42

17 1 0
                                    

42.

-Selamat membaca-


Hari ini Daff begitu sibuk dengan pekerjaannya, ia begitu fokus membaca lalu memberikan tanda tangan sebagai bentuk persetujuannya, ia tidak ingin melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan.

Tok tok tok ...

Suara ketukan pintu tidak membuatnya berhenti untuk tetap fokus,

ceklek ..

Daff mengarahkan pandangannya pada ambang pintu yang baru saja dibuka itu, ia berdecak kesal saat tahu siapa yang datang itu.

Thalia ada apa dia kesini? -gumam Daff

"Hello Daff, apa kabarmu?" ucapnya mulai menyapa Daff dengan senyuman di bibir merahnya itu.

"Baik, ada perlu apa kau datang kesini?" jawab Daff langsung pada intinya.

Mendengar jawabannya itu Thalia kesal, ia kesal karena Daff sama sekali tidak menanyakan kabarnya.

"Harusnya kau bertanya balik tentang kabarku Daff!" ucapnya kemudian melipat kedua tangan di perut.

"Jawab saja"

"Aku merindukanmu Daff"

"Sudahlah, aku sudah mempunyai istri dan pergilah kau dari sini sekarang" Daff masih bisa menanggapi Thalia dengan lembut, ia ingat pesan Mai untuk tetap memperlakukan siapapun dengan lembut apalagi seorang wanita.

Tidak menyerah, Thalia mendekati Daff ia memeluk Daff dari belakang dengan begitu manja.

Daff risih mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Lepaskan sebelum aku bersikap kasar padamu"

Thalia langsung melepas pelukannya, ia tidak ingin Daff marah padanya.

"Daff aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi"

"Bagus, pergilah"

"Tapi ada syaratnya Daff"

Daff menatap Thalia dengan penuh amarah, bisa-bisanya ia mengajukan persyaratan padahal memang sudah seharusnya ia menjauh dari kehidupan Daff yang sudah bahagia dengan Mai.

"Tidak ada persyaratan apapun, keluarlah kau sekarang"

"Kalau begitu aku tidak akan berhenti menemui mu Daff, aku akan terus mengganggumu dan istrimu !!"

"Kau pikir kau siapa hah!!!?" Daff tidak bisa menahan amarahnya lagi, ia kemudian berdiri dengan tatapan tajam yang sepenuhnya menatap Thalia.

"Daff tenanglah, persyaratanku mudah dilakukan"

"Apa?? Apa itu hah? cepat katakan!!"

"Malam ini aku ingin makan bersama denganmu"

Daff menghembuskan nafasnya dengan panjang, ia kemudian duduk kembali.

"Setelah itu kau berjanji tidak akan menggangguku lagi?"

Thalia mengangguk cepat "yaa"

"Baiklah, di restaurant depan sini saja"

"Aku setuju" Thalia kemudian bangkit dari duduknya "aku tunggu kau jam 7 malam" ucapnya kemudian beranjak meninggalkan Daff yang berusaha untuk kembali fokus pada pekerjaannya.

Dering ponsel pun berbunyi, Daff langsung melihat layar ponselnya dan menampakkan sebuah panggilan dari "My Wife"

Daff tersenyum sumringah, bagaimana tidak, istrinya itu baru menghubungi Daff satu jam yang lalu.

"Assalamualaikum sayang"
"waalaikumsalam, Daff aku sudah memasak makanan kesukaanmu, pokoknya kamu harus pulang sebelum matahari terbenam yaa Daff, titik"

Daff terdiam seketika,
bagaimana ini aku sudah berjanji pada Thalia untuk makan malam dengannya sebagai syarat terakhir agar ia berhenti menggangguku -gumam Daff dalam hati.

"Halloooo Daffff!!"
"Eehh iya sayang, maaf ya hari ini pekerjaanku sangat banyak, aku tidak bisa pulang seperti yang kau inginkan, maafkan aku"
"Terserah"

klik. panggilan terputus, Daff merasa sangat bersalah karena sudah membohongi Mai. Istrinya itu pasti sedang marah, buktinya langsung menutup panggilan begitu saja.

Daff berusaha untuk menghubungi Mai kembali. Namun, panggilan tetap tidak dijawab. 

Maafkan aku Mai, aku melakukan ini juga untukmu, percayalah -batin Daff.

Disisi lain...
Mai termenung, ia kesal pada Daff yang selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Ia sengaja tidak mengangkat panggilan dari Daff dengan tujuan agar suaminya itu sadar jika Mai sangat ingin di prioritaskan.

Kamu bilang kamu bakal terus prioritasin aku Daff, tapi mana buktinya -batin Mai.

***

Daff berjalan dengan cepat menghampiri Thalia yang sudah melambaikan tangan.

"Hello Daff, kau tepat waktu sekali, aku makin menyukaimu" ucap Thalia lalu menyentuh punggung tangan Daff.

Daff langsung menarik tangannya dan mengalihkan pembicaraan "kenapa kau belum memesan?" tanya Daff.

"Aku sengaja agar kau lebih bebas memilih menu yang kau inginkan sayang" jawab Thalia dengan senyum lebar di bibirnya.

"Pesan minum saja, aku tidak lapar" jawab Daff dengan wajah datarnya. Daff sudah muak duduk berhadapan seperti ini dengan Thalia, ingin rasanya Ia memaki Thalia karena masih berani memanggil dan menyentuhnya seperti saat dulu, saat mereka masih bersama. Namun, kini semua sudah berbeda, Daff sudah berumah tangga dan Ia tak pernah menyesal menikahi Mai.

"Tidak, kau harus makan disini denganku Daff, sudahlah biar aku yang memesan, aku tidak akan pernah lupa makanan kesukaanmu sayang" ucap Thalia dengan manja membuat Daff semakin muak, ingin rasanya Ia beranjak pergi meninggalkan Thalia lalu pulang menemui Mai.

"Daff apa kau bahagia dengan istrimu itu?" tanya Thalia.

Daff menatap singkat Thalia dan menjawab "sangat bahagia" dengan tegas.

Thalia menaikkan sebelah alisnya, Ia nampak kesal dengan jawaban Daff "apa yang membuatmu menyukainya?"

"Dia wanita idaman semua lelaki dan aku beruntung sekali bisa memilikinya"

Thalia semakin kesal.

Pelayan datang ...

"Bukankah aku lebih tau seleramu dibanding istrimu itu?" ucap Thalia dengan sedikit tertawa berusaha merendahkan Mai.

Daff mendelik "kau salah besar" lalu kembali melahap makanan.

"Daff aku ingin kau menyuapi ku" ucap Thalia dengan manja.

Daff menatap Thalia tak percaya, Daff tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Thalia.

Daff tidak menjawab.

"Daffff aku bicara padamu!"

"Kau bicara apa?" tanya Daff bersandiwara tidak mendengar.

Thalia berdiri lalu membungkuk berusaha merapihkan dasi Daff yang tidak seimbang. Tindakan yang dilakukan Thalia membuat dada nya semakin terlihat karena Ia memakai pakaian yang sangat minim.

Daff menarik dasinya dan menghempaskan tangan Thalia dengan kasar.

Menjijikan -batin Daff.

Daff kemudian beranjak dari tempat duduknya "makanan ku sudah habis, aku bisa pulang sekarang" ucap Daff, dengan cepat Thalia menarik lengan Daff dan menyuruhnya duduk kembali.

"Buru-buru sekali kau Daff, baru jam 9 tenanglah"

"aku tidak ingin istriku menunggu lama, kau berhentilah menggangguku" jawaban Daff dengan tegas lalu meninggalkan Thalia seorang diri.

Thalia tersenyum bagai iblis yang baru saja menang,

kau lihat saja Daff, aku tidak akan berhenti mengganggumu -batin Thalia.

Bersambung ... 🤗

Those Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang