Ella Sabrina (16 tahun)
Roy Aditama W. (26 tahun)
***
Menikahlah denganku ...
Buat aku bahagia ...
Kita bangun istana ...
Penuhi dengan cinta ...
Menikahlah denganku ...
Kita jatuh cinta lagi ...Gadis bersurai coklat kemerahan itu tiada henti tersenyum saat mendengarkan lagu berlirik sederhana. Matanya terpejam meresapi setiap baris kata yang ia dengar dengan sepenuh hati. Bulu matanya yang lentik lebat itu tampak melengkung alami. Perpaduan hidung mancung dan bibir mungil merah, tampak begitu sempurna. Bak porselen rapuh, wajahnya bersinar saat seberkas cahaya yang bersumber dari jendela kamar menerpa kulitnya yang putih.
Terlahir sebagai anak yatim piatu, Ella Sabrina menginginkan kehidupan yang layak.
Hanya satu keinginannya, memiliki kisah cinta seperti Cinderella. Ella ingin menikah dan hidup bahagia dengan pria yang sangat mencintainya. Begitu sederhana dan rasanya akan menakjubkan apabila Ella dapat mewujudkannya dengan ..."Ella! Ella! Cepat kemari!" Suara seorang wanita paruh baya berhasil memecah lamunan.
Ella yang tengah merebahkan tubuhnya untuk sejenak di atas tempat tidur usang buru-buru bangkit. Dengan sedikit tertatih lemah, Ella menghampiri si pemilik suara.
"Bu Tari pa-panggil Ella?" Tanya Ella dengan suara bergetar. Jari-jemari lentiknya bergerak gelisah, takut jika wanita itu menghukumnya lagi.
"Sekarang jam berapa?! Cepat gantikan Mbok Sari ngepel!" Sebagai kepala pelayan rumah tangga, Tari memang cukup keras kepada Ella.
"Tapi ... ini kan jam istirahatnya Ella?" Ella berusaha membela diri, namun yang ia dapat adalah perlakuan kasar dari wanita yang tiga tahun lalu telah mengambilnya dari panti asuhan.
"Kamu pikir untuk apa aku mengambilmu dari panti kumuh itu? Tentu saja untuk bekerja, Ella!" Tari mendorong tubuh kecil Ella hingga goyah, "Cepat pel sebelum Tuan Muda datang!"
Dengan guratan lelah di bawah mata, Ella mengikuti perintah Tari.
Ella mulai melakukan pekerjaan rumah tangga saat usianya 13 tahun. Ella yang polos begitu senang ketika ada seseorang yang bersedia mengadopsi dan membawanya pulang. Impiannya untuk memiliki keluarga dan hidup bahagia sirna begitu saja setelah mengetahui maksud pengadopsiannya hanya untuk menjadikan dirinya sebagai pelayan.
Dalam kemirisan itu, Ella berusaha untuk bertahan hidup. Setitik harapan itu pun muncul saat Tuan Muda yang ia layani begitu lembut dan menyayanginya, tetapi ...
Brum!-Suara mobil yang tiba-tiba berhenti di depan halaman membuat Ella menghentikan aktivitasnya sejenak. Senyum lugunya tersemat jelas saat sosok di balik mobil BMW mewah itu keluar. Namun senyum itu tiba-tiba lenyap saat sosok lain keluar dari pintu penumpang.
"Sayang, malam ini aku mau tidur di sini." Seorang wanita cantik tampak anggun ketika berjalan. Kedua tangan bergelayut manja di leher pria muda berkemeja hitam.
"Kita belum menikah, Jena." Pria itu menyingkirkan kedua tangan Jena yang sempat melingkar di lehernya yang gagah.
"Tapi sebentar lagi kita menikah, dan aku mau kita tidur bersama ..."
Prang-Suara alat pel yang jatuh ke lantai membuat dua manusia yang tengah bercakap mesra itu tiba-tiba menoleh.
"Ma-maaf ... maaf ... su-sudah mengganggu ..." Ella buru-buru mengucapkan permintaan maafnya, gugup.
"Ngapain berdiri disitu?! Kamu menguping pembicaraan kami?! Dasar pembantu bodoh!" Jena mengambil langkah sengit. Satu tangan melayang jatuh ke pipi Ella, namun sebelum hal buruk itu terjadi Roy telah terlebih dahulu menahan aksi Jena.
"Cukup, Jena. Ella adalah pelayanku dan akulah yang berhak untuk menghukumnya." Suaranya begitu tenang, namun matanya menatap tajam pada Jena.
"Tapi Sayang, aku tidak suka melihat gadis bodoh ini! Kenapa tidak kita usir saja ..."
"Jena. Aku bilang cukup." Roy menyentuh bahu Jena, mengusapnya pelan, lalu perlahan turun ke bagian telapak tangan Jena yang mengepal.
Roy menggenggam tangan Jena dan tersenyum kepadanya. Lalu membawanya kembali ke dalam mobil, "Adam akan mengantarmu pulang.""Tapi ..." Jena yang semula ingin mengeluarkan kalimat bernada protes, akhirnya luluh setelah Roy mengusap puncak kepalanya dengan lembut.
"Aku tidak suka dibantah, Jena. Pulanglah." Sikap Roy membuat Jena diam. Walaupun kecewa, Jena mau tidak mau menuruti keinginan Roy.
Tak ingin membuang waktu, Roy memberi isyarat kepada Adam untuk mengantar Jena. Mobil itu pun akhirnya bergerak dan perlahan mulai menghilang dari pandangan.
Sepeninggal Jena, Roy mengambil langkah mendekati Ella yang masih menunduk sedih."Apa Ella-ku sudah makan?" Roy membelai pipi Ella. Suara dan sentuhannya yang lembut membuat Ella mengangkat kepalanya tiba-tiba.
"Belum." Ella menggelengkan kepala. Mata polosnya kini bertemu dengan mata Roy. Jujur saja, Ella menikmati sapuan lembut dari majikannya tersebut. Selalu.
Roy tersenyum, "Tinggalkan pekerjaanmu dan datanglah ke kamarku."
***
Setelah Roy masuk ke dalam kamar, seperti biasa Tari tiba-tiba menyuruh Ella istirahat, dan memintanya untuk menemui majikannya tersebut.
Ella berjalan dengan berbagai macam lamunan yang berputar di dalam kepala.
Setiap langkah yang Ella ambil, Ella selalu mengutuk dirinya sendiri. Ella tidak seharusnya melakukan hal kotor itu dengan Tuan-nya. Tapi ... Lagi-lagi tapi.
"Kenapa hanya berdiri disana? Kemarilah." Suara itu membuat Ella tersentak.
Ella tidak sadar bahwa ia sudah berada di depan pintu kamar Roy yang setengah terbuka.
"Kemarilah, Ella." Roy meminta Ella untuk datang kepada-nya.
"Tidak mau!"-seharusnya dua kata itu keluar dari mulut Ella, namun anehnya Ella hanya diam dan menurutinya.
"Kemarilah." Roy yang tengah duduk di sofa tampak tenang mengamati. Ia mengulurkan tangan dengan auranya yang mendominasi.
"Jangan Ella!"-hati kecilnya terus berteriak dan meminta Ella untuk berlari. Namun lagi-lagi ... Ella menerima uluran tangan itu.
Ella seperti boneka hidup yang dipegang penuh oleh Roy. Saat Ella menyambut tangan itu, Roy langsung menggenggam tangannya.
Ella merasa tarikan kuat pada tubuhnya dan benar saja dalam hitungan detik Ella telah duduk di atas pangkuan Roy. Pria itu kembali ke sifat asli. Tangan kanan sibuk membelai punggungnya, sementara tangan kiri terangkat untuk mengusap pipinya yang halus, "Apa yang kamu pikirkan, Ella?"
Ella tidak mampu menjawab. Ella diam dan menggelengkan kepalanya.
Ella benar-benar tidak tahu. Ella merasa bimbang dan resah karena apa yang ia lakukan bersama Tuan Roy saat ini adalah terlarang."Aku akan tanggung jawab, Ella. Percayalah padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Majikan (21+) / END | Repost
RomanceBlurb Novel Romantis (21+), DEWASA. Kisah perjuangan gadis cantik yatim piatu (16 tahun) yang harus melayani nafsu majikannya. Inilah kisahnya ....