan dirinya seorang diri berharap taksi segera menghampiri. "Tenganya Daff meninggalkanku sendiri apalagi sudah malam seperti ini" batin Mai. "Pasti Daff sudah benar-benar meninggalkanku seorang diri disini, semoga taksi cepat kemari" batinnya kembali.

Daff masih terdiam di dalam mobil, ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Ia masih saja memerhatikan Mai dari dalam mobilnya, wanita itu masih menunggu taksi tiba.

*****

Sam pov...

"Si Daff minta dihajar, apa dia sengaja gak angkat telpon gua daritadi" ucapnya pada dirinya sendiri, ia sedang duduk dengan gelisah dihatinya. Bagaimana ia tidak gelisah, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam tapi Daff masih belum menampakkan dirinya. "Jangan sampe acara lamaran ditunda lagi" batinnya kesal.

Sam terus menghubungi Daff

-Nomor yang anda tuju tidak menjawab, cobalah beberapa saat lagi-

Selalu saja seperti itu, Sam beranjak dari tempat duduknya ia berdiri dan mundar-mandir kesana kemari layaknya setrikaan yang sedang menjalankan tugasnya untuk merapihkan pakaian.

"Aaaarrrgggghh Daff please" Sam merebahkan tubuhnya dengan kasar di sofa.

*****

19:30 WIB...

Daff baru saja membuka ponselnya, ia melihat 99+ panggilan tak terjawab dari Sam.

"Gua lupa Sam lamaran malam ini" batin Daff
"Tapi gua gak mungkin ninggalin Mai sendiri"

Ia menginjak gas dan mulai menjalankan mobilnya. Kemudian menghentikannya tepat di samping Mai "Masuklah sudah malam, aku akan mengantarmu pulang" ucap Daff.

Mai masih saja menolak kini ia menolaknya dengan menggelengkan kepala.

"Lihatlah sudah semakin malam dan taksi tidak ada yang lewat, masuklah cepat sebelum aku pulang duluan" ucap Daff kembali.

"Pulang saja duluan, aku yakin pasti nanti ada taksi yang lewat" balas Mai membuat Daff kesal, wanita ini benar-benar sedang marah padanya. Lihat saja dia seperti anak kecil saja "Masuklah, jangan biarkan ayah dan ibu menunggumu terlalu lama" Daff masih membujuk Mai dengan halus.

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang