-Selamat membaca-Ilham pov...
Apa kabar Indonesia? Rasanya aku sudah tidak sabar menginjakan kakiku kembali di Indonesia. Aku beruntung karena aku mendapatkan beasiswa untuk menjadi salah satu mahasiswa di University of Washington, Amerika Serikat.
University of Washington merupakan universitas favorit di salah satu dari dua universitas negeri di negara bagian Washington, Amerika Serikat. Universitas ini memiliki 3 kampus yang terletak masing-masing di Seattle, Bothell, dan Tacoma. Bahkan, perpustakaan yang dimiliki Universitas Washington ini merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Amerika Serikat. Beruntung sekali diriku yang memiliki hoby membaca ini, aku telah merasakan bagaimana rasanya memasuki salah satu perpustakaan terbesar di AS ini.
Aku sangat bersyukur, bisa kuliah tanpa mengeluarkan banyak biaya. Bayangkan saja untuk dapat kuliah di Universitas ini harus mengeluarkan biaya sebesar USD 48,093 atau setara dengan Rp. 625,209 Juta. Mereka yang kuliah disini pasti datang dari kalangan kaya, berbeda denganku yang pas-pasan tapi aku sama dengan mereka sama-sama merasakan bagaimana rasanya menempuh pendidikan di Universitas ini.
Kini aku sudah lulus menjadi seorang dokter, ini adalah kebahagiaan yang tidak bisa kupungkiri. Bahkan, lebih dari kata bahagia.
"Honeeeyyy" panggil Velma seraya memelukku dari belakang.
Astaga wanita itu selalu masuk apartmentku tanpa permisi.
"What's wrong with you?" tanyaku kemudian melepas pelukannya perlahan.
Dia menatap ke arahku dan tersenyum "Today, you back to Indonesia? Aku mengangguk cepat dan tersenyum padanya.
"You're gon na forget me?"
"Of course not, you'll still be my friend" balasku kemudian kulihat dia memasang ekspresi cemberut. "Why?" ucapku kembali.
Dia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah "can't be more?" Ucapnya masih tetap pada pandangannya.
"You're like my own sister"
"Do you still love her?" Dia menatapku seakan penuh harapan.
Aku yang sedari tadi sedang berkemas pun terhenti karena pertanyaannya.
Apa aku masih mencintainya? Aku tidak tau bagaimana perasaanku sekarang terhadapnya.
Aku menggeleng pelan "I don't know" kemudian melanjutkan berkemas, hari ini aku akan kembali ke Indonesia dimalam hari.
Dia mengerutkan dahinya "how can you didn't know about your own heart?"
"Sssstttt, I was packing" ucapku kemudian beralih beranjak mengambil barang yang ada di meja.
Dia masih memperhatikanku "I want to go with you, go to your country" ucapnya kemudian menghampiriku dan memelukku kembali dari belakang.
Aku sedikit terkejut "No, you have to keep working here" balasku kemudian melepas perlahan pelukannya.
"I can work in Indonesia later"
"What about your life there? you can not live with me"
"I can sleep in the hotel"
"No!! No!! don't spend your money by staying at the hotel" ucapku kemudian menarik resleting koper ku.
"Please" ucapnya memohon padaku.
"It's almost too late. I will visit you someday, trust me" ucapku kemudian menarik koperku. Dia menggenggam tanganku erat "promise?" Ucapnya menatapku penuh harapan. "I promise" aku tersenyum padanya.
"I'll take you to the airport"
"No, be prepared El, do not be late to the hospital. Is not this your first day working as a doctor?"
"Ok, " ia tersenyum ceria padaku. Melihat senyumnya aku tidak tega meninggalkannya, setelah sekian lama kita bersama. Tapi tenang saja, aku sudah berjanji akan mengunjunginya suatu saat nanti. Aku akan menepati janjiku. Bagiku, dia seperti adik perempuanku sendiri. Adik perempuan yang manja pada kakak lelakinya. Ya, tidak lebih dari itu. Mengingat mungkin aku masih mencintainya.
Kami pun berpisah, aku akan menuju bandara dan ia menuju Rumah Sakit tempatnya bekerja.
Back to Daffin pov...
DEG !!
Jantungku berdegup kencang melihat Mai yang sudah berada diruanganku, ia memerhatikanku dan menatap kearahku seakan memendam kecurigaan."Apa yang sedang kau lakukan Daff?" Tanyanya membuatku semakin gugup. Mai datang disaat yang tidak tepat dan bodohnya aku karena menampakkan kegugupanku.
Aku mengalihkannya dengan mengambil sapu tangan di saku celanaku, "apa kini Mai berubah menjadi wanita yang tidak tau sopan santun?" Huft, salahkan caraku mengalihkannya dengan pertanyaan seperti itu padanya.
"M.. maaf aku sudah mengetuk pintu dan memberi salam, kulihat pintumu tidak dikunci jadi aku masuk" balasnya membuatku menelan salivaku, kemudian aku memasukkan kembali sapu tanganku.
Ya aku memang mendengar suara ketukan pintu tapi aku tidak mendengar ucapan salam, mungkin karena aku terlalu panik tadi. "Ada perlu apa?" Tanyaku langsung pada intinya karena aku ingin Mai cepat keluar dari ruanganku.
"Hari ini kau ada pertemuan dengan klien dari luar negeri, aku tau ini tugas Sam tapi bukankah ia sedang sakit?" Ia kemudian memberikan seberkas file lengkap dengan map berwarna merah.
Aku membuka dan membacanya perlahan.
Ceklek...
Suara pintu terbuka pun terdengar.Aku mengumpat, pikiranku kacau kemana-mana karena suara pintu itu. Dengan terpaksa aku beranikan diri melihat arah suara itu.
Dan benar saja, wanita itu arrrgg sial !!! Dia berani menampakkan dirinya di depanku bahkan di depan Mai.
Astaga.
Mengapa baju bagian atasnya robek seperti itu, kurang ajar !!! Dia berani main-main denganku.Mai menatapku dengan tatapan tajam "aku tidak menyangka ternyata kau pria seperti itu Daff!!" Ucapannya membuat emosiku semakin memuncak, wanita sialan itu pintar memanfaatkan keadaan. Aku beranjak dari dudukku "tidak tidak, tidak seperti yang kau pikirkan Mai".
Aku mengalihkan pandanganku pada wanita itu, "Kau!!!!!!!! Apa maksudmu??"
Dia tersenyum puas padaku.Mai mencoba pergi meninggalkan ruanganku, aku mencegahnya dan memegang tangannya "Sudah ku katakan, tidak seperti yang kau lihat Mai, percayalah" ia melepas genggaman tanganku dan pergi meninggalkanku.
"Mai tunggu!!" Aku berusaha mengejar Mai tapi langkahku terhenti ketika wanita itu berhasil meraih lenganku. Aku melepaskan tanganku kasar dan tubuhnya terhempas ke lantai "apa maksudmu?? Bukankah aku menyuruhmu diam di kamar mandi sebelum aku menyuruhmu keluar dan mengapa atasanmu robek seperti itu???? Berani sekali kau bermain-main denganku!!!!" Ucapku benar-benar membentaknya, aku sudah tidak bisa menahan emosi yang sedari tadi ku redam.
Ia kemudian bangkit dan menatapku "mengapa kau begitu marah padaku Daff? Apa wanita itu yang berhasil membuatmu melupakanku dan mencampakkanku begitu saja?" Balasnya dengan senyum liciknya padaku.
Aku berusaha menanggapinya dengan santai "Kau memang benar ketika kau mengatakan jika wanita itu yang berhasil membuatku melupakanmu, tapi kau salah besar ketika kau mengatakan jika wanita itu yang membuatku mencampakkanmu. Dirimu sendiri yang membuatku mencampakkanmu bukan wanita itu!". Balasku membuatnya meneteskan air mata.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Those Three Little Words
Romance#440 - ChickLit "Ayolah Mai, katakan, katakan padaku jika kau juga jatuh cinta padaku, aku akan mengakhiri pendekatan ini dan menjadikannya suatu hubungan" batin Daff "A.. aku... aa.. ak.. kuu" Daff gemas dibuatnya, apa sangat sulit mengeluarkan kal...